KOMPAS.com – Direktur Jenderal Perkebunan (Dirjenbun) Kementerian Pertanian (Kementan) Andi Nur Alam Syah mengatakan, pihaknya akan terus mendorong dan memperkuat komoditas perkebunan, serta mengemas produk turunannya agar bernilai tambah dan berdaya saing.
Hal tersebut, sebut dia, merupakan salah satu strategi Direktorat Jenderal Perkebunan (Ditjenbun) agar kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil perkebunan dapat berjalan secara optimal dan tercapai sesuai target.
“Sebab, hal ini erat kaitannya dengan pencapaian peningkatan ekspor tiga kali lipat atau Gerakan Tiga Kali Ekspor Pertanian (Gratieks)," ujar Andi dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (17/2/2023).
Seperti diketahui, Ditjenbun senantiasa berupaya dalam memperkuat pengelolaan perkebunan dari hulu hingga hilir.
Baca juga: Mentan Lapor ke Jokowi, Panen Raya Beras Segera Tiba
Upaya tersebut sejalan dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) yang terus mendorong petani agar gali potensi dan tingkatkan nilai tambah maupun daya saing komoditas perkebunan.
Menurut SYL, potensi produk turunan komoditas perkebunan sangatlah besar jadi harus terus dikembangkan.
Andi menjelaskan, Ditjenbun juga akan terus berupaya mengawal dari sisi ekspor agar tetap konsisten memberikan kontribusi terhadap sumber devisa ekspor nasional.
Utamanya, kata dia, mengawal ekspor dari sektor nonmigas yang menjadi target besar dari Kementan melalui komoditas unggulan perkebunan.
Komoditas unggulan perkebunan tersebut, seperti kelapa sawit, karet, kelapa, kopi, kakao, teh, dan rempah-rempah. Pengiriman komoditasi ini tetap difokuskan untuk pencapaian target nilai ekspor hingga Rp 1.200 triliun pada 2024.
Baca juga: Ekspor Indonesia Januari 2023 Capai 22,31 Miliar Dollar AS, Turun 6,36 Persen
“Dari kondisi saat ini devisa negara dari ekspor perkebunan mencapai Rp 400-Rp 500 triliun per tahun,” jelas Andi.
Untuk diketahui, nilai ekspor komoditas perkebunan pada 2022 mencapai Rp 600,5 triliun.
Dengan hasil tersebut, komoditas perkebunan berkontribusi sebesar 88,11 persen dari total nilai ekspor komoditas pertanian sebesar Rp 681,5 triliun atau meningkat hampir Rp 22 triliun dibandingkan 2021.
“Walaupun didominasi oleh CPO dan turunannya, tetapi komoditas unggulan lainnya, seperti kopi, kelapa, rempah-rempah, dan kakao juga sudah menunjukkan peningkatan nilai ekspor yang cukup signifikan,” imbuh Andi.
Tak hanya itu, lanjut dia, potensi-potensi komoditas spesifik daerah lainnya, seperti pinang, gambir, aren, stevia, kelor, dan tanaman atsiri kian diminati pasar global.
Baca juga: Pasar Global: Pengertian dan Contohnya
Untuk itu, kata dia, potensi tersebut perlu terus didorong seiring dengan peningkatan kebutuhan dunia. Khususnya, di bidang farmasi, kecantikan dan kesehatan, food and beverages (F&B), serta bahan baku industri lainnya.
Pada kesempatan tersebut, Andi menjelaskan, terdapat enam tantangan pembangunan perkebunan nasional yang perlu didorong dan dikolaborasikan bersama.
Pertama, kata dia, tantangan budi daya yang diarahkan pada peningkatan produksi dan produktivitas komoditas perkebunan.
“Kedua, tantangan pascapanen dan pengolahannya khususnya aspek mutu dan standarisasinya,” ujar Andi.
Ketiga, lanjut dia, tantangan penguatan kelembagaan pekebun. Keempat, mendorong peran serta ketertarikan generasi muda untuk mau berkontribusi langsung membangun perkebunan di daerahnya.
Baca juga: 7 Prospek Kerja Agribisnis, Referensi Pilih Jurusan Kuliah
Kelima, tantangan akses pasar, promosi dan diplomasi. Keenam, tantangan menciptakan iklim investasi yang baik serta sehat demi membangun dan memperkuat usaha agribisnis perkebunan.
“Ini tidak bisa kami lakukan sendiri-sendiri. Mari kita bersama menjawab tantangan-tantangan ini dan merealisasikannya bersama,” imbuh Andi.
Menurut Andi, resesi global dapat berdampak pada komoditas energi.
Oleh karenanya, kata dia, pemerintah harus sigap dan siap mengantisipasi untuk bantu petani. Utamanya bantuan kepada petani yang saat ini masih merasakan dinamika harga jual di tingkat mereka.
"Menghadapi tantangan tersebut, tentunya pemerintah tidak tinggal diam. Kita semua perlu bersatu dan bersinergi, baik pusat, daerah, maupun pihak terkait lainnya," jelasnya.
Baca juga: Manfaatkan Komoditas Daerah, Siswa SMK 1 Borong Buat Produk Kompiang Kopi dan Roti Kopi Colol
Seluruh pihak terkait, lanjut Andi, harus fokus pada komoditas yang diunggulkan dan dibutuhkan pasar. Hal ini tentunya didukung oleh berbagai strategi pemasaran yang tepat dan akurat.
Tak hanya itu, Andi menyebutkan bahwa semua pihak tersebut harus responsif untuk selalu bertindak cepat, tepat, dan baik dalam menghadapi segala dinamika dunia.
Utamanya, menghadapi aspek perdagangan dunia yang banyak sekali dipengaruhi oleh kondisi geopolitik dan dinamika iklim.
“Dan yang tak kalah penting, kita harus berkolaborasi dengan multi-stakeholder untuk memajukan perkebunan melalui kemitraan yang saling menguntungkan, serta bersama-sama meraih visi misi pembangunan perkebunan yang berkelanjutan,” imbuh Andi.
Hal tersebut, lanjut dia, perlu dilakukan karena adanya peningkatan mutu dan hasil perkebunan serta produk turunannya akan berdampak positif bagi pendapatan petani.
Baca juga: Anggota Komisi I DPR Soroti Nasib Petani Tembakau di Madura yang Kian Memprihatinkan
Peningkatan itu, dibuktikan dari banyaknya masyarakat yang tertarik dan berminat menjalankan usaha di bidang perkebunan.
“Ini potensi besar bagi produk komoditas perkebunan, dan bisa berpeluang luas di akses pasar global. Untuk itu, diperlukan peningkatan nilai tambah maupun daya saing komoditas perkebunan," ujar Andi.
Tak lupa, Andi memberikan apresiasi terhadap kinerja semua pihak yang telah turut serta membangun sektor perkebunan.
Baca juga: Dirjenbun Sebut Sistem “Bank Benih” Bantu Pengembangan Perkebunan
Ia berharap, kerja sama yang baik dari semua pihak terkait dapat terus dilanjutkan demi pertanian maju, mandiri, dan modern.
"Terus tingkatkan kinerja perkebunan sehingga dapat berjalan dengan baik dan sesuai target, serta tepat guna, berdampak positif juga bermanfaat bagi petani maupun masyarakat sekitar,” ucap Andi.