KOMPAS.com - Kekeringan yang melanda sebagian wilayah Indonesia pada musim kemarau berdampak pada para petani.
Adapun kekeringan terluas terjadi di wilayah Pulau Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara Barat (NTB) yang merupakan lumbung padi nasional.
Namun, bila dibandingkan tahun lalu, luasan yang terkena dampak jauh lebih sedikit.
Pada 2018 silam, wilayah yang terkena kekeringan mencapai sekitar 133.351 hektar (ha) dan puso mencapai sekitar 26.287 ha.
Baca juga: Kementan Dorong Pasar Ekspor Melalui Layanan Sarita
Sementara pada 2019 ini angkanya mengecil, yakni yang terkena kekeringan mencapai 108.163 ha dan puso mencapai 11.055 ha.
Keluhan dari para petani pun tidak lagi terdengar. Para petani di Kabupaten Tegal, Jawa Tengah, misalnya, tetap bisa bernafas lega meski sawahnya mengalami puso. Alasannya, mereka sudah terlindungi oleh asuransi pertanian.
Direktur Irigasi Pertanian, Kementerian Pertanian ( Kementan) Rachmanto mengatakan asuransi ini mendapatkan subsisi pemerintah.
"Petani hanya membayar Rp 36.000 per ha dan pemerintah membantu sebesar Rp 144.000,” ujarnya melalui rilis tertulis, Senin (26/8/2019).
Baca juga: Kementan: Irigasi Perpompaan Punya Manfaat Besar untuk Petani
Untuk diketahui, saat ini sudah ada 1 juta ha lahan yang terlindungi asuransi.
Persyaratan pengajuan premi asuransi pun cukup mudah. Diajukan oleh petani lewat petugas penyuluh pertanian (PPL).
Sementara klaimnya tetap melalui Dinas Pertanian untuk dinyatakan gagal panen atau tidak.
"Gagal panen akibat kekeringan mau tidak mau harus diganti melalui skema asuransi," jelas Rachmanto.
Namun, bagi wilayah yang belum sampai gagal panen, masih bisa dilakukan beberapa langkah penanganan yang cukup jitu.
Beberapa langkah antisipasi yang kemudian efektif dijalan selain asuransi pertanian adalah rehabilitasi irigasi.
Sejak 2015 silam, Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan sudah melakukan rehabilitasi jaringan irigasi tersier seluas 3,13 juta ha.
Dampaknya, waktu pengairan menjadi lebih cepat dan kehilangan air di sepanjang saluran berkurang secara signifikan.
Kemudian, membangun embung-embung pertanian yang jumlahnya terus bertambah.
Sejak lima tahun terakhir, Kementan sudah membangun 11.654 unit embung. Pembangunan embung ini untuk menambah pasokan air pada lahan sawah yang memiliki potensi tampungan air dan mengalami kekurangan air pada musim kemarau.
Baca juga: Kementan Terus Dorong Petani Ikut Asuransi Usaha Tani Padi
“Adanya embung ini bermanfaat sebagai cadangan air untuk tanaman pangan dan peternakan,” kata Rahmanto.
Penanggulangan dampak kekeringan makin efektif setelah ditambah dengan pendistribusian pompa air. Pada 2018 saja, pemerintah melalui Kementan sudah menyalurkan 33.193 unit pompa air yang dapat dimobilisasi dan dimanfaatkan di daerah yang terkena kekeringan.
Sedangkan irigasi perpompaan yang sudah disalurkan mencapai 4.042 unit.
Ada pula tindakan dari Kementan yang melibatkan TNI dan Polri, yakni gilir giring.
Gilir giring mengalirkan air irigasi ke areal persawahan secara bergiliran dan adil sehingga semua kebagian air.
“Aparat untuk jaga pintu air. Maklum, ada juga yang suka nakal," kata Rachmanto.
Langkah selanjutnya adalah sosialisasi untuk menanam padi gogo dan tanaman lain seperti jagung dan kedelai. Padi gogo, jagung, dan kedelai tahan di musim kemarau.
Upaya sosialisasi memang membutuhkan upaya, sebab masih banyak petani yang enggan menanam jenis padi gogo, jagung dan kedelai.
Padahal untuk benih padi gogo, pemerintah memberikan bantuan. Kelebihan varietas padi gogo ini tidak membutuhkan air sebesar varietas padi pada umumnya dan tahan terhadap kekeringan.
Baca juga: Kementan dan Kominfo Dilibatkan dalam Penanggulangan Karhutla
"Nantinya, varietas pada gogo akan ditanam di lahan kering, lahan rawa, dan bahkan di lahan sawah yang sumber airnya sedikit tapi masih memiliki potensi," jelasnya.
Musim kemarau mungkin masih akan terus berjalan. Namun upaya antisipasi sudah sangat baik dilakukan oleh Kementan sehingga dampaknya bisa diperkecil.
Hal ini tidak sampai merugikan petani dan yang lebih penting lagi pasokan beras tidak terganggu, yang bisa menyebabkan harga merangkak naik.