KOMPAS.com – Kementerian Pertanian ( Kementan) bekerja sama dengan Kodam IV Diponegoro untuk bergerak mengawal percepatan tanam padi di beberapa provinsi, salah satunya Jawa Tengah (Jateng) sebagai sentra produksi padi Indonesia.
Untuk itu, Kementan menggelar Rapat Koordinasi (Rakor) Upaya Khusus (Upsus) Padi, Jagung, dan Kedelai yang bertempat di Purwokerto, Selasa (3/9/2019).
Pada Rakor ini, Direktur Jenderal (Dirjen) Tanaman Pangan, Suwandi mengungkapkan sebagai langkah percepatan tanam di bulan September ini, Kementan melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Tanaman Pangan mendorong gerakan olah tanah dan tanam, yakni melalui program bantuan percepatan tanam untuk skala minimum 100 hektar (ha).
“Kami akan bantu bahan bakar minyak ( BBM) untuk pompa, BBM untuk traktor, biaya operator traktor dan operasional gerakan," papar Suwandi dalam rilis tertulis, Rabu (4/9/2019).
Suwandi menyebutkan dalam menyukseskan percepatakan tanam ini, pihaknya akan menyasar ke 15 provinsi sentra.
“Untuk yang kena puso manfaatkan Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP). Asuransi ini digerakkan oleh Jasindo Kabupaten, bahkan Jasindo sudah mengakomodasi untuk komoditas padi dan jagung,” ujarnya.
Baca juga: Kementan Terus Menggencarkan Sosialisasi Kartu Tani
Begitu pula dalam hal pendataan lahan, Suwandi meminta agar dibentuk tim untuk melacak keberadaan lahan sawah dan disesuaikan dengan data Badan Pertanahan Nasional (BPN) yang telah ada. Tujuannya agar selisihnya tidak banyak atau agar lahan sawah yang ada semua terdata dalam BPN.
“Ada sistem aplikasi ARcGIS yang dapat memetakan pertanaman yang belum terdata di Kerangka Sampling Area," ungkapnya.
Sementara itu, Kepala Dinas Pertanian dan Perkebunan Provinsi Jateng, Suryo Banendro mengakui bulan Agustus 2019 masih belum bisa mencapai target yang telah ditetapkan, tetapi ia optimis September ini bisa dikejar dengan upaya percepatan tanam padi.
Meskipun begitu, jika dibandingkan tahun lalu capaian bulan Agustus ini lebih tinggi, yakni seluas 71.986 ha, naik sebesar 1.616 ha dibandingkan Agustus 2018 yang hanya menjangkau 70.370 ha.
Baca juga: Kementan Kembangkan Mekanisasi 4.0 untuk Tingkatkan Produktivitas Pertanian
"Tidak hanya padi, beberapa upaya pengembangan komoditas lain juga terus dilakukan Dinas Pertanian Jawa Tengah,” ungkapnya.
Kendati demikian, lanjutnya, capaian komoditas lain perlu diapresiasi. Sebagai contoh kacang hijau varietas Vima 53 yang ditanam di Demak. Produksinya tinggi karena tingkat adopsi teknologi dan varietas petani disana cukup bagus, bahkan sudah berhasil ekspor ke Taiwan.
Selain itu, jelas Suryo, rencana tumpangsari jagung dengan perkebunan seluas 11 ribu ha akan ditanam awal November atau akhir Oktober 2019.
Baca juga: Strategi Mentan Menarik Antusias Milenial untuk Bertani Dinilai Tepat
“Walaupun musim panen raya, Alhamdulillah harganya masih cukup baik,” cetusnya.
Upaya Kementan selama ini tentu tidak sendirian. Dukungan dari TNI sangat membantu upaya peningkatan produksi pangan.
Letkol Caj Achsin, dari Kodam IV Diponegoro mengungkapkan bahwa pihaknya perlu usaha kerja keras untuk meningkatkan LTT agar memenuhi target. Sesuai instruksi pimpinan, pihaknya diminta membantu upaya Kementan dengan mendorong petani untuk tanam serentak.
"Kami siap membantu pembanguan infrastruktur jaringan irigasi tersier, melakukan sinergi dengan stakeholder, dan pendampingan secara intensif,” jelasnya.
Pusat Data dan Sistem Informasi (Pusdatin) Kementan, Efi Respati menjelaskan Kementan terus melakukan penguatan data pangan.
Melalui sistem Pengembangan Data Pangan Strategis (PDPS), Kementan dapat mempercepat pelaporan data, memudahkan akses data, dan memperkuat korodinasi data antara pusat dan daerah.
"Jadi dengan adanya sistem ini bisa mempercepat aliran data secara periodik setiap bulan agar lebih akurat, kuat dan mudah diakses. Kami akan terus melakukan evaluasi agar tidak ada selisih perbedaan data yang signifikan antara data Upsus dan data PDPS,” tutup Efi.