KOMPAS.com - Untuk menghadapi perubahaan iklim, Direktorat Jenderal (Dirjen) Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementerian Pertanian ( Kementan) menggelar Training of Trainer (TOT) Peningkatan Kapasitas Petugas dan Petani.
TOT dilakanakan agar mereka bisa beradaptasi terhadap perubahan iklim yang mungkin akan terjadi di tingkat usaha tani.
Tercatat ada 58 peserta dengan rincian 8 orang dari provinsi dan 25 orang asal kabupaten yang menggikuti TOT. Pelatihan ini sendiri digelar di Balai Besar Pelatihan Pertanian, Lembang, Jawa Barat, dari 24 hingga 28 Juni 2019.
Baca juga: Ini Cara Kementan Antisipasi Kekeringan Sawah di Kebumen
Adapun narasumber yang terlibat berjumlah 6 orang, mereka berasal dari Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi, Badan Litbang Pertanian dan Field Indonesia.
"Selain meningkatkan pengetahuan petani tentang perubahan iklim, TOT ini juga untuk meningkatkan pemanfaatan embung, parit atau long storage pertanian yang telah dibangun," kata Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto di Lembang, seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Kamis (27/6/2019).
Lebih lanjut ia mengatakan pengingkatakan pemanfaatan tersebut perlu dilakukan agar petani bisa beradaptasi dan mengantisipasi perubahan iklim pada saat musim kemarau.
Menurut Rahmanto, perubahan iklim secara langsung akan berpengaruh terhadap capaian ketahanan pangan nasional. Ini terjadi lantaran perubahan iklim akan memberikan pengaruh kepada infrastruktur pendukung pertanian.
"Contohnya yakni, sumber daya lahan dan air, infrastruktur jaringan irigasi, hingga sistem produksi melalui produktifitas, luas tanam dan panen," tuturnya.
Untuk itu, pemerintah, dalam hal ini Kementan mensosialisasikan bahaya perubahaan iklim, sehingga bisa meningkatkan kepedulian petani terhadap adanya gejala alam,
Hasilnya, petani bisa mengantisipasi dan mengurangi dampak negatif, terutama kekeringan yang mengakibatkan gagal panen.
Baca juga: Kementan dan Pemda Magetan Gerak Cepat Atasi Kekeringan di Magetan
Untuk diketahui, selama lima tahun terakhir sudah 2.962 unit embung terbangun sebagai infrastruktur air yang berguna mengantisipasi perubahan iklim.
"Embung tersebut sudah seharusnya dikelola dengan baik dengan sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai kemampuan pengelolaan dan daya adaptasi baik," tambahnya.
Makanya dalam TOT tersebut, kata dia, petugas dan petani diberikan pengetahuan tentang cara memanfaatkan embung pertanian dalam upaya adaptasi dan antisipasi perubahan iklim di tingkat usaha tani pada musim kemarau.
"Ini agar petani maupun petugas lapangan bisa memiliki daya adaptif yang meningkat meskipun perubahan iklim terus terjadi," tuturnya.