KOMPAS.com - Kementerian Pertanian ( Kementan) tengah berupaya memaksimalkan peran alat mesin pertanian (alsintan) agar lebih memberikan manfaat lebih untuk para petani.
Upaya tersebut diwujudkan dengan mengembangkan model pengembangan Pertanian Korporasi Berbasis Mekanisasi (PKBM).
"Permasalahannya belum semua bantuan alsintan tersebut dimanfaatkan secara optimal oleh kelompok tani (poktan)," ujar Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan, Sarwo Edhy, sesuai dengan rilis yang Kompas.com terima, Rabu (8/5/2019).
Perlu diketahui, dalam lima tahun terakhir Kementan telah memberikan bantuan 500.000 unit alsintan kepada para petani di seluruh wilayah di Indonesia.
Jenis alsintan yang diberikan pun beragam, mulai dari alsintan untuk pra panen, pasca panen bahkan untuk pengolahan hasil pertanian.
Karena kondisi tersebut, lanjut Sarwo, mengakibatkan alsintan tidak bekerja sesuai kapasitasnya.
Lewat PKBM, bantuan alsintan dimaksudkan untuk dikelola secara bisnis agar poktan mempunyai dana tambahan untuk menompang kebutuhan produksi.
"Dengan memberdayakan potensi alsintan dapat membantu poktan dalam penguatan permodalannya. Sehingga poktan dapat mandiri dalam membiayai kegiatan usaha taninya, terutama para pemuda (kaum milenial)" kata Sarwo Edhy.
Agar model PKBM dapat berjalan maksimal, sinergi Kementan dengan Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PERTETA) dibuat untuk memberikan pengawalan serta pengawasan.
"Nantinya para pendamping di daerah dapat berinteraksi dengan gapoktan dan seluruh masyarakat tani di masing-masing daerah secara intensif dan melaporkannya kepada Kementan. Sehingga Kementan dapat dengan tepat dan cepat merespon," papar Sarwo.
Adapun kegiatan ini sudah diterapkan di lima lokasi yaitu di Kabupaten Tuban, Sukoharjo, Konawe Selatan, Barito Kuala dan di Kabupaten Ogan Komering Ilir.
"Kementan berharap dapat menjadi contoh bagi daerah lainnya, sehingga keberhasilan kegiatan tersebut dapat dirasakan oleh Gapoktan di daerah lain secara cepat dan swadaya," tutup Sarwo.