KOMPAS.com - Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan Kementerian Pertanian ( Kementan) Suwandi mengingatkan untuk dilakukan percepatan tanam pada September 2019.
"Bulan ini target harus terpenuhi, bahkan bagi wilayah yang minus bulan Agustus lalu agar ditambahkan untuk bulan ini," ujarnya dalam Rapat Koordinasi Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung dan Kedelai di Bogor, Kamis (5/9/2019).
Dalam Rakor ini, Kementan turut mengundang Dinas Pertanian Kabupaten, Kodim, dan Tim Upsus guna menyamakan langkah dalam percepatan tanam September ini.
"Alasannya tak lain karena luas tanam bulan September akan tercatat di produksi tahun 2019 ini. Jadi kalau tanamnya Oktober ya lewat, nanti akan tercatat di tahun berikutnya," jelas Suwandi melalui keterangan tertulisnya.
Baca juga: Perbaiki Sistem, Kementan Yakin Angka Ekspor Pertanian Terus Meningkat
Sebagai gambaran, hasil evaluasi luas tambah tanam (LTT) secara keseluruhan perbandingan pertanaman Mei sampai Juli antara 2019 dan 2018 terjadi peningkatan.
Artinya, musim kemarau bisa disiasati oleh Kementan untuk memanfaatkan lahan yang ada. Namun demikian, menurut Suwandi hal ini tidak lantas membuat pihaknya lengah.
"Saya sangat berharap pada Provinsi Jawa Barat (Jabar) karena di sini adalah salah satu penyangga pangan nasional, jadi ya harus ada langkah serius," ucapnya.
Suwandi menyebutkan ada beberapa strategi yang harus dilakukan untuk mengejar percepatan pada September ini.
Pertama, untuk petugas Dinas Pertanian, ia meminta agar segera melengkapi dan mengirimkan usulan penerima bantuan.
"Langkah konkritnya kami akan mengadakan pertemuan dengan penyedia benih jadi bapak ibu semua bisa langsung melakukan kontrak," sebutnya.
Baca juga: Ini Upaya Strategis Kementan dalam Percepatan Tanam Padi
Kedua, lanjutnya, Kementan terus sinergi dengan TNI. Babinsa diminta mengawal dan melacak lokasi lahan yang mengalami kekeringan dan punya potensi ketersediaan air.
"Kementan akan bantu berikan anggaran untuk membuat sumur pantek atau dangkal dan bantuan pompa, untuk itu segera bersurat ke Ditjen PSP dan mengusulkan kepada kami," kata Suwandi.
Ketiga, bagi petugas PDPS Suwandi mengimbau untuk memperbaiki dan memasuki data yang masih kurang.
"Selanjutnya, saya ingin semua bisa memanfaatkan asuransi pertanian dari Jasindo khususnya untuk petani jagung dan padi," ujarnya.
Di tempat yang sama, Pabandia III Kodam III/Siliwangi, Letkol E Suhara menyatakan dukungannya dalam pengawalan Upsus Pajale, baik dalam melaksanakan gerakan tanam maupun mengolah lahan dan alat mesin pertanian (Alsintan).
Untuk para Dandim, ia meminta menugaskan Babinsa melakukan pengontrolan kegiatan pompanisasi lahan kering guna memastikan lahan tetap terairi.
"Kementan sekarang ada program gerakan olah tanah, di mana semua biaya difasilitasi. Penyediaan pompa, traktor bahkan bahan bakar minyaknya juga, nah tugas kami tinggal bagaimana mendorong petani dan melakukan pengawalan seintensif mungkin," tegas Suhara.
Kepala Dinas Pertanian Provinsi Jawa Barat, Hendri Jatnika pun sangat mendukung langkah Kementan.
Baca juga: Kementan Kembangkan Mekanisasi 4.0 untuk Tingkatkan Produktivitas Pertanian
Provinsi Jawa Barat mengalami kemarau dan tantangan alih fungsi lahan, tetapi masih ada harapan karena masih ada panen di musim kemarau ini.
"Untuk itu saya sampaikan ke seluruh kabupaten agar kita jangan menelantarkan lahan yang merupakan sumber penghidupan bagi masyarakat. Optimalkan untuk segera ditanami karena lahan kita lahan subur," tuturnya.
Sebagai Panenggungjawab Upsus Jabar, Kepala Badan Karantina Pertanian, Ali Jamil menyatakan siap melakukan pengawalan Upsus di Jabar.
Oleh karena itu, ia mengingatkan agar pada September ini harus mampu mencapai target. Apalagi, di Jawa Barat sudah diintensifkan penanaman gogo sawah sejak bulan lalu.
"Program pompanisasi dikejar di lokasi kemarau dan untuk bertanam September. Benih-benih yang sudah disalurkan harus segera ditanam di September," tutupnya.