KOMPAS.com – Kementerian Pertanian ( Kementan) kembali melepas ekspor bawang merah ke Singapura, Malaysia, Filipina dan Thailand sebanyak 1.000 ton. Selain itu, Kementan juga melepas ekspor jahe gajah ke Bangladesh sebanyak 500 ton di Surabaya, Selasa (16/7/2019).
Pelepasan ekspor ini dilakukan secara langsung oleh Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Suwandi serta Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Hortikultura Yasid Taufik.
Suwandi mengatakan, ekspor ini merupakan salah satu bukti nyata kebijakan pangan Menteri Pertanian (Mentan) Amran untuk mewujudkan kedaulatan pangan, meningkatkan kesejahteraan petani, serta menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional melalui ekspor.
"Sesuai arahan Mentan, sejak 2015 kami fokus meningkatkan produksi di daerah sentra dan memperluas kawasan pertanian, khususnya di luar Pulau Jawa dan wilayah perbatasan," ujar Suwandi sesuai rilis yang Kompas.com terima, Selasa (16/7/2019).
Baca juga: Ekspor Bawang Merah ke 6 Negara, Indonesia Lakukan Serangan Balik
Ekspor dan investasi ini, tambahnya, harus didorong penuh agar pertumbuhan ekonomi semakin kuat dan masyarakat semakin sejahtera.
Sebagai informasi, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat sejak 2016 Indonesia telah menutup total kran impor bawang merah dan cabai segar.
Sebelumnya, pada 2014 Indonesia masih impor bawang merah sebanyak 74.903 ton, lalu pada 2015 impor menurun drastis menjadi 17.428 ton.
"Namun demikian, pada 2017 Indonesia berhasil membalikkan keadaan dengan mulai mengekspor bawang merah ke beberapa negara tetangga hingga mencapai 7.750 ton. Angka ini naik 93,5 persen dibandingkan pada 2016 yang ada di angka 736 ton," sebutnya.
Capaian produksi bawang merah nasional di tahun 2018 pun mencapai 1,5 juta ton atau naik 2,04 persen dari 2017 yang hanya menghasilkan 1,47 juta ton.
Selaras dengan kenaikan jumlah ekspor pada bawang merah, produktivitas ekspor jahe pun meningkat.
Tercatat pada Januari hingga Mei 2018 ekspor jahe sebanyak 1.400 ton dan pada Januari hingga Mei 2019 naik menjadi 1.543 ton atau meningkat 10,2 persen.
Kenaikan yang patut menjadi catatan juga adalah kinerja ekspor sayuran. Pada periode Januari hingga Mei 2018 tercatat hanya sekitar 24.997 ton, tapi pada periode Januari sampai Mei 2019 naik sebesar 33,3 persen atau menjadi 33.331 ton.
"Kami sudah mengekspor bawang merah ke-11 negara dan jahe ke-26 negara. Adapun 11 negara tujuan ekspor bawang merah adalah Jepang, Hongkong, Taiwan, Thailand, Singapura, Filipina, Malaysia, Vietnam, Timor Leste, Britania Raya, dan Belanda," beber Suwandi.
Baca juga: Komoditas Hortikultura Meningkat, Indonesia Wajib Kuasai Pasar Ekspor
Sementara itu, 26 negara tujuan ekspor jahe meliputi Jepang, Hongkong, Korea, Taiwan, China, Singapura, Filipina, Malaysia, Vietnam, India, Bangladesh, Irak, Iran, UEA, Qatar, Australia, Timor Leste, Amerika, Britania Raya, Belanda, Perancis, Jerman, Belgia, Swiss, Ceko, dan Serbia.
Dalam pelepasan ekspor tersebut, turut hadir pula para eksportir yang diwakili PT Sian Liep Bumi Persada dan CV Bawang Mas 99.
Salah satu perwakilan eksportir Aman Buana Putra mengatakan, ekspor 1.000 ton bawang merah ke Singapura, Filipina, Malaysia, dan Thailand ini merupakan bukti nyata produksi bawang merah yang dihasilkan petani mengalami surplus.
Dia juga mengatakan, pada tahun-tahun sebelumnya yaitu 2017 dan 2018, CV Bawang Mas 99 telah mengekspor 1.000 hingga 2.000 ton bawang merah per tahun ke beberapa negara tetangga yaitu Singapura, Malaysia, Thailand, dan Filipina.
" Bawang merah yang kami ekspor ini dihasilkan petani dari Probolinggo dan Bima. Jahe pun dihasilkan petani di Ponorogo dan Probolinggo. Kami beli dengan harga yang menguntungkan petani," kata pria yang akrab disapa Aman itu.
Aman optimistis bahwa ke depan volume ekspor bawang dan jahe akan semakin bertambah.
Sebab, Kementan pada era Amran lebih fokus dalam menambah sentra produksi dan petani semakin semangat karena perhatian Kementan sangat tinggi, baik bantuan benih maupun alat mesin pertanian.
“Misalnya jahe. Tanaman ini termasuk komoditas hortikultura bernilai ekonomi cukup tinggi sebab memiliki banyak manfaat. Mulai sebagai bahan baku pembuatan minuman penghangat, bumbu dapur, penambah rasa, atau penyedap makanan hingga bahan baku herbal,” imbuh Aman.
Khusus jahe, lanjutnya, luas lahan yang ditanami jahe selalu menunjukan peningkatan seiring minat para petani yang makin tinggi karena lebih menguntungkan.
Baca juga: Jabar akan Jadi Lumbung Jahe Merah, Mungkinkah?
Sebagian besar budidaya jahe ditanam dengan sistem tumpangsari. Peluang untuk ekspor pun masih terbuka luas. Misalnya, permintaan jahe saat ini masih membludak, terutama berdatangan dari China, Bangladesh, Pakistan, Belanda, dan Brunei Darussalam.
"Pembeli luar negeri lebih tertarik jahe dari Indonesia bila dibandingkan jahe dari Vietnam dan Thailand. Ini disebabkan kandungan minyak atsiri, pati, dan serat jahe Indonesia lebih baik," pungkas Aman.