Agar Harga Pangan Terjaga, Akademisi Minta Kementan Diberi Kewenangan di Area Pasar

Kompas.com - 09/06/2020, 12:43 WIB
Anggara Wikan Prasetya,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.comKementerian Pertanian ( Kementan) perlu diberi kewenangan di area pasar agar harga pangan tetap terjaga.

Pernyataan itu merupakan pendapat yang disampaikan akademisi pertanian dari Universitas Brawijaya Sujarwo.

Menurut dia, kewenangan Kementan dalam mengelola sektor produksi memang berisiko tinggi, terutama jika tidak diberi kewenangan di area pasar.

"Ketika Kementan berhasil dalam produksi, tetapi di sisi lain Kementerian Perdagangan malah mengizinkan impor, ini akan menghancurkan harga pasar produk pertanian. Menurut saya ini harus dihindari," ujar Sujarwo dalam keterangan tertulis, Selasa (9/6/2020).

Baca juga: Kementan Bantah Stok Beras Menipis

Ia melanjutkan, hitungan Kementan yang dipimpin Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo dalam mengelola pertanian sudah sangat tepat.

Hitungan itu tepat karena Kementan telah memiliki ruang data yang dapat mengakurasi semua produksi.

“Data pertanian, baik areal tanam, areal panen, areal produksi, dan ekspektasi produksi bulanan lewat situs web atau media elektronik sudah sangat bagus,” sambung dia.

Kementan pun, sambung Sujarwo, sudah bisa membuktikan adanya aliran data dari bottom-up lewat frame yang telah dibuat (design system should be Top Down).

Patahkan isu-isu terkait impor

Kecanggihan sistem milik Kementan pun membuat segala isu impor yang muncul belakangan ini dapat dipatahkan.

“Sistem dan data di Kementan akan berbicara sendiri untuk mereka yang meragukan ketersediaan pangan nasional,” kata Sujarwo.

Menurut dia, Kementan tak perlu gusar. Sebaliknya, Kementan cukup santai saja dalam menanggapi isu impor.

Sementara itu, Direktur Eksekutif Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Tauhid Ahmad menilai bahwa sampai saat ini cadangan beras nasional masih dalam posisi aman.

Baca juga: Capaian Positif Kementan Dalam 6 Bulan, NTP Hortikultura Naik

“Kebutuhan beras tidak perlu dikhawatirkan, mengingat pemerintah dan petani terus melakukan produksi, meski sedang menghadapi pandemi Covid-19,” ujar dia.

Isu impor yang saat ini beredar pun menurut Tauhid sangat tidak tepat karena dikhawatirkan akan menurunkan harga di tingkat petani.

Sebagai informasi, stok beras Cadangan Beras Pemerintah (CBP) di Bulog yang direkomendasi dari rapat koordinasi terbatas (rakortas) adalah 1-1,5 juta ton.

Saat ini, CBP di Bulog adalah 1,485 juta ton dan akan terus bertambah seiring panen raya yang masih berlangsung di sejumlah daerah.

Baca juga: Begini Cara Kementan untuk Perluas Lahan Pangan

Lalu, data terbaru stok beras minggu ke-1 Juni 2020 adalah, Bulog 1, 485 juta ton, penggilingan 1,363 juta ton, pedagang 0,730 jt ton. Stok cukup besar ada di hotel, restoran, dan kafe (Horeka) dan rumah tangga.

Selain itu, menurut data, pengadaan beras Bulog per Senin (8/6/2020) juga masih terus berlangsung. Setidaknya ada 21.667 ton beras telah terserap.

Tauhid melanjutkan, impor dan ekspor sejatinya lumrah dilakukan setiap negara. Kebijakan impor pun dilakukan saat negara kekurangan kemampuan produksi.

" Impor tidak dilarang. Namun, harus dilakukan saat momentum yang tepat. Kemudian harus sesuai dengan kebutuhan yang ada, termasuk melihat produksi dalam negeri," ujar dia.

Baca juga: Meski Pandemi, Ekspor Pertanian April 2020 Capai 0,28 Miliar Dollar AS

Ia pun percaya akan kemampuan luar biasa petani Indonesia. Dengan pengelolaan pertanian yang baik dan benar, Indonesia akan mendulang panen dengan angka di atas rata-rata.

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com