Harga Mie Instan Melonjak, Kementan Ajak Masyarakat Waspada Ancaman Krisis Pangan Global

Kompas.com - 11/08/2022, 20:19 WIB
Fransisca Andeska Gladiaventa,
A P Sari

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Kementerian Pertanian ( Kementan) meminta masyarakat dan pelaku industri untuk tetap waspada terhadap kemungkinan potensi krisis pangan global.

Sebab, dunia sedang mengalami krisis pangan global yang disebabkan oleh perubahan iklim, pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya selesai, dan perang Ukraina-Rusia.

Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan, krisis pangan yang terjadi saat ini sudah berada di depan mata.

“Akibatnya, ada beberapa negara yang merupakan sentra produksi pangan mulai melakukan restriksi atau pembatasan dalam produksi ekspor ke negara lain. Perang Ukraina-Rusia juga sangat mempengaruhi pasokan gandum untuk kebutuhan global.

“Menurut laporan dari Food and Agriculture Organization (FAO), sekitar 50 negara menggantungkan sebanyak 30 persen impor gandum dari Rusia dan Ukraina,” jelas Kuntoro dalam keterangan persnya, Kamis (11/8/2022).

Baca juga: Jokowi Hadiri Penanaman Kelapa Genjah di Boyolali, Singgung Dunia Sedang Dilanda Krisis Pangan

Untuk diketahui, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2019, konsumsi gandum penduduk Indonesia adalah 30,5 kilogram (kg) per tahun per kapita penduduk. Sedangkan, konsumsi beras hanya sebesar 27 kg per tahun per kapita penduduk.

Hal tersebut yang membuat kebutuhan gandum untuk industri produk pangan olahan, seperti mie instan, kue, dan roti menjadi meningkat.

Melihat kekhawatiran tersebut, pemerintah terus berupaya melakukan langkah preventif, sehingga ketersediaan pangan nasional tetap terjaga dan tidak menimbulkan dampak yang merugikan bagi masyarakat.

“Kementan merespon dengan positif pernyataan salah satu pelaku industri pangan olahan berbasis gandum yang menyebutkan kenaikan harga produk pangan olahan tidak akan siginifikan. Maka dari itu, Kementan berharap pelaku industri pangan terus berkomitmen untuk menjaga harga produk mereka,” ujar Kuntoro.

Baca juga: 9 Negara Larang Ekspor Gandum, Jokowi Perintahkan Segera Kembangkan Bahan Pangan Penggantinya

Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan mensubstitusi kebutuhan pangan impor dengan bahan lokal.

Untuk mengganti gandum, Kementan menggalakan penanaman sorgum sebagai bahan pokok pengganti dan memperkuat alternatif pangan lokal seperti singkong dan umbi-umbian.

“Kebutuhan bahan impor seperti gandum dapat disubstitusi dengan sorgum yang sangat cocok untuk dikembangan di Indonesia. Pangan lokal dapat menyelamatkan dari krisis pangan,” kata Kuntoro.

Sebagai informasi, sepanjang Juni 2022, International Food Policy Research Institute (IFPRI) menyebutkan ada berbagai kebijakan restriksi ekspor yang terjadi di beberapa negara, baik berupa larangan, izin, atau pajak ekspor.

Baca juga: Mentan SYL Sebut Harga Mi Bakal Naik Tiga Kali Lipat

Adapun negara yang menerapkan kebijakan restriksi untuk menjaga stabilitas pangan dan membatasi komoditas gandum yang di ekspor adalah Rusia, India, Serbia, Mesir, Afghanistan, dan Kosovo. 

Selain itu, konflik yang terjadi di Rusia-Ukraina turut mempengaruhi pasar gandum Indonesia. Perlu untuk diketahui, total produk pangan yang diimpor dari kedua negara tersebut pada 2021 sebesar 956 juta dollar Amerika Serikat (AS) atau sebesar 98 persen komoditas gandum.

Pada 2020, Indonesia diketahui menjadi negara kedua dengan nilai impor gandum tertinggi di dunia, yakni dengan total nilai sebesar 2,6 miliar dollar AS atau sebesar 5,4 persen.

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com