BADUNG, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian tengah fokus mencetak sumber daya manusia pertanian yang mampu berproduksi secara modern dan berorientasi ekspor. Setidaknya ada 11.325 petani dari pelosok Bali yang siap menjadi "pahlawan pangan" di era milenial dengan menjadi bagian dari gerakan nasional satu juta petani milenial di Indonesia.
Gerakan ini diharapkan dapat melahirkan generasi pertanian yang adaptif terhadap perubahan teknologi dan mampu mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia 2045.
Hal tersebut dipaparkan Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian, Syukur Iwantoro, saat menyapa 453 pewakilan Gabungan Kelompok Tani yang hadir pada Pencanangan Gerakan Petani Milenial Provinsi Bali di Bagus Agro Pelaga, Kabupaten Badung-Bali, Selasa (12/3/2019).
"Ini merupakan bentuk implementasi salah satu dari empat program prioritas pemerintah, dalam hal peningkatan kualitas dan kompetensi sumber daya manusia. Tidak hanya merujuk pada usia 19-39 tahun, gerakan petani milenial diharapkan dapat mengubah pola pikir dan meningkatkan kapasitas seorang petani ke arah lebih modern. Meski tidak berada dalam range umur tersebut, yang terpenting semangatnya tetap milenial," kata Syukur.
Pengelolaan sistem pertanian dengan teknologi modern, lanjut Syukur, merupakan wajah pertanian masa kini yang harus dibentuk. Hal itu dipercaya mampu menarik dan menjaga minat generasi muda terhadap sektor agraris.
"Tiga tahun terakhir ini, selain menerapkan berbagai kebijakan dan program terobosan, Pak Amran, Menteri Pertanian kita, juga telah membagikan ribuan alat mesin pertanian hingga bibit unggul ke petani seluruh Indonesia," ujar Syukur.
Hasilnya, lanjut Syukur, gambaran sektor pertanian Indonesia saat ini semakin membanggakan. Sektor ini tidak hanya mampu menekan inflasi pangan hingga menyentuh angka 1,26 persen pada 2017 lalu, tetapi juga mampu menghasilkan peningkatan ekspornya hingga Rp 416 triliun dan Investasi Pertanian hingga 61,6 triliun pada 2018 lalu.
Syukur juga mengapresiasi kinerja sektor pertanian Provinsi Bali yang memiliki andil besar dalam capaian tersebut.
"Apresiasi tinggi terhadap Provinsi Bali. Inflasi pangan Provinsi Bali pada 2017 lalu minus 0,7persen, artinya lebih kecil dari 1 persen itu namanya deflasi. Indikatornya, harga pangan stabil. Kalau kita simak lagi volume ekspor di Provinsi Bali selama empat tahun, itu naik 199,4 persen, dan 75 persen disumbang dari perkebunan, termasuk kopi," terang Syukur.
Kepala Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Perkebunan Provinsi Bali, Ida Bagus Wisnuardhana, menyambut baik gerakan petani milenial yang diinisiasi Kementerian Pertanian. Sektor pertanian, papar Ida Bagus, merupakan salah satu sektor pendorong pembangunan bidang ekonomi di Provinsi bali.
"Pembangunan pertanian di samping diarahkan untuk meningkatkan ketahanan pangan, dan memacu pertumbuhan perekonomian daerah, juga berperan penting dalam penyediaan lapangan kerja," kata Ida Bagus.
"Kami mengapresiasi dan mendukung penuh kegiatan ini, mengingat luas lahan pertanian di Bali mencapai 353.000 hektar lebih atau 62,7 persen dari luas Pulau Bali itu sendiri. Sebagian besar mata pencaharian penduduk Bali juga masih bertumpu pada sektor pertanian," papar Ida Bagus yang mewakili Gubernur Bali.
Sambutan positif atas hadirnya gerakan petani milineal ini juga datang Kadek Kamardiyana, seorang sarjana lulusan pariwisata yang memilih menjadi petani. Kamardiyana saat ini tengah mengembangkan pertanian dengan konsep pariwisata di Kabupaten Gianyar bersama dengan kelompok tani bernama Mai Organik dengan fokus tanaman hortikultura.
"Saya memutuskan bergabung menjadi bagian dari petani milenial. Ini salah satu cara pemanfaatan potensi generasi muda dalam pembangunan pertanian, dan menurut saya gerakan ini sangat bagus untuk meregenerasi petani. Petani perlu diedukasi dengan teknologi sehingga pengolahan lahan pertanian tidak stagnan. Saya berharap semakin banyak generasi muda yang mau terjun ke dunia pertanian," ujar Kamardiyana.
Sebagai upaya meningkatkan kapasitas para petani milenial di Provinsi Bali, selain diberikan bantuan sarana produksi, bibit/benih, pupuk dan alat mesin pertanian, Kementerian Pertanian melalui Balai Besar Pelatihan Pertanian (BBPP) Ketindan juga memberikan bimbingan teknis terkait teknologi pertanian dan pengelolaan usaha tani.
"Rdukasi ini diharapkan dapat mentransformasi sektor pertanian kearah yang lebih kekinian," timpal Ida Bagus.