KOMPAS.com – Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian ( Kementan), Andriko Noto Susanto meminta Badan Urusan Logistik (Bulog) hadir di tengah-tengah petani untuk menjaga stabilitas harga dan pasokan jagung.
"Pemerintah telah mengeluarkan kebijakan harga acuan pembelian di tingkat produsen dan konsumen melalui Permendag 96/2018. Dalam hal ini Bulog mesti bergerak cepat manakala harga jagung di petani turun dibawah harga acuan" ucap Andriko seperti dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima, Minggu (3/3/2019).
Selain Bulog, menurut dia, ada cara lain yang dapat juga dilakukan untuk menjaga harga jagung saat masa panen raya seperti saat ini.
Salah satunya dengan menjual langsung jagung yang telah dipanen ke pabrik pakan. Menurut Andriko, beberapa pabrik sebenarnya sudah melakukan pembelian secara langsung.
Dia pun berharap, transaksi pembelian itu lebih ditingkatkan lagi, mengingat margin yang cukup besar.
"Sudah saatnya petani melalui poktan atau gapoktan menjual jagung hasil panen langsung ke pabrik pakan agar pendapatannya bertambah. Hal ini karena perbedaan harganya tinggi antara harga di petani dengan di pabrik pakan, yakni sekitar Rp 700-800 per kilogram," katanya.
Masa panen raya
Permintaan Andriko agar Bulog hadir dan menjaga stabilitas harga pangan tidak berlebihan. Sebab, saat ini di beberapa wilayah tengah memasuki masa panen raya jagung. Salah satunya adalah Pacitan, Jawa Timur.
Menurut Bupati Pacitan Indartato, provitas lahan jagung rata-rata 6-7 ton per hektar (ha) dan saat panen raya diperkirakan tersedia sekitar 70.000 ton jagung.
“Diperkirakan panen jagung di Pacitan mencapai 7.000 ha. Sedangkan sisanya sekitar 5.000 haakan habis dalam 2 minggu ke depan,” terang Indartato saat ikut memanen jagung di Dusun Mrayung, Desa Ploso, Kecamatan Punung, Jumat (01/03/2019).
Alih-alih gembira, petani masih dihinggapi rasa was-was jika harga jagung terus menerus jatuh. Kekhawatiran itu sangat beralasan, mengingat harga pipilan kering sudah menyentuh Rp 3.200-3.300 per kg.
"Padahal 2 minggu sebelumnya masih Rp 3.600-3.800 per kilogram. Jadi, permintaan saya mewakili para petani jagung cuma satu, yaitu harga jagung tetap stabil saat panen raya," ujar Indartato.
"Sama halnya seperti di Pacitan, untuk mencegah harga jagung jatuh maka perlu sinergi antar lembaga baik pemerintah maupun swasta," ujar Andriko.
Wilayah Ponorogo sendiri merupakan salah satu sentra produksi jagung terbesar di Jawa Timur yang sekarang sedang memasuki puncak panen raya.
Kepala Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Perikanan Kabupaten Ponorogo, Harmanto menjelaskan, luas panen jagung periode Februari-Maret 2019 kurang lebih mencapai 23.398 ha, di mana luas panen februari 15.921 ha dan maret 7.478 ha.
"Sampai saat ini luas panen jagung di Ponogoro baru sekitar 9.000 ha, artinya masih ada sisa sekitar 14.000 ha yang akan dipanen sampai dua pekan ke depan," terang dia.
Terkait peningkatan produksi dan provitas jagung di Ponorogo, Ketua Kelompok Tani LMPSDH Wonorejo Setijo Budi mengatakan, hal itu tidak lepas dari berbagai bantuan Kementan. Baik berupa benih, pupuk, alsintan dan bimbingan penyuluhan.
Sebagai informasi, Kementan memberikan bantuan berupa 33 traktor roda dua, 21 unit traktor roda empat, 185 unit pompa air, 10 unit corn planter, 22 unit rice trans, 99 unit hand sprayer, 21 unit cultivator pada 2018 lalu.
Sementara itu, menurut Setijo, produksi jagung di wilayah Jawa Timur bisa sangat melimpah karena didukung produktivitas yang cukup tinggi.
Dia menjelaskan, provitas Jagung di wilayah Sidoarjo yang monokultur bisa mencapai 10-12 ton per ha. Sedangkan di wilayah lainnya dengan sistem tumpangsari berkisar 7-9 ton perha.
"Jadi kami protes keras jika provitas jagung di Ponorogo hanya disebut 4-5 ton per ha, itu gak mungkin, bisa bangkrut petani,” terang Setijo.