Kementan Dorong Ekspor Bambu Suji dan Lidah Mertua

Kompas.com - 12/10/2018, 15:29 WIB
M Latief

Editor

SUKABUMI, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian ( Kementan) terus berupaya keras memperkuat perekonomian nasional melalui surplusnya neraca perdagangan. Langkah yang dilakukannya adalah memacu peningkatan volume ekspor.

"Komoditas pertanian yang bernilai ekonomi tinggi atau ekspor sangat banyak. Sesuai arahan Menteri Pertanian untuk meraup dollar dari sektor pertanian, kami melirik pengembangan budidaya tanaman hias, bunga Bambu Suji dan Lidah Mertua yang permintaan ekspornya sangat tinggi," ujar Direktur Jenderal Hortikuktura Kementan, Suwandi, saat mengunjungi budidaya dan industri tanaman hias CV Asia Prima di Sukajaya, Salabintana, Sukabumi, Jumat (12/10/2018).

Untuk meningkatkan volume ekspor tanaman hias Bambu Suji dan Lidah Mertua, lanjut Suwandi, Kementan akan mendorong pengembangan budidaya melalui pola kemitraan. Petani binaan akan diperluas dan kelembagaannya diperkuat agar sehingga budidayanya bisa berskala korporasi.

"Ke depan kami akan mendorong pengembangan budidaya Bambu Suji dan Lidah Mertua melalui pola kemitraan. Peluang budidayanya besar dan dilakukan petani. Jadi, kita bina petaninya, dan petani binaan diperluas," jelasnya.

"Ini bisa dijadikan pendapatan sampingan petani yang mata pencaharian utamanya menanam padi atau sayuran. Peluang usahanya sangat besar, budidayanya bisa pakai pekarangan rumah," tambahnya.

Eksportir tanaman hias sekaligus pemilik CV Asia Prima, Tarempa Patuo, mengaku memulai ekspor Bambu Suji atau dracina sanderiana sejak 1997. Selain Bambu Suji, dia juga tanaman hias lainya berupa Lidah Mertua (Sansevieria Trifasciata).

Budidaya kedua jenis tanaman hias itu, lanjut Tarempa, dilakukan oleh para petani sehingga membangun pola kemitraan dengan ratusan petani. Bambu Suji dirangkai dalam berbagai bentuk, seperti Pagoda, Guci dan Nanas. Harga per rangkai bervariasi, mulai Rp 15.000 sampai Rp 150.000.

"Bambu Suji kami ekspor ke Korea, Singapore, Malaysia dan Australia, bahkan Amerika. Dari tahun ke tahun trennya terus meningkat. Kalau Lidah Mertua diekspor ke Korea dan Singapore," kata Tarempa.

Menurut dia, tingginya permintaan ekspor Bambu Suji karena telah bergesernya pemanfaatan. Dulu, menurut Tarempa, kebutuhannya bersifat musiman, yakni untuk tahun baru Korea. Sekarang, tren itu sudah bergeser sebagai tanaman hias untuk dekorasi rumah dan permintaanya sangat tinggi.

"Permintaan dari Belanda pun belum bisa dipenuhi. Ini bisnis di sektor pertanian yang sangat menguntungkan dan nyata meningkatkan kesejahteraan masyarakat," ujar Tarempa.

Lebih lanjut Tarempa menjelaskan, ekspor Bambu Suji rata-rata dua kontainer per minggu. Nilainya Rp 600 juta sehingga per tahunya mencapai Rp 32 miliar. Adapun Lidah Mertua diekspor dua kali per bulan dengan nilai ekspor Rp 3 miliar per tahun.

"Coba kalau seratus perusahaan tanaman hias seperti ini, kita bisa penuhi permintaan ke banyak negara. Volume ekspor naik, pertumbuhan ekonomi kita makin membaik, negara kita semakin hebat di mata negara-negara lain," ucap Tarempa.

Tarempa mengaku mengapresiasi upaya pemerintah yang mau mendorong budidaya tanaman hias. Dia berterima kasih atas pelayanan Kementan yang mempermudah izin ekspor tersebut.

"Dulu butuh lama, sekarang dengan sistem online menjadi cepat dan gratis. Kami yakin, jika usaha ini semakin luas, perekonomian masyarakat pedesaan semakin maju," sambungnya.

Di tempat yang sama, Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Pertanian Sukabumi, Deden menuturkan pemerintah daerah mendukung penuh upaya Kementan guna memperluas budidaya tanaman hias.

"Kami siap bekerja sama dengan pihak pengembang, baik tanaman bambu suji maupun Lidah Mertua. Pembinaan petani untuk terjun ke budidaya tanaman ini kita akan perbanyak lagi, sehingga bahan baku untuk industri bisa dipenuhi," ujarnya.

Data BPS menyebutkan ekspor pertanian pada 2017 mencapai Rp 442 triliun atau naik 24 persen dibanding 2016 sehingga berdampak pada surplusnya neraca perdagangan pertanian 2017 yang sebesar Rp 214 triliun.

Sementara itu, nilai ekspor komoditas hortikultura segar pada Januari sampai Juli 2018 mencapai Rp 1,22 triliun atau naik sebesar 60,5 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya, yakni hanya Rp 0,76 triliun.

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com