PALANGKARAYA, KOMPAS.com - Sekitar 500 tahun lalu, hasil perkebunan Indonesia pernah berjaya, terutama dalam produksi rempahnya.
Kini kejayaan tersebut tengah diupayakan oleh Kementerian Pertanian ( Kementan) agar Indonesia menjadi negara yang unggul dalam hal ekspor, termasuk komoditas perkebunannya.
Salah satu cara untuk mewujudkannya adalah melalui BUN500. Nama terakhir adalah program distribusi 500 juta batang benih unggul perkebunan yang diberikan secara gratis kepada masyarakat, khususnya perkebunan rakyat.
Kegiatan ini rencananya akan terus dilakukan dalam kurun lima tahun mendatang, yakni 2019 hingga 2024.
Baca juga: Tingkatkan Ekspor Rempah-rempah, Kementan Dukung Penerapan "SSI"
Untuk bibit tanamannya sendiri, ada 10 komoditas perkebunan yang diberikan, yaitu teh, kakao, lada, kelapa, kopi, jambu mete, cengkeh, tebu, karet, dan pala.
“Ini adalah tonggak sejarah baru untuk Indonesia. Mimpi besar kita adalah mengembalikan kejayaan tersebut, sehingga kita harus bertekad,” ujar Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat peluncuran BUN500 di Desa Sido Mulyo, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, Kamis (18/7/2019).
Mengenai bibit yang digunakan dalam program BUN500, Amran mengatakan, ini telah dipersiapkan Kementan sejak tiga tahun lalu.
“Kami telah memulai tiga tahun yang lalu membuat pembibitan atas arahan Presiden Joko Widodo dengan anggaran senilai Rp 5,5 triliun,” bebernya.
Misalnya pada produksi kopi Indonesia. Mentan menyebutkan, produksi kopi Indonesia sebelumnya hanya mampu mencapai 700 kilogram (kg) per tahun per hektar (ha).
“Tetapi (dengan) bibit yang sekarang ini produksi (menjadi) 3,5 ton - 4 ton. Itu artinya, produksi meningkat menjadi 400 persen saat menggunakan bibit unggul pemberian Kementan,” ungkapnya.
Lewat BUN500, Kementan menargetkan ekspor komoditas perkebunan dalam lima tahun dapat meningkat ke menjadi Rp 274,9 triliun, sehingga Indonesia mampu menjadi perkebunan nomer satu dunia pada tahun 2024.
Bahkan hingga produk olahan, disebutkan Amran, nilai produksi BUN500 berpotensi mencapai lebih dari Rp 1.180 triliun.
Sementara itu, dalam hal industri pengolahan, penyerapan tenaga kerja diproyeksi lebih dari 9,5 juta orang atau meningkat 40 persen dari total tenaga kerja perkebunan saat ini.
Di lain sisi, Direktur Jenderal (Dirjen) Perkebunan Kasdi Subagyono menyatakan, dari program BUN500 ini ditargetkan peningkatan produktivitas perkebunan dapat mencapai hingga tiga kali lipat dengan menyediakan benih bermutu, berkualitas, dan bersertifikat.
Baca juga: Menilik Hasil Perkebunan dan Peternakan Desa Sumber Urip di Bengkulu
Adapun untuk menyediakan benih tersebut, Kementan menyiapkan minimal 50 tempat untuk pengembangan kebun sumber benih (nursery) yang menampung 200 juta batang.
Dengan besaran tersebut, Kasdi mengatakan program ini harus menggandeng produsen dan penangkar benih berstandar ISO 9001;2015 sebagai mintra strategis untuk menyediakan 300 juta batang lainnya.
Sementara itu, mengenai lokasi penanaman bibit unggul, Amran menyebutkan beberapa acuan seperti kecocokan agro climate, topografi, dan culture masyarakat setempat.
“Kami mulai dari sini (Kalimantan Tengah). Kami tahu Pak Gubernur Kalimatan Tengah (Sugianto Sabran) pekerja keras dan beliau menyiapkan ruang membangun perkebunan dan hortikultura secara besar-besaran di Kalimantan Tengah," ujar Amran.
Bahkan Kementan rencananya mempersiapkan Kalimantan sebagai eksportir, lumbung perkebunan, lumbung holtikultura, dan lumbung pangan.
Kementan optimis, hal ini dapat diwujudkan dengan mudah mengingat ekspor komoditas perkebunan Indonesia meningkat menjadi 42,5 ton pada 2018 dari 33 juta ton pada empat tahun lalu.
Baca juga: Ekspor Pertanian Ke Spanyol Naik, Hasil Positif Neraca Perdagangan Indonesia
Gubernur Kalimantan Tengah Sugianto Sabran selaku tuan rumah mengungkapkan apresiasinya terhadap program BUN500 Kementan. Ia menyambut baik program tersebut dan berkomitmen menyediakan lahan untuk beberapa komoditas unggulan.
Kalimatan Tengah merupakan Provinsi terluas setelah Papua, sehingga ini dinilai sangat potensial untuk pengembangan pertanian.
“Dibagian timur Kalteng misalnya, sangat cocok untuk dikembangkan kakao dan kopi.” pungkas Sugianto.