KOMPAS.com - Presiden Joko Widodo direncanakan bakal hadiri perayaan Hari Pangan Sedunia (HPS) ke-38 di Kalimantan Selatan pada 18 – 21 Oktober 2018 mendatang.
Pada momen itu Presiden juga akan mencanangkan program optimalisasi lahan rawa untuk peningkatan produksi pangan nasional. Program strategis ini digalakan karena lahan rawa memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan menjadi lahan pertanian produktif.
Menurut Menteri Pertanian ( Mentan) Andi Amran Sulaiman, peningkatan produksi pangan nasional selama ini masih bertumpu pada lahan sawah irigasi, sedangkan lahan suboptimal seperti rawa belum termanfaatkan secara maksimal.
Untuk itu, Amran menugaskan jajarannya untuk membuat instrumen program terobosan yang dapat mengoptimalkan fungsi lahan rawa sebagai lahan pertanian. Instrumen tersebut meliputi kebijakan, riset, inovasi, dan kewirausahaan.
Lahan rawa yang akan dikonversi menjadi kawasan pertanian diprioritaskan pada lahan rawa yang ditumbuhi semak belukar yang memang secara ekologi cocok untuk kegiatan budidaya pertanian.
BACA JUGA: Padi Rawa Siap Panen pada Peringatan Hari Pangan Sedunia 2018
Berdasarkan kriteria tersebut, ketersediaan lahan rawa untuk perluasan area pertanian (ekstensifikasi) seluas 7,52 juta hektar (ha).
Prioritas lainnya adalah merevitalisasi rawa bokor yang mencapai 2 juta ha. Rawa bokor adalah lahan rawa yang pernah dibuka, namun belum dibudidayakan.
Lahan terbengkalai ini dapat diaktifkan kembali dengan memperbaiki sistem tata air, baik makro maupun mikro. Dengan pembukaan lahan rawa baru dan merevitalisasi rawa bokor, maka Indonesia memiliki potensi lahan rawa untuk kegiatan pertanian seluas 9,52 juta ha.
Angka tersebut lebih besar dibanding lahan sawah yang saat ini digarap petani Indonesia seluas 8,1 juta ha.
Lebih lanjut, Amran menyebutkan bahwa optimalisasi lahan rawa sesuai upaya pemerintah Jokowi – JK, yaitu pengentasan kemiskinan.
''Melalui program ini masyarakat akan semakin sejahtera karena meningkatnya pendapatan,'' ungkap Amran dalam keterangan pers yang Kompas.com terima, Senin (15/10/2018).
Pengembangan lahan rawa di Barito Kuala
Tak cuma mencanangkan, Presiden Jokowi bersama sejumlah Duta Besar negara sahabat akan melihat langsung pilot percontohan optimalisasi lahan rawa seluas 750 ha di Desa Jejangkit Muara tersebut.
Percontohan ini merupakan visualisasi pengelolaan dan optimalisasi lahan rawa menjadi lahan pertanian produktif. Salah satu yang akan diperlihatkan melalui percontohan ini adalah peningkatan Indek Pertanaman (IP).
Lahan yang tadinya hanya tanam sekali setahun atau bahkan telantar, bisa ditingkatkan pertanamannya menjadi dua hingga tiga kali setahun.
Pilot percontohan tersebut dibangun untuk menggambarkan alikasi pengelolaan tata air dan cara mengatasi karakteristik lahan rawa. Pilot percontohan ini didukung oleh teknik budidaya padi, pisang, pemeliharaan ikan dan itik lahan rawa dikemas dalam hamparan “Gelar Teknologi Budidaya Pertanian Lahan Rawa."
Kementan melalui Direktorat Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian (PSP) telah melakukan langkah strategis dengan merangkul semua kelompok pemangku kepentingan dalam membangun pilot percontohan tersebut, antara lain kementerian/lembaga lain, pemerintah provinsi, kabupaten, TNI, dan petani.
