KOMPAS.com – Direktur Pembiayaan Kementerian Pertanian ( Kementan), Sri Kuntarsih mengungkapkan terdapat peluang bisnis di sektor pertanian yang belum terjamah. Bukan hanya satu, tapi memiliki jumlah yang banyak.
Hal tersebut diutarakan Sri saat melakukan diskusi dengan Agroprenuer muda di Ruang Teater Gedung PIA Kementan, pada Jumat (1/3/2019).
Dengan berlandaskan teknologi, Kementan pun mengajak Agroprenuer muda untuk menjalankan usaha dari hulu hingga hilir.
“Untuk mendapatkan margin keuntungan besar, pelaku usaha diharapkan tidak hanya bergerak di bagian produksi saja, tapi juga turut terlibat di tahapan pengolahan dan pemasaran,” ujar Sri Kuntarsih sesuai dengan informasi yang Kompas.com terima.
Dengan memperpanjang jangkauan usaha hingga ke hilir, Sri mencontohkan salah satu produk berbahan dasar kelapa yang memiliki nilai jual tinggi.
“Seperti Virgin Coconut Oil (VCO) yang berbahan baku dari kelapa. Harga VCO berkali-kali lipat bila dibandingkan dengan harga bahan bakunya,” terang Sri.
Kementan menyadari, sektor pertanian Indonesia di masa depan akan sangat bergantung pada partisipasi generasi muda Indonesia.
Karena itu, Sri mengaku Kementan siap untuk memfasilitasi dan mendukung para agropreneur muda untuk sukses di usaha pertanian.
“Pertanian dikenal sebagai usaha dengan risiko tinggi bagi perbankan. Tapi sebetulnya bisa ditekan jika ada pendampingan dan pengawalan intensif. Ini juga bisa menjadi peluang bagi kawan-kawan agropreneur,”ucap Sri.
Lebih jauh Sri menjelaskan, sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, Kementan tengah menggiatkan pengembangan model korporasi petani yang memungkinkan pelaku usaha tani terlibat dalam proses usaha dari produksi hingga pemasaran.
Tak hanya itu, nantinya para Agroprenuer muda diharapkan pula mampu memiliki inovasi-inovasi di masa depan, seperti pemanfaatan teknologi.
“Secara sosiokultural, petani kita sulit bersentuhan dengan teknologi. Karena itu dibutuhkan sosial agropreneurship yang bisa menjembatani para petani dengan teknologi,” lanjut Sri.
Kementan percaya, inovasi dan daya saing saling terkait erat untuk menghadapi revolusi industri 4.0 dan persaingan global.
Maka dari itu, Kementan turut berbenah dengan memperkuat diseminasi inovasi dan teknologi yang dimiliki Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).