Gara-gara E-Katalog, Kementan Hemat Anggaran Hingga Rp 1,2 Triliun

Kompas.com - 30/06/2019, 22:31 WIB
Mikhael Gewati

Penulis

Petani Indramayu sedang menggunakan alsintan bantuan Kementan, Kamis (4/4/2019). Total pemerintah sudah memberikan bantuan lebih dari 600.000 alsintan kepada petani Indonesia dalam 4,5 tahun terakhir.KOMPAS.com/Mico Desrianto Petani Indramayu sedang menggunakan alsintan bantuan Kementan, Kamis (4/4/2019). Total pemerintah sudah memberikan bantuan lebih dari 600.000 alsintan kepada petani Indonesia dalam 4,5 tahun terakhir.


KOMPAS.com
–  Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian ( Kementan) Sarwo Edhy menyampaikan lewat e-katalog pihaknya bisa menghemat anggaran hingga triliunan rupiah.

“Dalam 4 tahun terakhir  Kementan telah menghemat anggaran negara hingga Rp 1,2 triliun untuk pengadaan barang dan jasa alsintan pra panen dan pasca panen,” ujar Sarwo Edhy di Jakarta, dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Minggu (30/6/2019).

Hal itu bisa terjadi, lanjut ia, karena lewat e-katalog pengadaan barang bisa langsung beli ke pabrik sehingga murah dan datang tepat waktu. 

“Sebelum menggunakan e-katalog pada 2015, harga traktor roda dua per unitnya Rp 26 juta, traktor roda empat (35-50hp) Rp 367 juta. Setelah lewat e-katalog pada 2016, harga traktor roda dua Rp 23 juta per unit, sedangkan traktor roda empat Rp 326 juta,” ujar dia.

Baca jugaE-katalog Ciptakan Iklim Pengadaan Barang yang Transparan

Hal yang sama terjadi juga pada pengadaan rice transplanter dan combine harvester. Harga rice transplanter sebelum implementasi e-katalog Rp 76 juta per unit, setelah pemberlakuan e-katalog tahun 2015, Rp 63 juta per unit.

“Begitu juga combine harvester, sebelum e-katalog Rp 380 juta per unit, setelah e-katalog Rp 337 juta,” papar Edhy.

Karena harganya lebih murah maka Kementan pun bisa menghemat hingga Rp 1,2 triliun atau 40 persen dari biaya belanja pemerintah.

Rinciannya pengadaan alsintan pra panen (traktor roda 2, traktor roda 4, dan rice transplanter) hemat Rp 1.096 triliun. Sementara itu, alsintan pasca panen (combine harvester) hemat Rp 120 miliar. 

Penggunaan combine harvesterDok. Humas Kementerian Pertanian RI Penggunaan combine harvester

Lebih jauh Edhy menjelaskan harga alsintan lebih murah melalui proses e-katalog karena terjadi negosiasi harga. Semua proses ini pun terekam jelas secara elektronik, sehingga transparansi dan akuntabel.

“Dengan sistem e-katalog, semua pihak dapat mengawasi pengadaan, karena sistem ini sudah  melalui Lembaga Kebijakan Pengadaaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP),” ujarnya.

Selain menghemat anggaran, menurut Edhy, kebijakan digitalisasi dalam pengadaan alsintan ini berpengaruh pula terhadap peningkatan level mekanisasi pertanian di Indonesia.

“Pada 2014, level mekanisasi pertanian hanya 0,14. Pada 2018 meningkat signifikan menjadi 1,68,” jelas Edhy. 

Baca jugaDengan Alsintan, Kementan Siapkan Petani Hadapi Persaingan Global

Asal tahu saja, mekanisasi pertanian ini mempunyai dampak baik bagi petani. Ini karena mampu mengurangi kerugian petani, baik saat menanam maupun panen.

Berdasarkan uji coba yang dilakukan Kementan, mekanisasi telah mampu menurunkan biaya produksi petani sekitar 30 persen dan meningkatkan produktivitas lahan  33,83 persen.

Mekanisasi berbasis teknologi 4.0

Tidak berhenti sampai di situ, untuk meningkatkan efisiensi Kementan terus berinovasi mengembangkan pertanian 4.0, yakni pertanian yang menggunakan alsintan berbasis teknologi 4.0

Kementan sendiri telah menguji efisiensi 5 alsintan berbasis teknologi 4.0, yakni autonomous tractor, robot tanam, drone sebar pupil, autonomous combine dan panen olah tanah terintegrasi. 

Drone sebar pupilDok. Humas Kementerian Pertanian RI Drone sebar pupil
“Bila dibandingkan alsintan konvensional, kelima alsintan berbasis teknologi 4.0 ini dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja berkisar 51 hingga 82 persen. Sementara itu, efisiensi biaya berkisar 30 hingga 75 persen,” beber Edhy.

Menteri Pertanian ( Mentan) Andi Amran saat meresmikan Program Pertanian 4.0 di Desa Junwangi, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (29/6/2019), mengatakan teknologi 4.0 diimplementasikan di pertanian Indonesia sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

"Ini hasil anak-anak bangsa. Alat-alat mesin pertanian ini sudah memanfaatkan IT, mulai dari mesin pengolah lahan, drone penebar benih dan pupuk serta alat panen. Dengan begitu, semua biaya menjadi lebih efisien, efektif, transparansi dan akuntabel, " ujar Amran.

Dukungan terhadap upaya pemerintah mewujudkan Pertanian 4.0 datang pula dari Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Imam Santoso.

