Gara-gara E-Katalog, Kementan Hemat Anggaran Hingga Rp 1,2 Triliun

Kompas.com - 30/06/2019, 22:31 WIB
Mikhael Gewati

Penulis


KOMPAS.com
–  Direktur Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian ( Kementan) Sarwo Edhy menyampaikan lewat e-katalog pihaknya bisa menghemat anggaran hingga triliunan rupiah.

“Dalam 4 tahun terakhir  Kementan telah menghemat anggaran negara hingga Rp 1,2 triliun untuk pengadaan barang dan jasa alsintan pra panen dan pasca panen,” ujar Sarwo Edhy di Jakarta, dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Minggu (30/6/2019).

Hal itu bisa terjadi, lanjut ia, karena lewat e-katalog pengadaan barang bisa langsung beli ke pabrik sehingga murah dan datang tepat waktu. 

“Sebelum menggunakan e-katalog pada 2015, harga traktor roda dua per unitnya Rp 26 juta, traktor roda empat (35-50hp) Rp 367 juta. Setelah lewat e-katalog pada 2016, harga traktor roda dua Rp 23 juta per unit, sedangkan traktor roda empat Rp 326 juta,” ujar dia.

Baca jugaE-katalog Ciptakan Iklim Pengadaan Barang yang Transparan

Hal yang sama terjadi juga pada pengadaan rice transplanter dan combine harvester. Harga rice transplanter sebelum implementasi e-katalog Rp 76 juta per unit, setelah pemberlakuan e-katalog tahun 2015, Rp 63 juta per unit.

“Begitu juga combine harvester, sebelum e-katalog Rp 380 juta per unit, setelah e-katalog Rp 337 juta,” papar Edhy.

Karena harganya lebih murah maka Kementan pun bisa menghemat hingga Rp 1,2 triliun atau 40 persen dari biaya belanja pemerintah.

Rinciannya pengadaan alsintan pra panen (traktor roda 2, traktor roda 4, dan rice transplanter) hemat Rp 1.096 triliun. Sementara itu, alsintan pasca panen (combine harvester) hemat Rp 120 miliar. 

Penggunaan combine harvesterDok. Humas Kementerian Pertanian RI Penggunaan combine harvester

Lebih jauh Edhy menjelaskan harga alsintan lebih murah melalui proses e-katalog karena terjadi negosiasi harga. Semua proses ini pun terekam jelas secara elektronik, sehingga transparansi dan akuntabel.

“Dengan sistem e-katalog, semua pihak dapat mengawasi pengadaan, karena sistem ini sudah  melalui Lembaga Kebijakan Pengadaaan Barang Jasa Pemerintah (LKPP),” ujarnya.

Selain menghemat anggaran, menurut Edhy, kebijakan digitalisasi dalam pengadaan alsintan ini berpengaruh pula terhadap peningkatan level mekanisasi pertanian di Indonesia.

“Pada 2014, level mekanisasi pertanian hanya 0,14. Pada 2018 meningkat signifikan menjadi 1,68,” jelas Edhy. 

Baca jugaDengan Alsintan, Kementan Siapkan Petani Hadapi Persaingan Global

Asal tahu saja, mekanisasi pertanian ini mempunyai dampak baik bagi petani. Ini karena mampu mengurangi kerugian petani, baik saat menanam maupun panen.

Berdasarkan uji coba yang dilakukan Kementan, mekanisasi telah mampu menurunkan biaya produksi petani sekitar 30 persen dan meningkatkan produktivitas lahan  33,83 persen.

Mekanisasi berbasis teknologi 4.0

Tidak berhenti sampai di situ, untuk meningkatkan efisiensi Kementan terus berinovasi mengembangkan pertanian 4.0, yakni pertanian yang menggunakan alsintan berbasis teknologi 4.0

Kementan sendiri telah menguji efisiensi 5 alsintan berbasis teknologi 4.0, yakni autonomous tractor, robot tanam, drone sebar pupil, autonomous combine dan panen olah tanah terintegrasi. 

Drone sebar pupilDok. Humas Kementerian Pertanian RI Drone sebar pupil
“Bila dibandingkan alsintan konvensional, kelima alsintan berbasis teknologi 4.0 ini dapat meningkatkan efisiensi waktu kerja berkisar 51 hingga 82 persen. Sementara itu, efisiensi biaya berkisar 30 hingga 75 persen,” beber Edhy.

