KOMPAS.com - Kementerian Pertanian ( Kementan) bersama Pemerintah Daerah Kabupaten Magetan bergerak cepat untuk mengantisipasi musim kemarau yang lebih cepat terjadi di daerah ini.
Dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Rabu (19/6/2019) dijelaskan, sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Magetan, Jawa Timur mengalami kekeringan.
Dari pantauan lapangan, lahan kekeringan yang masuk kategori berat ada 151 hektar (ha), kekeringan sedang 116 ha dan kategori ringan 143 ha. Sedangkan yang mengalami puso mencapai 167 ha.
" Kekeringan tersebar di 4 kecamatan, yakni Kecamatan Panekan Barat, Sukomoro, Parang, dan Kecamatan Magetan," sebut Direktur Irigasi Pertanian, Ditjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Rahmanto, di Magetan, Rabu (19/6/2019).
Di Kecamatan Panekan, kekeringan terjadi di Desa Turi, Sidowayah, Banjarejo, Mangasri. Kemudian di Kecamatan Barat, yakni di Desa Bogoreno. Di Kecamatan Parang kekeringan melanda Desa Parang, Mategal, Ngaglik, Tamanarum, Pragak, Krajan dan Joketro.
Baca juga: Ini Cara Kementan Antisipasi Kekeringan Sawah di Kebumen
Sementara itu, di Kecamatan Sukomoro padi yang mengalami kekeringan ada di Desa Truneng, Bogem, Kedungguwo, Bibis dan Kentangan. Lalu di Kecamatan Magetan padi yang mengalami kekeringan ada di Desa Purwosari, Baron, Selosari dan Mangkujayan.
Untuk mencegah puso makin meluas, sejumlah langkah diambil. Salah satunya dengan membuka pintu air dari Telaga Sarangan agar kekeringan tidak meluas.
"Kami mengambil langkah untuk menurunkan air dari Telaga Sarangan agar kekeringan dan puso tidak makin meluas," ujarnya.
Langkah lainnya, memanfaatkan sumber daya air tanah dengan teknologi pompa air untuk mengairi lahan sawah yang mengalami kekeringan. Saat ini sudah ada 14 unit pompa air yang tersebar di 10 kecamatan.
"Memaksimalkan 14 pompa air yang ada. Bila belum cukup, nanti akan diupayakan irigasi air tanah dangkal untuk mengurangi dampak kekeringan," jelasnya.
Baca juga: Tekan Dampak Kemarau, Kementan Turunkan Tim Mitigasi Kekeringan
Rahmanto juga mengimbau petani agar melakukan dua cara untuk meminimalisir dampak dari musim kemarau.
Pertama, melakukan pengaturan dan penerapan pola tanam sesuai anjuran spesifik yang sesuai lokasi atau berdasarkan kondisi agroklimat setempat. Kedua menggunakan varietas berumur genjah dan tahan kekeringan.
Selain mengimbau petani, Rahmanto mengatakan, pohak juga melakukan sosialisasi dan penyuluhan terkiat kondisi musim atau iklim kepada petani.
"Kami juga memberdayakan kelembagaan Pedoman Pemberdayaan Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) menuju P3A yang mandiri, sehingga mampu melakukan upaya antisipasi terhadap kekeringan," kata Rahmanto.
Baca juga: Sawah di Karawang Terancam Puso, Kementan Gerak Cepat Lakukan Ini
Sementara itu, Kepala Dinas Tanaman Pangan Hortikultura Perkebunan dan Ketahanan Pangan (DTPHP KP) Kabupaten Magetan, Edi Suseno mengklaim kerugian akibat kekeringan lahan pertanian diperkirakan mencapai Rp 13 miliar.
“Total 167 (hektar) itu dipastikan puso, kerugiannya diperkirakan Rp 13 miliar. Itu data per pertemuan kemarin dari Provinsi,” ujarnya Edi.
Edi Suseno menambahkan, gagal panen akibat kekeringan yang dialami petani di Kabupaten Magetan dikarenakan musim kemarau yang datang lebih awal, yakni pada April.
"Kami juga melakukan sosialisasi untuk mengganti tanaman padi dengan palawija dan anjuran untuk petani mengikuti asuransi lahan pertanian," kata Edi