Baca jugaKementan Gandeng LIPI dan Batan Kembangkan Teknologi Pertanian

Menurutnya sektor pertanian harus sudah mengimplementasikan teknologi dalam proses pertanian dari hulu sampai dengan ke hilir. Sebab dengan teknologi semua akan menjadi efektif dan efisien, sehingga target yang dicapai lebih realistis atau presisi.

“Selain itu, untuk meningkatkan keberhasilan pertanian presisi ini perlu didukung juga pengembangan agroindustri 4.0, yang mengintegrasikan hulu hilir secara efektif dan efisien, " ujar Imam.

Imam menyampaikan pertanian presisi atau precision farming, merupakan konsep pertanian berbasis teknologi. Konsep ini menggunakan pendekatan yang bertumpu pada observasi dan pengukuran, sehingga akan menghasilkan data.

Data itu kemudian digunakan untuk menentukan kegiatan kerja bercocok tanam yang efektif dan efisien. 

Tingkatkan kesejahteraan petani

Karena mampu mengifisiensikan kegiatan pertanian (tanam dan panen) maka mekanisasi pertanian mampu meningkatkan pendapatan petani, meskipun harga yang diterima petani  menurun (deflasi) akibat produksi melimpah.

Namun karena tambahan penghematan biaya dan kenaikan produksi akibat mekanisasi mampu mengkompensasi turunnya harga yang diterima petani, sehingga tidak berdampak terhadap turunnya Nilai Tukar Petani (NTP).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), NTP nasional pada Mei 2019 sebesar 102,61 atau meningkat 0,38 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Rata-rata NTP tahun 2019 dari Januari - Mei pun masih menjadi catatan terbaik selama enam tahun terakhir.

Petani Kopi yang tergabung dalam Kelompok Tani Liberika Rangsang Meranti tengah memetik buah kopi.KOMPAS.COM/Alia Deviani Petani Kopi yang tergabung dalam Kelompok Tani Liberika Rangsang Meranti tengah memetik buah kopi.
NTP Januari – Mei 2019 bila dirata-ratakan mencapai 102,77, lebih tinggi 0,91 persen bila dibandingkan NTP Januari – Mei 2014 senilai 101,86.

NTP Januari – Mei 2019 ini juga lebih tinggi 0.61 persen dibandingkan  periode yang sama pada tahun 2018 senilai 102,16.

“Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani,” ungkap Kepala BPS Suharyanto.

Sementara itu, inflasi bahan makanan turun mencapai 1,26  persen pada 2017. Bandingkan dengan tahun 2013 yang masih sekitar 11,35 persen.

Sedangkan daya beli dan kesejahteraan petani membaik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 5,45 persen dan NTP 0,42 persen selama periode 2014-2018.

Baca jugaKementan Minta Pengamat Jangan Asal Analisa NTP

“Hal itu kemudian menyebabkan jumlah penduduk miskin di perdesaan turun dari 14,17 persen pada 2014 menjadi 13,20 persen pada 2018,” kata Suharyanto

Lebih lanjut data BPS mencatat, Produk Domestuk Bruto (PDB) pertanian naik Rp 400 triliun sampai Rp 500 triliun dengan total akumulasi Rp 1.370 triliun.

Kemudian, pertumbuhan ekonomi pertanian pada 2018 mencapai 3,7 persen. Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 3,5 persen.

Terkini Lainnya
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga
Kementan
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga
Panen Jagung bersama Mentan di Sumbawa, Jokowi Tekankan Pentingnya Keseimbangan Harga
Kementan
BPS Perkirakan Produksi Beras Surplus, Pengamat Pangan Minta Bulog Serap Gabah Petani
BPS Perkirakan Produksi Beras Surplus, Pengamat Pangan Minta Bulog Serap Gabah Petani
Kementan
Jalin Kerja Sama dengan Iran, Indonesia Siap Perkuat Pertanian dengan Teknologi
Jalin Kerja Sama dengan Iran, Indonesia Siap Perkuat Pertanian dengan Teknologi
Kementan
Antisipasi Penurunan Harga, KTNA Harap Bulog Serap Gabah Petani di Masa Panen Raya
Antisipasi Penurunan Harga, KTNA Harap Bulog Serap Gabah Petani di Masa Panen Raya
Kementan
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani
Giatkan Pompanisasi, Kementan Konsisten Beri Bantuan Pompa untuk Petani
Kementan
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada
Sepakati Kerja Sama Kementan-Polri, Kapolri Listyo: Kami Dukung Penuh Swasembada
Kementan
Kementan Jaga Produksi Padi lewat Pompanisasi dan Percepatan Tanam
Kementan Jaga Produksi Padi lewat Pompanisasi dan Percepatan Tanam
Kementan
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi
Hadapi Tantangan Perubahan Iklim, Kementan Gencarkan Pompanisasi hingga Percepat Tanam Padi
Kementan
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani
Panen Ganda Kelapa Sawit dan Padi Gogo, Program PSR dan Kesatria Untungkan Petani
Kementan
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air
Tingkatkan Produksi Beras di Jateng, Kementan Beri Bantuan 10.000 Unit Pompa Air
Kementan
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani
Pj Gubernur Jateng Apresiasi Mentan Amran yang Gerak Cepat Atasi Permasalahan Petani
Kementan
Panen Jagung di Gorontalo Meningkat, Jokowi Minta Bulog Lakukan Penyerapan
Panen Jagung di Gorontalo Meningkat, Jokowi Minta Bulog Lakukan Penyerapan
Kementan
Jadi Ajang Berbagi Wawasan bagi UMKM, Kementan Gelar SKENA
Jadi Ajang Berbagi Wawasan bagi UMKM, Kementan Gelar SKENA
Kementan
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia
Hadiri Halalbihalal Kementan, Mentan Amran: Kami Cinta Pertanian Indonesia
Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke