KOMPAS.com - Upaya Kementerian Pertanian ( Kementan) memanfaatkan lahan rawa untuk meningkatkan produksi pertanian menemui beberapa kendala.
Namun Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, mengaku pihaknya sudah mengantongi cara untuk mengatasinya.
"Jika dikembangkan dengan benar, lahan rawa memberikan hasil pertanian yang menguntungkan," ujar Sarwo di Jakarta, sesuai rilis yang Kompas.com terima, Selasa (4/6/2019).
Adapun kendala yang dihadapi adalah lahan rawa memiliki tingkat keasamannya tinggi.
Dampaknya zat hara yang dibutuhkan untuk membantu pertumbuhan tanaman akan sulit ditemukan.
Untuk mengatasi hal tersebut, lanjut Sarwo, Kementan sudah memiliki solusinya.
"Pemerintah sudah berhasil mengembangkan bibit unggul yang mampu bertahan di tingkat keasaman tinggi," papar Sarwo.
Lalu tantangan berikutnya adalah pasang surut air laut. Asal tahu saja, air asin sangat tidak baik untuk tanaman yang mengakibatkan tanaman mati secara mendadak.
Namun sekali lagi, Kementan mengaku juga memiliki solusi atas permasalahan tersebut.
"Intinya dilakukan secara hati-hati, membuat sistem bendungan dan irigasi menjadi metode yang tepat untuk menghalau masuknya air asin ke lahan pertanian," ucap Sarwo.
Terakhir, Sarwo mengaku realisasi pemanfaatan lahan rawa tidak dapat lepas dari faktor sumber daya manusia (SDM).
Menurutnya, masih banyak petani di Indonesia yang belum karib dengan sistem bertani di lahan rawa, begitu juga dengan pemahaman tentang irigasinya.
"Dengan sosialisasi secara gencar, pemerintah menggandeng Gapoktan untuk melakukan kegiatan pertanian di lahan rawa," terang Sarwo.
Sebagai informasi, Kementan saat ini tengah gencar mendorong petani memanfaatkan lahan rawa melalui program Selamatkan Rawa Sejahterakan Petani (Serasi) sejak Desember 2018.
Dengan target 400.000 hektar (ha) pada tahun ini, Kementan tengah berfokus pada tiga provinsi (Sumatera Selatan, Kalimantan Selatan, dan Sulawesi Selatan).
Lahan rawa di tiga provinsi sudah bisa dimanfaatkan oleh petani.
"Memang terdengar sulit. Namun dengan adanya teknologi seperti saat ini, bertani di lahan rawa bukanlah sebuah hal yang mustahil," tutup Sarwo.