Komoditas Hortikultura Meningkat, Indonesia Wajib Kuasai Pasar Ekspor

Kompas.com - 13/07/2019, 17:56 WIB
Alek Kurniawan,
Kurniasih Budi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Produksi komoditas hortikultura Indonesia dari tahun ke tahun terus meningkat.

Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS), sepanjang 2018 produksi buah-buahan mencapai 21,5 juta ton, sayuran 13 juta ton, tanaman hias 870 juta tangkai, dan tanaman obat mencapai 676 ribu ton.

Sementara itu, kinerja volume ekspor hortikultura pada 2018 mencapai 435 ribu ton, naik 10,36 persen dibanding 2017 sebanyak 394 ribu ton.

Kendati demikian, Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Suwandi mengatakan peningkatan produksi tersebut harus diimbangi dengan penguatan sistem pemasarannya.

Baik untuk memenuhi kebutuhan domestik, maupun untuk memperluas ceruk pasar ekspor.

Baca juga: Ekspor Pertanian Ke Spanyol Naik, Hasil Positif Neraca Perdagangan Indonesia

“Butuh penguatan market intelligence dan diplomasi perdagangan internasional untuk bisa mendobrak pasar dunia. Harus lebih cerdik dan progresif, jangan terlalu konservatif dalam mendorong protokol ekspor,” imbuh Suwandi.

Ia juga menegaskan, saat ini produk hortikultura Indonesia tengah bersaing dengan negara-negara tetangga seperti Malaysia, Thailand, Filipina, dan Vietnam.

Beberapa komoditas ekspor Indonesia yang sudah banyak mengisi pasar ekspor antara lain nanas, pisang, jambu biji, mangga, manggis, durian, kobis, bawang merah, kunyit, kapulaga, dan berbagai jenis tanaman hias. 

“Indonesia sudah ekspor lebih dari 113 negara. Tren ekspor juga meningkat," kata dia.

Khusus untuk pasar ekspor buah ke China, imbuh dia, masih perlu dipacu lagi.

Baca juga: Ekspor Pertanian Naik, Petani Makin Sejahtera

Pasalnya, Indonesia baru bisa memasukkan lima komoditas buah, yaitu pisang, salak, lengkeng, manggis, dan buah naga.

Sesuai arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, Kementerian Pertanian ( Kementan) terus memperbaiki sistem distribusi, logistik, dan pemasaran produk hortikultura.

Asal tahu saja, Direktorat Jenderal (Ditjen) Hortikultura sudah mengembangkan aplikasi bernama "Sartika" untuk menghubungkan produsen, pelaku, pemasar, hingga lembaga sertifikasi.

"Saat ini juga tengah dibangun pusat grosir hortikultura modern di Sidoarjo yang mengoneksikan antara hasil pertanian dan konsumen strategis seperti perhotelan, restoran, koki, perusahaan katering, tokoh buah modern, supermarket, grosir," kata Suwandi.

Bahkan, pusat grosir itu langsung terhubung dengan pasar ekspor dengan membangun warehouse dan wholesale produk Indonesia di Singapura, Malaysia, China, Hongkong, dan Jepang.

Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Suwandi mengatakan peningkatan produksi hortikultura harus diimbangi dengan penguatan sistem pemasarannya.Dok. Humas Kementan Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura Suwandi mengatakan peningkatan produksi hortikultura harus diimbangi dengan penguatan sistem pemasarannya.

Fokus peningkatan kualitas

Sementara itu, Guru Besar Ekonomi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB) M. Firdaus mengatakan, pemerintah harus tetap fokus menggarap komoditas hortikultura tertentu yang strategis.

Hal ini utamanya untuk menggebrak dan menguasai pasar ekspor.

"Permintaan dunia ke depan masih terus meningkat untuk produk pertanian primer dan hasil olahannya, khususnya hortikultura," ujar Firdaus dalam permyataan tertulis, Sabtu (13/7/2019).

Firdaus pun menekankan untuk lebih menguasai pasar global. Pengembangan buah dan sayur harus lebih fokus pada peningkatan kualitas dan persaingan harga.

Sementara itu, untuk tanaman hias dan obat fokus pada kuantitas dan kontinuitas produksi.

Baca juga: Pantau Sentra Hortikultura Boltim, Kementan Siap Bantu Fasilitas Petani

Namun demikian, sambungnya, persaingan dagang di tingkat global dan regional kini semakin ketat.

Selain penurunan tarif, pemenuhan tuntutan non-tarif serta blok dagang regional bisa mempengaruhi daya saing ekspor produk pertanian khusunya hortikultura. 

"Jadi penting kita mengetahui karakteristik konsumen dan potensi TBT (Technical Barrier to Trade) negara tujuan,” ujar dia.

Oleh karena itu, Firdaus menyebutkan konsep kawasan buah Satu Desa Satu Varietas (One Village One Variety bagus dikembangkan supaya pengendalian mutu, harga, dan kuantitas bisa lebih mudah dilakukan.

Dengan konsep ini, pemerintah wajib menyiapkan benih yang berkualitas, kalau perlu dibagikan secara gratis kepada masyarakat dalam skala ekonomi tertentu. 

"Sistem logistik hortikultura seperti yang sudah ada untuk beras dan jagung selayaknya juga dibangun," kata dia.

Pemetaan pasar

Direktur Government Relations and External Affair PT Great Giant Pineapple (GGP) Lampung Welly Soegiono mengatakan, pemetaan pasar dan kemitraan dalam pengembangan hortikultura nasional juga penting untuk dilakukan.

Ia menekankan, produksi hortikultura harus berorientasi pasar supaya petani mendapat kepastian harga dan pemasaran.

Perencanaan produksi hortikultura pun harus berbasis kebutuhan pasar, bukan sebaliknya.

"Kami di GGP sudah mengembangkan kemitraan berbasis corporate shared value dimana kami tidak hanya berperan sebagai off-taker," ujar Welly.

Namun, lanjut Welly, pihaknya selalu melakukan pendampingan bagi petani mulai dari penanaman, perawatan, panen, pengepakan, distribusi, hingga pemasarannya.

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com