Ketika Program OPOP Dikawinkan dengan Program Santri Tani Milenial…

Kompas.com - 22/08/2019, 18:15 WIB
Alek Kurniawan

Penulis

KOMPAS.com – Gubernur Jawa Timur (Jatim) Khofifah Indar Parawasa mengatakan Program One Pesantren One Product (OPOP) bisa dikolaborasikan dengan program Santri Tani Milenial yang tengah dijalankan Kementerian Pertanian ( kementan).

Gagasan tersebut diungkapkan Khofifah saat meresmikan Program OPOP di Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (Unusa), Kamis (22/8/2019).

Ia juga mengatakan kalau kedua program tersebut berhasil dikolaborasikan, maka bisa pula dimasukan Program Petik, Olah dan Jual.

"Artinya setelah dipetik ada olahannya, setelah diolah ada pengemasannya, dan setelah itu bagaimana akses pasarnya," ujar Khofifah melalui rilis tertulis, Kamis (22/8/2019).

Baca juga: Kementan Dorong Pasar Ekspor Melalui Layanan Sarita

Dia menjelaskan Program OPOP ini menjadi perhatiannya mengingat potensi pesantren di Jatim begitu besar.

Program ini juga sebagai upaya untuk pemberdayaan pesantren dan lingkungannya menuju kemandirian di berbagai bidang, serta dapat berkontribusi nyata dalam pembangunan di Jatim.

"Potensi pesantren sangat luar biasa. Sido Giri sudah menunjukkan kemampuan dan kekuatan membangun jejaring lewat perbankan syariahnya. Beberapa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di pesantren juga sudah memiliki produk-produk,” jelasnya.

Namun demikian, lanjut Khofifah, mereka tetap membutuhkan tambahan pendampingan, quality control yang baik, kualitas yang mencukupi, dan kualitas yang bisa dijaga.

Baca juga: Bappenas: Program Kementan Terbukti Memacu Pertumbuhan Ekonomi Daerah

Khofifah menekankan bagi pesantren yang memiliki produk yang mirip, bisa memasuki market place yang ada, seperti Bukalapak, bahkan masuk Ali Baba asalkan kuatitas bisa terpenuhi.

Oleh karena itu, pesantren-pesantren perlu diberikan pendampingan yang komprehensif, termasuk kegiatan riset dan pengembangannya.

"Jadi hari ini tidak bisa kami bicara daya saing tanpa didukung riset dan pengembangan. Karena itu, perlu adanya traning center OPOP di perguruan tinggi sehingga bisa memberikan pelatihan, pendampingan, sampai dengan membangunkan jejaring pasar dalam skala lebih luas," tuturnya.

Regenerasi petani

Di sisi lain, Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri mengatakan Program Santri Tani Milenial merupakan upaya serius Kementan dalam regenerasi di sektor pertanian, khususnya dari kalangan santri.

Hal itu penting mengingat kebutuhan pangan masa depan akan semakin besar seiring laju pertumbuhan penduduk.

"Program OPOP jika disinergikan dengan Program Santri Tani akan menjadi energi baru untuk pertanian kita dan bagi santri milenial yang jumlahnya empat jutad di seluruh Indonesia," ujarnya.

Kementan sudah buat peraturan agar santri bisa akses langsung ke Kementerian tanpa prosedur yang berbelit. Mereka juga mendapatkan bantuan berupa alokasi satu juta ayam untuk seluruh pesantren.

Baca juga: Ribuan Sawah di Lebak Kering, Kementan Galakkan Asuransi Pertanian

Menurut Kuntoro, memperkenalkan dan menggerakkan santri milenial adalah pilihan strategis untuk regenerasi dan meningkatkan produktivitas pertanian.

Melibatkan para santri merupakan bagian dari program yang lebih besar yakni gerakan satu juta petani milenial yang sudah ditetapkan sebagai program prioritas membangun manusia Indonesia di 2019.

"Dari data Badan Penyuluhan dan Pengambangan Sumber Daya Manusia Pertanian, Gerakan Petani Milenial sendiri melibatkan satu juta petani milenial yang tergabung dalam 40.000 kelompok petani," pungkasnya.

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com