BACA JUGA: Kementan Ungkap Teknologi untuk Sulap Rawa Jadi Lahan Pertania
Sinergi dengan semua mitra kerja tersebut tertuang dalam Pedoman Teknis Pilot Percontohan Model Pertanian Terpadu dalam rangka HPS 2018 di Kabupaten Barito Kuala.
“Pedoman ini penting karena bisa menjadi acuan bagi daerah atau pun pihak lain yang ingin turut memanfaatkan lahan rawa sebagai lahan pertanian. Dalam pedoman tersebut juga turut disertakan ide dan pemikiran dari para ahli dan peneliti, serta juga sharing biaya dari pemerintah pusat dan daerah,” ungkap Direktur Jenderal PSP Pending Dadih Permana.
Menurut Pending, optimalisasi lahan rawa dilakukan berdasarkan karakteristik air yang ada, termasuk dalam pengendalian tingkat keasaman tanah, percepatan pembusukan jerami, hingga pemilihan varietas padi yang cocok untuk rawa dan tahan rendaman.
Untuk Desa Jejangkit Muara, sawah rawa lebak yang digunakan sebagai percontohan merupakan jenis tanah bergambut yang memiliki tingkat keasaman tinggi, dengan pH antara 4 – 5.
Lahan dengan spesifikasi seperti itu dibutuhkan perlakuan khusus untuk meningkatkan kadar pH tanah sehingga cocok untuk padi.
Selain memberikan perlakuan khusus untuk meningkatkan pH pada lahan, Kementan juga telah menyiapkan kanal-kanal dan tanggul sepanjang hampir 40 kilometer sebagai infrastuktur lahan pengairan pada lahan pilot percontohan.
Selain itu, akan ada klaster-klaster yang dibangun dan dikendalikan dengan tiga pompa besar. Saat kemarau datang, pompa pada sumber air di sungai akan bekerja untuk memasukkan air ke kanal.
“Pompanya besar sekali, ukurannya 16 inchi. Pompa ini merupakan hasil modifikasi dari teman-teman di Direktorat Alat dan Mesin Pertanian. Kami latih tim usaha pelayanan jasa alsintan (UPJA) di sini untuk bisa membuat sendiri,” tutur Pending.
Untuk menyukseskan pilot percontohan ini, Kementan telah membentuk Tim Pembinaan dan Pengawasan di tingkat pusat.
Tim ini telah melakukan sosialisasi dan pembinaan terhadap SDM sampai tingkat provinsi, yang secara berjenjang berlanjut ke tingkat kabupaten.
Tim Pembina teknis provinsi difokuskan pada Tim Pelaksana Teknis di kabupaten, yaitu untuk bisa memahami perlakuan optimalisasi lahan rawa sesuai dengan standar pelaksanaan.
BACA JUGA: Tingkatkan Ketahanan Pangan, Kementan Garap Lahan Rawa Lebak
Sementara itu, pembinaan teknis pada tingkat kabupaten dilakukan oleh tim teknis kabupaten kepada kelompok tani, penyuluh, serta pejabat tingkat kecamatan dan desa, khususnya desa Jejangkit Muara.
Pending menyebutkan bahwa indikator keberhasilan dari pilot percontohan ini adalah berfungsinya lahan rawa sebagai lahan produksi pangan.
“Pilot percobaan ini harus dapat berkembang tidak hanya di daerah Kabupaten Barito Kuala, tapi di daerah provinsi lainnya yang memiliki lahan rawa yang cocok untuk dikembangkan pertanian,” tandasnya.
Bupati Kabupten Barito Kuala Noormiliyani berterima kasih kepada pemerintah pusat yang telah memilih Desa Jejangkit Muara sebagai lokasi pilot percontohan.
Ia juga mengapresiasi masyarakat Jejangkit Muara yang bersedia menyediakan lahan mereka untuk dijadikan areal percontohan model pertanian terpadu di lahan rawa.
Bahkan Noormiliyani melihat warganya menyambut luar biasa proyek ini. Hal ini terlihat dari lahan yang semula direncanakan hanya 400 ha, sekarang justru menjadi 750 ha,” ungkapnya.