KOMPAS.com - Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Direktorat Jenderal Perkebunan ( Ditjenbun) Prayudi Syamsuri mengatakan, pemerintah Indonesia terus meningkatkan standar kopi-kopi nasional agar kualitasnya terus membaik.
"Pemerintah ingin kopi-kopi nasional bisa dikenal, diterima, dan diminati masyarakat dunia. Oleh karenanya, standardisasi kopi nasional perlu dilakukan agar akses ekspor ke pasar global semakin mudah," tutur Prayudi melalui keterangan persnya, Jumat (23/6/2023).
Ia menjelaskan, Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perkebunan Ditjenbun terus berupaya dan mendorong standardisasi kopi nasional agar bisa menembus pasar Eropa.
"Karena saat ini rentan sekali hambatan perdagangan yang disebabkan semakin pedulinya negara konsumen pada aspek standardisasi untuk kualitas keamanan pangan," sebutnya.
Baca juga: Potensi Serai Wangi Menjanjikan, Ditjenbun Berkomitmen Lakukan Pengembangan hingga Kolaborasi
Kondisi tersebut, lanjut dia, menciptakan proteksi tinggi di pasar Eropa. Hal ini sebetulnya bertentangan dengan semangat free trade area (FTA) yang menjadi regulasi World Trade Organization (WTO).
Guna meningkatkan mutu dan kualitas kopi nasional, Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia bersama penggagas metode Coffee Lovers Preference Taste (CLoPT) menggelar kegiatan GKP scoring berdasarkan metode CLoPT di Sekretariat APRINDO.
Kegiatan tersebut dilaksanakan dengan mengundang sejumlah pelaku usaha kopi nasional, salah satunya Kopi Geulis Sumedang.
Pimpinan Kopi Geulis Sumedang Ai Awang mengatakan, sebagai usaha binaan Ditjenbun, Kopi Geulis Sumedang berhasil mendapat skor tertinggi atau Gold Class dengan metode CLoPT pada Kamis (15/6/2023) lalu.
Baca juga: Ditjenbun Sebut Akselerasi Perkebunan Kelapa Sawit Butuhkan Sarana dan Prasana Tepat
"Pada ajang lomba cupping yang diadakan Coffee Lovers Indonesia (CLI) pada 2019 di Agro Food Expo, Jakarta Convention Center (JCC) dengan metode CLoPT, Kopi Geulis Sumedang berhasil mendapatkan Gold Class dari total 26 peserta. Proses penilaian dilakukan 17 juri," tutur Ai.
Ia melanjutkan, pada 2023, empat juri kembali melakukan uji coba Kopi Geulis Sumedang. Hasilnya, tiga juri memberikan penilaian Gold Class dan satu juri memberikan nilai Silver Class.
Sementara itu, Founder CLI sekaligus penggagas metode CLoPT Jamil Munasif mengatakan, GKP scoring adalah versi casual CLoPT. Disebut casual karena yang menguji atau menilai bisa siapa saja tanpa pengetahuan khusus tentang kopi maupun organoleptik.
"Untuk metode official, penguji memiliki pengetahuan khusus kopi seperti Q grader, barista, dan roaster. Ini akan segera diluncurkan oleh Founder CLoPT dan beberapa Co-Founder CLoPT," paparnya.
Baca juga: Ditjenbun Kementan Apresiasi Petani Kreativitas dan Inovasi Petani Nelayan pada Penas di Sumbar