Kementan dan Pemda Magetan Gerak Cepat Atasi Kekeringan di Magetan

Kompas.com - 20/06/2019, 08:55 WIB
Mikhael Gewati

Editor


KOMPAS.com
- Kementerian Pertanian ( Kementan) bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan bergerak cepat untuk mengantisipasi musim kemarau yang lebih cepat terjadi di daerah ini.  

Dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Rabu (19/6/2019) dijelaskan, sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Magetan, Jawa Timur mengalami kekeringan

Dari pantauan lapangan, lahan kekeringan yang masuk kategori berat ada 151 hektar (ha), kekeringan sedang 116 ha dan kategori ringan 143 ha. Sedangkan yang mengalami puso mencapai 167 ha.

" Kekeringan tersebar di 4 kecamatan, yakni Kecamatan Panekan Barat, Sukomoro, Parang, dan Kecamatan Magetan," sebut Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Rahmanto, di Magetan, Rabu (19/6/2019).

Di Kecamatan Panekan, kekeringan terjadi di Desa Turi, Sidowayah, Banjarejo, Mangasri. Kemudian di Kecamatan Barat, yakni di Desa Bogoreno. Di Kecamatan Parang kekeringan melanda Desa Parang, Mategal, Ngaglik, Tamanarum, Pragak, Krajan dan Joketro.

Baca jugaIni Cara Kementan Antisipasi Kekeringan Sawah di Kebumen

Sementara itu, di Kecamatan Sukomoro padi yang mengalami kekeringan ada di Desa Truneng, Bogem, Kedungguwo, Bibis dan Kentangan. Lalu di Kecamatan Magetan padi yang mengalami kekeringan ada di Desa Purwosari, Baron, Selosari dan Mangkujayan.

Membuka pintu air Telaga Sarangan

Untuk mencegah puso makin meluas, sejumlah langkah diambil. Salah satunya dengan membuka pintu air dari Telaga Sarangan agar kekeringan tidak meluas.

"Kami mengambil langkah untuk menurunkan air dari Telaga Sarangan agar kekeringan dan puso tidak makin meluas," ujarnya.

Langkah lainnya, memanfaatkan sumber daya air tanah dengan teknologi pompa air untuk mengairi lahan sawah yang mengalami kekeringan. Saat ini sudah ada 14 unit pompa air yang tersebar di 10 kecamatan.

"Memaksimalkan 14 pompa air yang ada. Bila belum cukup, nanti akan diupayakan irigasi air tanah dangkal untuk mengurangi dampak kekeringan," jelasnya.

Baca jugaTekan Dampak Kemarau, Kementan Turunkan Tim Mitigasi Kekeringan

Rahmanto juga mengimbau petani agar melakukan dua cara untuk meminimalisir dampak dari musim kemarau.

Pertama, melakukan pengaturan dan penerapan pola tanam sesuai anjuran spesifik yang sesuai lokasi atau berdasarkan kondisi agroklimat setempat. Kedua menggunakan varietas berumur genjah dan tahan kekeringan.

Selain mengimbau petani, Rahmanto mengatakan, pohak juga melakukan sosialisasi dan penyuluhan terkiat kondisi musim atau iklim kepada petani.

"Kami juga memberdayakan kelembagaan Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) menuju P3A yang mandiri, sehingga mampu melakukan upaya antisipasi terhadap kekeringan," kata Rahmanto.

Baca jugaSawah di Karawang Terancam Puso, Kementan Gerak Cepat Lakukan Ini

Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHP KP) Kabupaten Magetan, Edi Suseno mengklaim kerugian akibat kekeringan lahan pertanian diperkirakan mencapai Rp 13 miliar.

“Total 167 (hektar) itu dipastikan puso, kerugiannya diperkirakan Rp 13 miliar. Itu data per pertemuan kemarin dari Provinsi,” ujarnya Edi.

Edi Suseno menambahkan, gagal panen akibat kekeringan yang dialami petani di Kabupaten Magetan dikarenakan musim kemarau yang datang lebih awal, yakni pada April.

"Kami juga melakukan sosialisasi untuk mengganti tanaman padi dengan palawija dan anjuran untuk petani mengikuti asuransi lahan pertanian," kata Edi

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com