KOMPAS.com – Untuk merespons harga bawang yang tinggi beberapa hari terakhir, pemerintah melalui Kementerian Pertanian (Kementan) bergerak cepat dengan melakukan kegiatan operasi pasar.
Menurut Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hortikultura, Kementan Yasid Taufik, langkah tersebut merupakan merupakan respons spontanitas kepedulian pemerintah terhadap harga kebutuhan pokok, khususnya bawang merah.
“Salah satu langkah konkrit yang kami lakukan adalah operasi pasar. Ini ikhtiar membantu mempercepat stabilisasi harga bawang merah supaya normal kembali," ujar Yasid dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Jumat (5/4/2019).
Lebih lanjut, Yasid menambahkan, operasi pasar akan diadakan secara rutin sampai harga stabil. Dengan harga operasi pasar, para mitra dan eksportir masih bisa untung karena mereka tidak hanya mengandalkan pasokan dari satu tempat saja.
Dalam situasi seperti sekarang, Yasid menghimbau pedagang jangan coba-coba menimbun bawang merah maupun bawang putih. Sebab, mereka sudah bekerja sama dengan satgas pangan untuk mengamankan pasokan.
Terkait operasi pasar, pada Jumat (5/4/2019), Kementan kembali menggelar Operasi Pasar di Pasar Induk Kramat Jati dan beberapa pasar di Jakarta dan Surabaya.
Menurut Yasid, pasokan bawang merah ke Pasar Induk Kramat Jati sebenarnya sudah kembali normal. Tingginya harga di tingkat retail lebih disebabkan karena pedagang eceran masih menjual bawang merah stok lama.
“Pedagang eceran belinya juga sudah tinggi, jadi wajar kalau mereka habiskan stok dengan harga yang tinggi juga,” terangnya.
Yasid memastikan tingginya harga bawang tidak akan berlangsung lama karena harga di pasar induk sudah mulai turun. Selain itu, pasokan juga aman dengan masuknya 30 truk bawang merah per hari.
"Harga sudah mulai turun seribu hingga dua ribu, apalagi dibantu sama operasi pasar sekarang, tentu akan makin turun lagi," katanya.
Sementara itu, Kepala Sub Direktorat Tanaman Obat Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementan Wiwi Sutiwi menjelaskan, tujuan operasi pasar ini untuk menstabilkan harga bawang merah dan bawang putih di pasaran cukup tinggi.
Sebelum operasi pasar di Pasar Induk Kramat Jati, tercatat harga bawang putih mencapai Rp 32.000 sampai Rp 35.000 per kg dan bawang merah Rp 40.000 per kg.
"Di operasi pasar hari ini, bawang merah dijual Rp 20.000 per kg dan bawang putih harga Rp 18.000 per kg. Jadi, harga kami pastikan segera stabil," kata Wiwi.
Gandeng eksportir
Pada operasi pasar kali ini, Kementan menggelontorkan 38 ton lebih bawang merah dengan menggandeng sejumlah eksportir bawang merah.
Direktur PT. Revi Makmur Sentosa Brebes, Beni Santoso mengaku tergerak untuk berpartisipasi dalam kegiatan Operasi Pasar yang diinisiasi Kementerian Pertanian. Menurut dia, saat ini bukannya tidak ada barang, tapi memang ada pengurangan stok di Brebes akibat panen sedikit mundur.
"Pasokan bawang merah masih bisa ambil dari Madura, Bima, Probolinggo, Demak dan Kendal. Stok di gudang kami keluarkan untuk bantu operasi pasar ini. Mudah-mudahan membantu masyarakat," terang Beni.
Senada dengan Beni, Direktur Bawang Mas 99 Surabaya Herry Thio menyambut baik ajakan Kementan untuk menggelar Operasi Pasar Bawang Merah dengan harga lebih murah. Menurut Herry, pihaknya setiap tahun rutin mengekspor bawang merah.
“Saat harga seperti sekarang, kami ingin berpartisipasi membantu stabilkan harga. Kami libatkan mitra usaha lain untuk mendukung Operasi Pasar ini," ujar Herry.
Musim tanam mundur
Terkait tingginya harga bawang, Wiwi menjelaskan, penyebab kenaikan harga dua komoditas tersebut adalah musim tanam yang mundur akibat musim hujan. Namun, stok bawang merah bulan April ini aman, bahkan melebihi kebutuhan.
Sebab, petani tengah melangsungkan panen raya yang mencapai 9.00p hektar (ha) lebih dengan potensi produksi mencapai 90.000 ton.
"Karena itu, Kementan memastikan tanaman bawang merah masih sangat luas, bahkan sebagian sudah siap panen," jelasnya.
Selain dipasok dari Brebes, terdapat beberapa daerah lain yang panen di bulan April, seperti Probolinggo, Bandung, Garut, Sukabumi, Bima, Sumbawa, Kendal, Demak, Majalengka, Cirebon, hingga Nganjuk dan Solok.
“Jadi tidak ada alasan nantinya harga naik, kami pastikan stabil," jelas Wiwi.
Hal senada juga diungkapkan Direktur Sayuran Tanaman Obat Moh Ismail Wahab disela kunjungan kerjanya di Indramayu.
Dia menegaskan, berkurangnya pasokan bawang merah saat ini lebih disebabkan waktu panen mundur beberapa minggu di sentra terbesar Brebes.
Saat penanaman di Brebes berkurang, jelas Ismail, penanaman di daerah penyangga meluas ke Demak, Kendal, Pemalang, Tegal dan Cirebon.
Ismail menambahkan, petani Kabupaten Kendal siap panen 350 ha, Demak 1.600 ha pertengahan April ini. Brebes dan sentra lainnya juga tengah bersiap untuk panen.
"Seiring pasokan yang makin banyak, harga mestinya ikut tergerek stabil,” katanya.
Menurut Ismail, sebagai komoditas non substitusi, kenaikan harga bahan bawang merah cukup meresahkan masyarakat dan menurunkan daya beli. Apalagi disparitas harga di tingkat petani dan pedagang cukup tinggi.
"Untuk itu, pemerintah berperan di sini agar tidak ada yang berani berspekulasi. Kami bantu dengan operasi pasar bawang merah, baik untuk konsumsi di pasar Jakarta dan Surabaya, maupun untuk benih di Indramayu. Harga benihnya hanya Rp 23.000 per kg," pungkasnya.