Kementan Perbaiki Infrastruktur Air untuk Optimasi Lahan Rawa

Kompas.com - 16/05/2020, 13:37 WIB
Alek Kurniawan,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Indonesia memiliki potensi lahan rawa sebesar 33,4 juta hektar (ha). Namun, terdapat beberapa faktor pembatas dalam pengelolaannya.

Faktor pembatas tersebut seperti tingkat kesuburan lahan yang rendah dan kemasaman tanah tinggi rezim air yang fluktuatif.

Akibatnya, genangan air akan tinggi pada saat banjir atau pasang, serta dangkal dan mengalami kekeringan pada saat musim kemarau.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut, Kementerian Pertanian ( Kementan) terus mendorong seluruh daerah agar melakukan optimasi lahan (opla) rawa.

Baca juga: Mentan: Optimasi Lahan Rawa Jadi Jawaban Ketahanan Pangan Indonesia

Guna membantu meningkatkan produktivitas tersebut, Menteri Pertanian ( Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL) pun meninjau dua lokasi optimasi lahan (opla) rawa di Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito Kuala dan Desa Manarap Baru, Kecamatan Kertak Hanyak, Kabupaten Banjar.

Mentan SYL mengatakan, selain permasalahan yang telah disebutkan sebelumnya, infrastruktur lahan dan air juga masih sangat terbatas dan belum berfungsi dengan optimal.

"Biaya usaha tani di lahan rawa juga tinggi," ujar Mentan SYL dalam rilis yang Kompas.com terima, Sabtu (16/5/2020).

Baca juga: Mentan: Optimalisasi Lahan Rawa Jadi Jawaban untuk Memastikan Ketahanan Pangan

Ia melanjutkan, rendahnya produktivitas tanaman di daerah rawa dapat disebabkan oleh kurangnya suplai air ke sawah dan pupuk dolomit untuk menyuburkan lahan.

Namun, ia percaya bahwa teknologi, riset, pupuk yang bagus, dan mekanisasi pertanian, lahan rawa dapat dimaksimalkan dengan sistem yang lebih baik.

"Maka diperlukan upaya optimasi lahan pertanian rawa menjadi lahan produktif, yaitu melalui penataan sistem tata air dan penataan lahan," jelas Mentan SYL.

Fokus perbaikan infrastruktur

Mentan menegaskan kegiatan opla rawa harus fokus pada perbaikan infrastruktur lahan dan air.

Perbaikan itu di antaranya dengan prioritas pada kegiatan perbaikan tata air mikro, rehabilitasi atau pembangunan pintu-pintu air, pembangunan atau pembenahan infrastruktur lainnya di lahan rawa, serta peningkatan kualitas atau kesuburan lahan rawa.

"Optimasi lahan rawa kini jawaban untuk memastikan ketahanan pangan Indonesia terus terjaga di masa depan. Terutama dengan terus meningkatnya kebutuhan konsumsi masyarakat," ujar Mentan SYL.

Dalam kesempatan itu, Mentan SYL juga menyampaikan sejumlah arahan seperti memperbaiki ekonomi wilayah melalui sektor pertanian.

“Pemerintah daerah (Pemda) perlu membuat satu konsepsi perencanaan pembanguan pertanian di Kalsel dan Kementan akan mendukung. Manfaatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR), perlu manajemen air, dan tanam ragam komoditi di lahan rawa," jelasnya.

Optimasi lahan rawaDOK. HUMAS KEMENTERIAN PERTANIAN Optimasi lahan rawa

Peningkatan pendapatan petani

Sementara itu, Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy menjelaskan, Provinsi Kalimantan Selatan telah mengalokasikan kegiatan Optimasi Lahan Rawa seluas 120.000 Ha di 9 kabupaten pada 2019.

Dengan teknologi yang digunakan, lahan rawa mampu meningkatkan indeks pertanaman dari IP 100 menjadi IP 200 dan juga meningkatkan produktivitas. Alhasil, manfaatnya terasa terhadap peningkatan pendapatan petani.

“Jika minimal luasan yang ditanam mencapai 80.000 ha dengan provitas 5 ton per ha maka dapat menambah produksi mencapai 400.000 ton. Bila terus dilakukan pertanaman kembali di musim tanam kedua program opla rawa ini dapat memberikan nilai tambah bagi petani," kata Sarwo Edhy

Ia juga menjelaskan, lokasi-lokasi yang masuk ke wilayah opla rawa akan mendapatkan bantuan sarana produksi pertanian, seperti herbisida, dolomit, benih, pupuk hayati, dan bantuan lainnya dari pemerintah.

Baca juga: Tingkatkan Produksi Pertanian, Kementan Optimalkan Lahan Rawa di 14 Provinsi

Sarwo Edhy mengungkapkan, program ini merupakan upaya peningkatan peran petani dan Kelompok Tani/Gabungan Kelompok Tani, penumbuhan dan pengembangan Kelompok Tani untuk melaksanakan Usaha Tani, serta pengembangan kawasan dan/atau kluster berbasis korporasi petani.

"Dengan pengelolaan air yang lebih baik, harapannya, sawah rawa bisa digarap sepanjang tahun, baik musim kemarau maupun musim hujan. Dengan begitu, petani bisa menanam lebih dari dua atau tiga kali setahun," jelas Sarwo Edhy.

Sebelumnya, Gapoktan Surya Indah sebagai penerima bantuan di Desa Karang Indah, Kecamatan Mandastana, Kabupaten Barito mendapatkan alokasi kegiatan Optimasi Lahan dari Kementan pada 2019 untuk lahan seluas 493 ha.

Kegiatan yang dilakukan adalah normalisasi saluran, pintu air, gorong gorong dan diberikan bantuan alsintan.

Baca juga: Berkat Optimalisasi Lahan Rawa, Luas Tanam Padi di Banjar Meningkat 5 Kali Lipat

Semula, provitas panen di area ini sebesar 4 ton per ha, tetapi setelah dilakukan optimasi lahan pertanian rawa mampu meningkatkan IP tanam yang semula 1 kali bisa menjadi 2 kali.

Saat ini lahan seluas 400 ha tersebut ditanami padi lokal seluas 350 ha dan 50 ha untuk padi unggul dengan umur tanaman 60 hari.

Sementara pada lokasi optimasi lahan rawa yang dikelola oleh Gapoktan Setumpun di Desa Manarap Baru Kecamatan Kertak Hanyar, Kabupaten Banjar, kegiatan optimasi lahan meliputi peninggian tanggul, pembersihan saluran, serta pembuatan jembatan dan pintu air.

Provitas panen yang semula 2.5 ton per ha setelah dilakukan intervensi teknologi dan pengelolaan tata air melalui optimasi lahan rawa maka provitas panen saat ini meningkat hingga 4-5 ton per ha.

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com