KOMPAS.com - Program food estate atau lumbung pangan baru di Kalimantan Tengah (Kalteng) dinilai memberikan imbas positif bagi kesejahteraan petani. Program ini menjadi fondasi penting bagi ketahanan pangan di Tanah Air dalam jangka panjang.
Ketua Kelompok Tani (Poktan) Sumber Rezeki Belanti Siam, Kabupaten Pulang Pisau, Kalteng, Hartoyo mengaku bahwa program food estate di wilayahnya memberikan banyak manfaat, termasuk dari sisi pendapatan.
“Intinya, (food estate) bermanfaat. Meskipun penghasilan dari sawah, namanya juga pendapatan bisa naik atau turun. Akan tetapi, jika keuntungan ini dirupiahkan, maka nilainya naik karena terbantu akses jalan kawasan food estate,” katanya dalam keterangan pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (5/11/2022).
Hartoyo menjelaskan, peningkatan pendapatan tersebut berasal dari beberapa faktor, yaitu kenaikan produktivitas lahan sekitar 1,5 juta ton hingga 2 juta ton per hektare (ha), harga jual gabah kering giling (GKG), dan terbukanya pasar gabah basah.
Baca juga: Perjuangkan Kenaikan Harga Pokok Penjualan Gabah, Mentan SYL Diapresiasi KTNA
Ia mengungkapkan bahwa harga GKG terbaru di Pulang Pisau mengalami kenaikan menjadi Rp 6.300 per kilogram (kg). Sebelumnya, harga komonitas ini berada di kisaran Rp 5.200 hingga Rp 5.300 per kg.
Sementara untuk harga gabah basah, kata Hartoyo, sekarang menjadi Rp 5.000 per kg.
“Jadi, (sebelum ada food estate), padi basah istilahnya belum ada yang beli. Nah, mulai kemarin itu ada yang beli. Apalagi semenjak (akses) jalan ini enak. Itu petani mau jemur sendiri atau gabah dijual basah terserah petani,” imbuhnya.
Bantuan alsintan hemat waktu dan tenaga
Selain akses jalan yang membaik, menurut Hartoyo, bantuan alat mesin pertanian (alsintan) dari pemerintah juga turut membantu petani. Sebab, bantuam ini bisa menghemat waktu dan tenaga dalam mengelola lahan persawahan.
Baca juga: Pensiunan Guru di Bima Ditemukan Tewas di Lorong Drainase Persawahan
Adapun bantuan alsintan yang diberikan Kementerian Pertanian (Kementan) dalam program food estate meliputi traktor, jonder (sejenis alat bajak), dan mesin panen (combine harvester).
“Bermanfaat karena dibantu alsintan, jonder ada. Kami sebelumnya kalau menggunakan traktor untuk menggarap 2 ha bisa tiga atau empat hari. Kalau pakai jonder sehari selesai. Jonder itu untuk bajak sawah,” tutur Hartoyo.
Tak hanya alsintan, ia menjelaskan bahwa saluran air untuk irigasi dan pembuangan air yang berlebih saat musim hujan atau air pasang di lahan juga dinilai bermanfaat dalam menunjang produktivitas.
Meski demikian, Hartoyo tak menampik jika masih ada beberapa kendala minor, seperti penyumbatan di pintu air.
Untuk mengatasi hal tersebut, ia berharap, pemangku kepentingan bisa memberikan solusi teknis yang tepat.
Baca juga: Ratusan Tahun Pasang Surut Kebijakan Penanganan Banjir di Jakarta...
“Ya terendam (kalau hujan). Cuma kan di sini pasang surut. Jadi, kalau surut atau (kendali) tata air ke sungainya lancar nanti dibuka bisa kering. Ada pintunya,” ujar Hartoyo.
Sementara itu, terkait penyetopan bantuan pupuk, ia mengaku bahwa pihaknya tidak mempermasalahkan hal tersebut karena sudah mengetahui bahwa pemerintah tidak mungkin memberi bantuan terus-menerus.
“Ya kalau dikasih, kami enggak menolak. Cuma biasanya tetap mandiri juga,” kata Hartoyo.
Diharapkan bisa hadirkan penyuluh
Selain bantuan terkait kendala tata air, Hartoyo berharap, Kementan bisa menghadirkan penyuluh yang mempraktikkan teori di lapangan secara langsung dan rutin mengunjungi Pulang Pisau.
Selama dua tahun food estate berjalan, kata dia, baik pendampingan maupun penyuluh tidak selalu rutin hadir.
Baca juga: Kembangkan Food Estate, Jababeka Siapkan Proyek Percontohan di Cikarang
“Petani tahunya cuma di sawah. Kami perlu diberi ilmu dan masukan supaya hasil (pertanian) bisa meningkat lagi,” tutur Hartoyo.
Ketua Kontak Tani Nelayan Andalan (KTNA) Muhammad Yadi Sofyan mengatakan bahwa program food estate di Kalteng akan terus dilanjutkan pemerintah, meski masih ditemukan beberapa kendala dalam pelaksanaannya.
“Enggak apa sih kalau ada orang kritik (berhentikan food estate) seperti itu. Mereka juga (punya) argumentasi yang baik. Namun, bagi KTNA, food estate Kalteng itu sangat penting untuk menutup kehilangan fungsi lahan yang tiap tahun terjadi,” tuturnya.
Menurut Sofyan, apabila food estate tidak dilakukan sekarang, negara dikhawatirkan mengalami keterlambatan dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Seperti diketahui, kebutuhan pangan semakin bertambah seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.