KOMPAS.com — Menteri Pertanian ( Mentan) Andi Amran Sulaiman mengatakan, pengembangan pertanian modern berbasis teknologi melalui mekanisasi dan digitalisasi akan menjadikan pendidikan pertanian semakin menarik bagi generasi muda.
"Hal ini terlihat dari meningkatnya peserta yang mendaftar di Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan). Jika dibandingakan dengan 2013, pendaftar di Polbangtan pada 2018 naik 1.238 persen," ujar Mentan seperti dalam keterangan tertulisnya.
Hal itu disampaikan Mentan saat meresmikan Kampus II Bone Politeknik Pembangunan Pertanian (Polbangtan) Gowa di Bone, Sulawesi Selatan, Senin (4/8/2019) pagi.
Kampus II Polbangtan Gowa ini terletak di Desa Mappesangka dan Desa Turuadae, Kecamatan Ponre, dengan lahan seluas 10,5 hektar (ha).
Perlu diketahui Polbangtan merupakan hasil perubahan konsep dari sebelumnya berbentuk Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP). Perubahan ini pun ditujukan untuk menumbuhkan lebih banyak lagi wirausahawan muda.
Maka dari itu, keberadaan Polbangtan akan disinergikan dengan sejumlah program Kementan yang bertujuan untuk menumbuhkembangkan petani milenial, termasuk di dalamnya petani dan santri tani milenial.
“Langkah ini kami ambil untuk menyukseskan Program Pembangunan Pertanian Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045,” ujar Amran optimistis.
Polbangtan sebagai pendidikan tinggi vokasi, disebut Amran, memiliki peran strategis dan berada di garda terdepan. Ini karena Polbangtan akan mendidik generasi milenial menjadi tenaga-tenaga terampil, profesional, dan berdaya kompetitif tinggi yang akan meningkatkan daya saing bangsa.
Amran bahkan menyebutkan, sudah ada dua menteri yang merupakan lulusan STPP sebagai embrio Polbangtan. Keduanya adalah Menteri Negara Pangan dan Hortikultura periode 1998–1999 AM Saefuddin dan Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan Indonesia 1966 Syarif Tayeb.
“Kami yakin Polbangtan bisa cetak petani milenial. Mari kita jaga kampus ini sebagai pencetak generasi pertanian modern dan milenial,” kata Amran.
Kampus peternakan
Adapun terkait launching Kampus II Bone, Amran mengatakan bahwa keberadaan kampus ini sangat strategis dan sekaligus menjawab tantangan Presiden untuk menyiapkan para unggulan di bidang pertanian yang kreatif dan inovatif.
Perlu diketahui, Kampus II Polbangtan Gowa ini diplot sebagai kampus khusus peternakan. Oleh karena itu, Mentan berharap kampus ini bisa menghasilkan produk yang selevel dengan produk-produk unggulan Kementan di sektor peternakan, seperti sapi belgian blue, kambing atau domba dan ayam kampung unggul Balitbangtan (KUB).
“Jadikan Polbangtan ini sebagai pusat sumber inseminasi buatan (IB). Kampus ini harus memiliki container semen lapangan yang nantinya akan seperti SPBU. Jadi setiap sapi yang lewat bisa diberikan IB secara gratis untuk menghasilkan sapi-sapi unggul yang besar dan berotot di daerah Bone dan sekitarnya," kata Amran.
Harapan besar terhadap Polbangtan juga disematkan oleh Bupati Bone A Fahsar M Padjalangi. Fahsar menyebutkan, mayoritas masyarakat Bone menggantungkan penghidupannya dari sektor pertanian. Apalagi Kabupaten Bone merupakan lumbung padi dan lumbung ternak.
“Populasi ternak terbesar di Sulawesi Selatan ada di Bone. Karena itu, keputusan untuk mengembangkan politeknik di sini sudah tepat karena pengembangan peternakan perlu disentuh secara ilmiah lewat pendidikan," ujar Bupati.
Makanya, kata dia, masyarakat Bone pun harus bersyukur karena politeknik itu yang paling dibutuhkan. Dengan hadirnya Polbangtan, tidak ada alasan bagi masyarakat Bone dan sekitarnya untuk tidak mengembangkan potensi melalui jalur akademik.
Perhatian Amran terhadap masyarakat pinggiran di Indonesia, khususnya Bone, telah berhasil mengangkat kesejahteraan kelompok masyarakat yang sering termarjinalkan tersebut.
“Apa yang sudah dilakukan hari ini merupakan bukti bahwa Pak Menteri peduli terhadap masyarakat pinggiran,” ungkap Fahsar, disambut tepuk tangan para hadirin.
Kepedulian Amran terhadap masyarakat terpinggirkan turut mendongkrak perekonomian Bone. Disebut Fahsar, pertumbuhan ekonomi Bone merupakan yang terbaik di Sulawesi Selatan.
“Beberapa tahun terakhir pertumbuhan ekonomi Bone berada di kisaran 8,4-8,6 persen, terbaik di Sulawesi Selatan. Ini bisa terjadi karena kami memasok kebutuhan masyarakat terpinggirkan, terutama sektor pertanian yang menjadi tulang punggung masyarakat di sini,” katanya.