Menteri Pertanian ( Mentan) Andi Amran saat meresmikan Program Pertanian 4.0 di Desa Junwangi, Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (29/6/2019), mengatakan teknologi 4.0 diimplementasikan di pertanian Indonesia sesuai arahan Presiden Joko Widodo.

"Ini hasil anak-anak bangsa. Alat-alat mesin pertanian ini sudah memanfaatkan IT, mulai dari mesin pengolah lahan, drone penebar benih dan pupuk serta alat panen. Dengan begitu, semua biaya menjadi lebih efisien, efektif, transparansi dan akuntabel, " ujar Amran.

Dukungan terhadap upaya pemerintah mewujudkan Pertanian 4.0 datang pula dari Dekan Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Brawijaya Imam Santoso.

Baca jugaKementan Gandeng LIPI dan Batan Kembangkan Teknologi Pertanian

Menurutnya sektor pertanian harus sudah mengimplementasikan teknologi dalam proses pertanian dari hulu sampai dengan ke hilir. Sebab dengan teknologi semua akan menjadi efektif dan efisien, sehingga target yang dicapai lebih realistis atau presisi.

“Selain itu, untuk meningkatkan keberhasilan pertanian presisi ini perlu didukung juga pengembangan agroindustri 4.0, yang mengintegrasikan hulu hilir secara efektif dan efisien, " ujar Imam.

Imam menyampaikan pertanian presisi atau precision farming, merupakan konsep pertanian berbasis teknologi. Konsep ini menggunakan pendekatan yang bertumpu pada observasi dan pengukuran, sehingga akan menghasilkan data.

Data itu kemudian digunakan untuk menentukan kegiatan kerja bercocok tanam yang efektif dan efisien. 

Tingkatkan kesejahteraan petani

Karena mampu mengifisiensikan kegiatan pertanian (tanam dan panen) maka mekanisasi pertanian mampu meningkatkan pendapatan petani, meskipun harga yang diterima petani  menurun (deflasi) akibat produksi melimpah.

Namun karena tambahan penghematan biaya dan kenaikan produksi akibat mekanisasi mampu mengkompensasi turunnya harga yang diterima petani, sehingga tidak berdampak terhadap turunnya Nilai Tukar Petani (NTP).

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), NTP nasional pada Mei 2019 sebesar 102,61 atau meningkat 0,38 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Rata-rata NTP tahun 2019 dari Januari - Mei pun masih menjadi catatan terbaik selama enam tahun terakhir.

Petani Kopi yang tergabung dalam Kelompok Tani Liberika Rangsang Meranti tengah memetik buah kopi.KOMPAS.COM/Alia Deviani Petani Kopi yang tergabung dalam Kelompok Tani Liberika Rangsang Meranti tengah memetik buah kopi.
NTP Januari – Mei 2019 bila dirata-ratakan mencapai 102,77, lebih tinggi 0,91 persen bila dibandingkan NTP Januari – Mei 2014 senilai 101,86.

NTP Januari – Mei 2019 ini juga lebih tinggi 0.61 persen dibandingkan  periode yang sama pada tahun 2018 senilai 102,16.

“Semakin tinggi NTP, secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani,” ungkap Kepala BPS Suharyanto.

Sementara itu, inflasi bahan makanan turun mencapai 1,26  persen pada 2017. Bandingkan dengan tahun 2013 yang masih sekitar 11,35 persen.

Sedangkan daya beli dan kesejahteraan petani membaik. Hal ini ditandai dengan meningkatnya Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) 5,45 persen dan NTP 0,42 persen selama periode 2014-2018.

Baca jugaKementan Minta Pengamat Jangan Asal Analisa NTP

“Hal itu kemudian menyebabkan jumlah penduduk miskin di perdesaan turun dari 14,17 persen pada 2014 menjadi 13,20 persen pada 2018,” kata Suharyanto

Lebih lanjut data BPS mencatat, Produk Domestuk Bruto (PDB) pertanian naik Rp 400 triliun sampai Rp 500 triliun dengan total akumulasi Rp 1.370 triliun.

Kemudian, pertumbuhan ekonomi pertanian pada 2018 mencapai 3,7 persen. Angka tersebut melampaui target yang ditetapkan pemerintah sebesar 3,5 persen.

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com