KOMPAS.com – Setelah sukses ekspor jagung pipil, Indonesia melalui Kementerian Pertanian ( Kementan) berhasil mengekspor serbuk tongkol jangung (corncobs meal).
Direktur Jenderal Tanaman Pangan Kementerian Pertanian (Kementan) Suwandi menyebutkan pengiriman perdana serbuk tongkol jagung ini telah dikirim ke Korea Selatan pada Maret 2019 sebanyak 300 ton atau 75 persen dari total permintaan sebesar 400 ton.
Harga jual ekspornya ditaksir sekitar Rp 1,9 juta per ton atau total setara Rp 570 juta.
“Ekspor serbuk tongkol jagung ini dilakukan Koperasi Dinamika Agribisnis di Kecamatan Priggabaya Kabupaten Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB). Koperasi ini bermitra dengan perusahaan penanganan pasca panen jagung, PT Dhanya Perbawa Pradhikasa,” ujar dia melalui rilis tertulis, Senin (5/8/2019).
Suwandi menjelaskan tongkol jagung yang merupakan sumber serbuk tongkol jagung adalah produk sampingan dari pemipilan jagung tersentralisasi untuk kebutuhan khusus industri sapi perah.
Baca juga: Di Gorontalo, Jokowi Lepas Ekspor Jagung
Namun demikian, di negara tujuan serbuk tongkol jangung akan digunakan sebagai salah satu bahan untuk media tanam pada budidaya jamur merang. Selain itu dapat pula digunakan untuk bahan baku pakan.
“Persyaratan yang diminta negara tujuan ekspor antara lain kadar air maksimal 15 persen ukuran 1 hingga 8 milimeter (mm), packing 30 kilogram (kg) per bag, serta jumbo bag per pallet,” jelasnya.
Persyaratan lain yang juga penting adalah serbuk tongkol jagung harus mampu menyerap air dengan baik.
Suwandi menyebutkan diperlukan penanganan pasca panen jagung yang tersentralisasi dengan pendekatan agroindustri.
Ini perlu untuk menghasilkan serbuk tongkol jagung dalam skala ekonomi dengan kualitas ekspor serta kontinuitas produksi yang berkelanjutan.
“Jadi, petani mitra diwajibkan mengikuti prosedur budidaya yang disepakati bersama. Penerapan prosedur budidaya ini diperlukan untuk menjamin konsistensi mutu,” sebut dia.
Baca juga: Ekspor Kacang Hijau Meningkat, Kementan Sarankan Petani Budidayakan Komoditas Ini
Dengan begitu, kata Suwandi, petani diuntungkan karena selain mendapat kepastian pasar jagung, juga mendapatkan pendampingan dari industri yang bersangkutan.
“Jadi saya semakin yakin Indonesia memiliki potensi untuk memproduksi jagung rendah aflatoksin sebagai substitusi impor jagung guna kebutuhan khusus sekaligus menghasilkan corncobs meal yang dapat diekspor,” tandas Suwandi.