Tahun Ini El Nino Mengancam, Kementan Siapkan Langkah Antisipasi

Kompas.com - 18/03/2019, 08:58 WIB
M Latief

Editor

JAKARTA, KOMPAS.com - Tahun ini sektor pertanian kembali terancam anomali cuaca yang berpotensi El Nino. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) sudah memperingatkan pemerintah untuk mewaspadai potensi terjadinya El Nino.

El Nino akan berdampak signifikan pada produksi pangan seperti halnya terjadi pada 2015 lalu. Namun, Kementerian Pertanian (Kementan) sudah menyiapkan beberapa langkah antisipasi.

El Nino merupakan siklus alami bumi yang berkaitan dengan kenaikan suhu permukaan laut melebihi nilai rata-rata di Samudra Pasifik sekitar ekuator. Hal itu biasanya menyertai hawa panas.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG, Herizal, menyebut pengaruh El Nino akan membuat musim kemarau datang lebih awal, yakni pada April. Secara umum puncak musim kemarau diprediksi akan terjadi pada Agustus - September 2019.

"Pemerintah perlu mewaspadainya dengan mengantisipasi terjadinya kekeringan dan kegagalan panen pada tanaman pertanian," ujar Herizal, Jumat (15/3/2019).

Beberapa wilayah akan mengalami musim kemarau lebih awal, yaitu sebagian wilayah NTT, NTB, Jawa Timur bagian timur, Jawa Tengah, Jawa Barat bagian tengah dan selatan, sebagian Lampung, Bengkulu, Jambi, Sumatera Selatan, dan Riau, juga Kalimantan Timur dan Selatan.

Untuk menangani permasalahan kekeringan akibat El Nino, Kementerian Pertanian sudah mempersiapkan tim khusus penanganan kekeringan. Tim khusus ini akan turun ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.Dok Kementerian Pertanian Untuk menangani permasalahan kekeringan akibat El Nino, Kementerian Pertanian sudah mempersiapkan tim khusus penanganan kekeringan. Tim khusus ini akan turun ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.
Herizal meminta masyarakat di daerah itu untuk waspada terhadap kekeringan. Kewaspadaan dan antisipasi dini juga diperlukan untuk wilayah-wilayah yang diprediksi akan mengalami musim kemarau lebih kering dari normalnya, yaitu di wilayah NTT, NTB, Bali, Jawa bagian Selatan dan Utara, Sebagian Sumatera, Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara dan Merauke.

Kendati demikian, Herizal menyatakan El Nino tahun ini tidak akan separah pada 2015. Dia menuturkan, peluang terjadinya El Nino tahun ini sebesar 55 persen hingga 60 persen, sementara 25,5 persen wilayah berpotensi musim keringnya maju, 24 persen wilayah keringnya di atas normal.

"Kondisi El Nino lemah diprediksi bertahan hingga Juni-Juli 2019 dan berpeluang melemah hanya 50 persen setelah pertengahan tahun," papar Herizal.

Untuk menangani permasalahan kekeringan akibat El Nino, Kementerian Pertanian sudah mempersiapkan tim khusus penanganan kekeringan. Tim khusus ini akan turun ke lokasi-lokasi kekeringan di wilayah sentra produksi padi.

Dirjen Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) Kementan Sarwo Edhy mengatakan, tugas dan fungsi dari tim khusus tersebut akan melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait, antara lain TNI, Kementerian PUPR serta pemerintah daerah setempat.

Koordinasi tersebut memetakan permasalahan, negosiasi penggelontoran air dari bendung atau bendungan, serta terlibat langsung melaksanakan pengawalan gilir giring air sesuai jadwal yang disepakati.

"Secara umum permasalahan kekeringan yang terjadi disebabkan oleh curah hujan yang sedikit dan kondisi penggelontoran debit air dari bendung atau bendungan mengalami penurunan," kata Sarwo.

Pada tingkat pengaturan debit air, lanjut Sarwo, penyusunan rencana pengalokasian air dilaksanakan masih berdasarkan azas pemerataan per bangunan, belum fokus pada upaya penyelamatan tanaman yang kondisinya menjelang puso.

"Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan Jawa Timur menjadi provinsi yang paling rawan terdampak kekeringan," ujarnya.

Mengantisipasi dampak El Nino sejak awal, Kementan juga sudah memberikan bantuan pompa air ke petani dan kegiatan pembangunan embung, dam parit, long storage, serta pompanisasi.

"Perpipaan ini akan dapat menambah pasokan air bagi tanaman, terutama di musim kemarau. Selain itu kami juga lakukan perbaikan saluran irigasi tersier untuk menjamin volume air cukup sampai pada lahan sawah yang berada di ujung saluran," ujarnya.

Sementara itu, Direktur Irigasi Pertanian, Rahmanto menjelaskan bahwa Ditjen PSP juga akan membentuk posko penanganan kekeringan dan menurunkan tim khusus pada beberapa wilayah yang terdampak.

"Tahun lalu posko-posko itu didirikan di Indramayu, Karawang, Bandung, serta Tuban," kata Rahmanto.

Di Indramayu, lanjut Rahmanto, PSP melakukan kegiatan sinergitas antarinstansi terkait dan pengawalan gilir giring, serta pompanisasi irigasi. Itu dilakukan untuk menyelamatkan lahan sawah yang terancam kekeringan seluas 1.329 hektar di Kecamatan Losarang, sementara di Kecamatan Kandanghaur terselamatkan lahan sawah seluas 445 hektar.

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Rp
Minimal apresiasi Rp 5.000
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com