KOMPAS.com – Petani bawang merah di Kabupaten Nganjuk, Jawa Timur mendapatkan keuntungan ganda saat musim panen tahun ini.
Pasalnya, mereka menggunakan metode bawang merah dan lele atau biasa disebut Bamele.
Susanto, asal Dusun Padangan, Desa Banaran Kulon, Kecamatan Bagor, Kabupaten Nganjuk merupakan salah satu petani yang menerapkan metode ini di lahan bawang merah miliknya.
Dia mengaku, tujuan awal penerapan metode Bamele untuk meningkatkan pendapatan petani.
Selain itu, metode ini ramah lingkungan sehingga menghasilkan produk tani yang sehat serta segar.
“Ini cara budidaya non-pestisida, tidak pakai bahan kimia karena di bawahnya ada ikan lele. Untuk pengendalian hama kami gunakan lampu light trap dan pengendali hayati. Jadi produk bawang merah kami sehat dan aman dikonsumsi. Buktinya, ikan lele bisa hidup dengan baik," ujar dia.
Baca juga: Stabilkan Harga Bawang Merah, Kementan Gelar Operasi Pasar
Menurut Susanto, budidaya dengan metode Bamele cukup sederhana dan benar-benar mengoptimalkan lahan.
Dengan parit atau got lahan bawang merah berukuran lebar 40 sentimeter, bisa ditebar bibit lele berukuran diameter kepala 6 sampai 7 milimeter sebanyak 132.000 ekor per hektar (ha).
Untuk diketahui, umur pemeliharaan lele bisa disesuaikan dengan umur panen bawang merah, yaitu 60 sampai 70 hari.
“Hasilnya sangat memuaskan, bisa dipanen bawang merah kelas organik 16 hingga 17 ton per ha plus 10 ton lele," ungkap dia.
Susanto menambahkan, harga bawang merah saat ini juga sedang bagus.
Misalnya, bawang merah varietas Tajuk di tingkat petani dihargai Rp 16.000 per kilogram, sementara untuk lelenya dihargai Rp 15 .000 per kilogram.
“Sangat menguntungkan,” ujar dia.
Sementara itu, Direktur Jenderal (Dirjen) Hortikultura, Suwandi sangat mengapresiasi cara unik dan inovatif petani Nganjuk itu.
“Hasil panen keduanya juga sehat dan aman dikonsumsi, pendapatannya double, bisa ratusan juta per ha. Jadinya multi purpose," jelas dia.
Ia menjelaskan, penerapan metode ini sesuai dengan arahan Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman.
Amran, ia melanjutkan, berkomitmen meningkatkan inovasi demi produktivitas dan kesejahteran petani, serta menghasilkan produk yang berdaya saing.
“Ini contoh kreativitas pola integrasi. Tiap daerah punya kearifan lokal dan cara sendiri dalam berbudidaya bawang merah. Silakan saja petani berimprovisasi. Bamele ini patut dicontoh sentra bawang merah lainnya," imbuh Suwandi.
Baca juga: Petani Bawang Putih dan Pembatik Didorong Pasarkan Produk Secara Online
Kepala Dinas Pertanian Nganjuk Judi Ernanto yang turut mendampingi kunjungan mengatakan luas areal tanam bawang merah Kabupaten Nganjuk sekitar 14.000 ha dengan produksi tahun lalu mencapai 152.000 ribu ton.
Dengan produksi tersebut, Nganjuk menjadi sentra bawang merah terbesar di Jawa Timur dan ketiga di Indonesia, setelah Brebes dan Bima.
"Bamele ini inspirasinya dari Pak Bupati sendiri yang menginginkan bawang merah Nganjuk diproduksi secara ramah lingkungan. Kami ingin produksi bawang merah Nganjuk bisa berkelanjutan dan bermutu. Selanjutnya, kami menargetkan hingga 14 ribu ha bisa dipenuhi," tukas Judi.