KOMPAS.com - Kementerian Pertanian terus mendorong pemanfaatan teknologi informasi pada proses bisnis karantina.
Proses pertukaran data persyaratan ekspor dan sertifikat elektronik atau e-Cert ke Belanda merupakan contoh pemanfaatan teknologi informasi.
“Hari ini kami tunjukkan langsung bahwa sertifikat dalam hitungan detik sudah dapat diterima negara tujuan. Dan ini untuk memudahkan ekspor kita ke negara tujuan," kata Menteri Pertanian Amran Sulaiman dalam pernyataan tertulis, Kamis (8/8/2019).
Amran menginstruksikan Badan Karantina Pertanian untuk melakukan harmonisasi dan negosiasi dengan seluruh negara mitra dagang agar dapat menggunakan fasilitas layanan itu.
Baca juga: Resmi, Indonesia Akan Ekspor Buah ke Argentina
Hingga kini, ada 4 negara yang memanfaatkan layanan itu, yakni Selandia Baru, Australia, Belanda, dan Vietnam.
“Baru ada satu negara di Asean, ini yang kita dorong dahulu, seluruh negara ASEAN dan terus lanjut ke negara mitra dagang lainnya," kata Amran.
Menurut dia, peningkatan ekspor akan memperkuat bangsa. Sayangnya, kebijakan impor sangat tidak berpihak pada petani.
Padahal, imbuh dia, ekspor produk pertanian terus meningkat hingga 100 persen per tahun.
Adapun total volume ekspor pada 2014 sebanyak 33 juta ton, merujuk data Kementan.
Bahkan, ia melanjutkan, volume ekspor pada 2018 telah mencapai 42.5 juta ton.
Peningkatan volume ekspor disebabkan adanya inovasi, kemudahan, dan percepatan layanan karantina di pelabuhan maupun bandara.
Ia menegaskan, elektronik sertifikat dan aplikasi petaan komoditas pertanian ekspor (IMACE) memudahkan eksportir untuk melakukan ekspor.
"Kami targetkan pada 2019 volume ekspor meningkat hingga 45 juta ton. Sesuai amanat Bapak Presiden, kami gunakan teknologi informasi, permudah perizinan dan sertifikat melalui digitalisasi untuk memudahkan layanan ekspor," ujar dia.
Selain itu, Kementan terus menjalankan program Agro Gemilang sebagai upaya akselerasi ekspor produk pertanian.
Komoditas unggulan
Pada Rabu (7/8/2019) lalu, Amran melepas ekspor komoditas unggulan Bali, berupa 2,5 ton Mangga Harum Manis ke Rusia dan beberapa produk lainnya ke sejumlah negara.
Pemerintah menargetkan 100 ton ekspor buah mangga asal Bali mampu memenuhi pasar Rusia pada tahun ini.
Sebagai informasi, ekspor komoditas pertanian ke Rusia baru mencapai 368,4 ribu ton. Adapun komoditas yang diekspor antara lain air kelapa, bambu, salak, dan kacang tanah.
"Saya mengajak pemuda tani Indonesia, ayo kita mulai ekspor ke Rusia. Harganya bagus dan ekspor akan meningkatkan kesejahteraan petani," kata dia.
Komoditas lain yang diekspor adalah paprika serta handicraft berbahan dasar batok kelapa, jerami, dan enceng gondok dengan tujuan Belanda.
Selain itu, Amran melanjutkan, komoditas pertanian seperti daun bawang yang diekspor Taiwan, vanili diekspor ke Amerika Serikat, rempah-rempah diekspor ke Swiss.
Indonesia juga mengekspor 44.500 ekor anak ayam umur sehari atau day old chicken (DOC) ke Timor Leste. Ekspor komoditas pertanian tersebut bernilai total Rp 13,5 miliar.
E-cert perkuat layanan ekspor
Kepala Badan Karantina Pertanian (Barantan) Ali Jamil menjelaskan, Barantan telah melakukan beberapa aksi strategis.
Selain menerapkan e-Cert dan inline inspection, Barantan juga menggagas Agro Gemilang dan sosialisasi aplikasi petaan komoditas pertanian ekspor atau IMACE pada awal 2019.
Pada Unit Pelaksana Teknis (UPT) Karantina Pertanian Denpasar, kata dia, terjadi penambahan negara tujuan ekspor.
Berdasarkan data Karantina Pertanian Denpasar, negara tujuan ekspor per Juli 2018 tercatat 40 negara, sedangkan pada Juli 2019 telah menjadi 50 negara atau meningkat 25 persen.
Sementara itu, pada Juli 2018 ada 65 eksportir dalam program Agro Gemilang. Jumlah eksportir meningkat menjadi 78 pada Juli 2019 atau meningkat 11 persen.
Baca juga: Mentan: Ekspor Pertanian Bulan Juli Capai Rp 1,1 Triliun
Menurut dia, nilai ekspor di Karantina Denpasar juga meningkat. Pada sub sektor komoditas hortikultura terjadi peningkatan dari Juli 2018 sebanyak Rp 17,6 miliar menjadi Rp 87,9 miliar pada Juli 2019.
Tak cuma itu, ekspor komoditas perkebunan meningkat dari Rp 18,7 miliar pada Juli 2018 menjadi Rp 42,6 miliar pada Juli 2019.
Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Kuntoro Boga Andri secara khusus mengirimkan sertifikat elektronik ekspor produk pertanian Indonesia ke Belanda. Sertifikat itu telah diterima pemerintah Belanda.
"Sistem elektronik sertifikat ini telah berjalan baik, dan kami senang ekspor kita bisa diterima lebih cepat" kata dia.