KOMPAS.com- Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengimbau jajarannya untuk mendorong generasi milenial supaya bertani dan berkebun.
Menurut Mental SYL, sudah saatnya generasi muda terjun dalam pertanian dan perkebunan. Hal ini agar generasi muda dapat membawa terobosan baru berupa ide-ide kreatif dan inovatif menggunakan teknologi digitalisasi.
“Kontribusi generasi muda sangat berperan dalam memperkuat komoditas ini," kata Syahrul dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Jumat (22/9/2023).
Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Kementerian Pertanian (Kementan) Andi Nur Alam Syah mengajak generasi muda untuk bersinergi dan bekerja sama dalam menciptakan kemajuan dan prestasi tidak hanya untuk Indonesia, melainkan dunia.
Baca juga: Bunex 2023 Sukses Digelar, Dirjenbun Apresiasi Partisipasi Seluruh Insan Perkebunan
Pasalnya, kata dia, pada masa depan hilirisasi komoditas perkebunan harus terus didorong untuk meningkatkan hasil yang bermutu, bernilai tambah tinggi, dan berdaya saing.
“Generasi muda penting untuk mengembangkan perkebunan Indonesia sehingga harapannya kaum muda dapat berkontribusi secara optimal dalam menciptakan produk turunan yang inovatif dan mampu meningkatkan ekspor perkebunan di masa depan," ujar Andi.
Hal senada dikatakan oleh Chief Executive Officer (CEO) PT Garut Indonesian Coffee Bernard Langoday.
Bernard yang merupakan anak muda inspiratif dan kreatif dibidang perkebunan ini mengatakan, regenerasi petani sangatlah penting.
"Saat ini banyak isu yang dapat mengancam kondisi pertanian dan perkebunan di Indonesia, salah satunya climate change. Oleh karena itu, sudah seharusnya generasi muda bangkit dan bertindak untuk melestarikan sumber daya alam (SDA) dan mempertahankan kompetensi petani di Indonesia," tegas Bernard.
Baca juga: Dirjenbun dan Komisi IV Bertolak ke Subang, Bahas Kendala dan Potensi Usaha Perkebunan
Oleh karena itu, Bernard memberikan edukasi pendidikan dan pelatihan di bidang kopi kepada anak-anak muda melalui Sekolah Acarya.
"Sekolah Acarya merupakan pengembangan dari program Wiyata Muda yang fokus pada pembentukan ekosistem bisnis kopi, seperti pemenuhan aspek sosial-budaya, ekonomi, pendidikan dan pelatihan, serta ekologi," ucap Bernard.
Bernard menyampaikan, program Acarya dijalankan karena melihat potensi besar kopi serta adanya tantangan keterbatasan petani kopi di wilayah Lampung Barat.
Menurutnya, minat kaum milenial di sektor agribisnis bisa terus didorong lewat berbagai gerakan pembangunan potensi wilayah dan pemberdayaan masyarakat.
Baca juga: Antisipasi El Nino, Kementan Siap Jaga Keberlanjutan Produksi Tanaman Perkebunan
"Sekolah Acarya bermaksud untuk regenerasi petani kopi di Lampung Barat dan membentuk ekosistem bisnis kopi terpadu untuk pembangunan wilayah," tuturnya.
Bernard menambahkan, sekolah Acarya digagas olehnya bersama tim Acarya Lampung Barat yang bekerja sama dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan Lampung Barat dan Dinas Koperasi dan Perdagangan Lampung Barat.
"Dampak dari Sekolah Acarya sangat besar, seperti pembangunan sumber daya wilayah berbasis komoditas kopi dan output indikator partisipatif petani milenial, peningkatan income dan produktivitas, serta penyerapan tenaga kerja dan produk olahan kopi," ujar Bernard.
Sekolah Acarya berlokasi di Kecamatan Sumber Jaya, Lampung Barat dan dibuka secara umum untuk anak-anak petani, corporate, komunitas, serta instansi serupa.
Baca juga: Gelar BUNEX 2023, Kementan Perkuat Industri Kelapa Sawit sebagai Penunjang Ekonomi Indonesia
Untuk kedepannya, Bernard berharap agar ada kolaborasi dengan berbagai pihak dalam mengembangkan dan memperluas Sekolah Acarya.
“Saat ini belum ada provinsi lain yang mengajak kerja sama, namun semoga akan ada pihak pemerintah atau swasta yang dapat mengakomodasi output indikator yang ingin kami capai," imbuhnya.
Untuk diketahui, Sekolah Acarya merupakan movements atau gerakan lokal yang memberikan capacity building melalui pelatihan hulu-hilir kopi, bisnis, literasi keuangan, ecotourism, monitoring, hingga evaluasi.
"Kami bersyukur atas antusias dan respons petani dan anaknya terhadap program ini. Beberapa petani dan peminat kopi dari luar Lampung Barat pun turut berpartisipasi terhadap sekolah ini," kata Bernard.
Baca juga: Lewat Insentif, Dirjenbun Bantu Pemilik Varietas Kembangkan Benih Unggul Baru
Dalam kesempatan itu, Bernard menyampaikan harapannya agar pemerintah daerah dan pihak swasta dapat berkontribusi secara aktif dalam memberikan fasilitas atau sponsor untuk Sekolah Acarya di berbagai wilayah Indonesia.
Untuk diketahui, keberadaan Sekolah Acarya telah mendapat dukungan dari berbagai pihak, yaitu Himpunan Alumni Insitut Pertanian Bandung (IPB), Direktorat Pemberdayan Masyarakat Agromaritim IPB, Desa Sejahtera Astra, dan sejumlah mitra lokal, seperti Jenderal Kopi, Asmaraloka, Canwil Group, dan Kelana Space.