KOMPAS.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian (Kementan) Ali Jamil mengatakan, pihaknya telah menyiapkan berbagai strategi untuk mengantisipasi ancaman El Nino atau kemarau ekstrem pada Agustus 2023.
Salah satunya dengan mendorong petani untuk ikut program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), mengerahkan gerakan Serbu El Nino melalui penggunaan pompa air di wilayah-wilayah rentan kekeringan dengan memanfaatkan sumber-sumber air yang ada.
"Kami juga terus mendorong percepatan tanam menggunakan alat dan mesin pertanian (alsintan), seperti traktor roda empat dan traktor roda dua," ujar Ali dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Selasa (1/8/2023).
Pada 2023, lanjut dia, Direktorat Jenderal (Ditjen) PSP juga menyiapkan alokasi bantuan alsintan untuk seluruh Indonesia, seperti traktor roda empat sebanyak 1.076 unit, traktor roda dua 5.710 unit, dan pompa air 2.335 unit.
Baca juga: 5 Cara Menghemat Listrik Pompa Air
Selain itu, Kementan juga akan memaksimalkan kegiatan Rehabilitasi Jaringan Irigasi Tersier (RJIT) yang dapat meningkatkan efisiensi aliran irigasi hingga ke lahan sawah.
Kementan juga punya kegiatan irigasi perpipaan, irigasi perpompaan, pembangunan embung, dan dam parit yang bertujuan sebagai suplesi air hingga lahan.
"Tahun 2023 ini, Kementan juga akan mengalokasikan embung sekitar 500 unit, perpompaan 160 unit, perpipaan 250 unit, RJIT 1.100 unit, sebagai salah satu bentuk antisipasi El Nino," jelas Ali.
Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) mengatakan, pihaknya akan memanfaatkan infrastruktur air untuk menjaga ketahanan pangan sebagai antisipasi menghadapi musim kemarau ekstrem.
Baca juga: Manajemen Data Pangan Jadi Kunci Antisipasi Kemarau Ekstrem
"Kami harus melakukan upaya antisipasi perubahan iklim terutama saat kemarau nanti, dengan memanfaatkan infrastruktur air seperti embung, dam parit maupun long storage saat kemarau datang," ujarnya.
Mentan SYL mengungkapkan, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memprakirakan akan terjadi kemarau ekstrem atau El Nino. Kondisi ini perlu diwaspadai, terutama pada Agustus yang diprediksi menjadi puncak musim kemarau 2023.
Menurut Data BMKG pada pertengahan Juli 2023, Daerah Khusus Ibu Kota (DKI) Jakarta dan sebagian besar Jawa Barat (Jabar) sudah memasuki musim kemarau 2023.
Menurut laporan cuaca harian BMKG, beberapa hari dalam sepekan terakhir telah nihil hujan.
Baca juga: Soal Kemarau Kering, BMKG Prediksi Curah Hujan Rendah di Wilayah-wilayah Ini
Sementara itu, Koordinator Pengelola Bendung Pintu Air Katulampa Bogor Andi Sudirman memastikan, sektor pertanian tetap menjadi prioritas utama untuk mendapatkan air dari bendungan meski semakin menyusut.
Seperti diketahui, tinggi muka air (TMA) Bendung Katulampa, Bogor Timur, Bogor, Jawa Barat (Jabar), semakin menipis menyusul hujan yang kian jarang. Penyusutan ini merupakan tanda musim kemarau kering yang sudah diwanti-wanti BMKG sejak lama.
Menanggapi hal tersebut, Andi membenarkan bila kondisi air di Bendungan Katulampa memang berkurang tetapi masih cukup untuk pertanian.
"Air yang ada di Bendungan Katulampa dibagi dua. (Pertama) dialirkan ke Kali Baru untuk kebutuhan pertanian, Kebun Raya Bogor, dan Istana Bogor. (Kedua) dialirkan ke Sungai Ciliwung yang melalui Kota Bogor," ujarnya.
Lebih lanjut, Andi mengungkapkan bahwa debit Bendungan Katulampa memang 0 karena tidak ada air yang melintas melalui mercu.
Meski demikian, kata dia, air yang digelontorkan setiap hari melalui saluran penguras sekitar 300 liter sampai 500 liter per detik.
"Sedangkan ke Kali Baru sampai saat ini air digelontorkan sekitar 2.500 liter sampai 3000 liter per detik, untuk pertanian dan Istana Bogor," ucap Andi.
Oleh karenanya, air di bendungan diutamakan untuk mengairi pertanian sekitar 330 hektar (ha) karena volume air saat ini berkurang.