BANTEN, KOMPAS.com - Potensi pengembangan lahan kering menjadi area pertanian produktif terus didorong guna menopang target swasembada pangan.
Salah satu upaya untuk mendorong hal tersebut Kementerian Pertanian (Kementan) mengembangkan lahan kering melalui program Sistem Usaha Pertanian (SUP) Inovatif, seperti yang berhasil di kembangkan di Banten.
Melalui Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP), Kementan terus menggali potensi ini dan telah mengidentifikasi beberapa wilayah Banten yang potensial untuk dikembangkan.
Saat ini, provinsi yang merupakan penyangga pangan ibukota ini memiliki lahan kering seluas potensial seluas 157.546 hektar.
Baca juga: Tekan Dampak Kemarau, Kementan Turunkan Tim Mitigasi Kekeringan
"Kita sudah berhasil mengembangkan pemanfaatan lahan kering di Kecamatan Cikeusal Kabupaten Serang. Sebagai target utama di wilayah Banten, kecamatan ini memiliki total lahan kering seluas 2.683 hektar. Kita dorong melalui Sistem Usaha Pertanian Inovatif," kata Kepala BBP2TP, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan), Kementan Haris Syahbuddin dalam pernyataan tertulis, Senin (3/9/2018).
Haris menyatakan, SUP Inovatif adalah sistem usaha pertanian yang berbasis teknologi, yakni penerapan mekanisasi pertanian sesuai kebutuhan dan mudah diterapkan.
Selain itu, pengelolaan lahan dan air yang inovatif dan adaptif terhadap perubahan iklim, serta dirancang dengan sistem yang dinamis.
Desa Cilayang merupakan satu dari lima belas desa di Kecamatan Cikeusal yang menjadi fokus pengembangan SUP Inovatif dengan sasaran utama adalah Kelompok Tani Tunas Harapan I.
Baca juga: Belasan Pemuda Tani Ini Sulap Lahan Kering menjadi Produktif
"SUP Inovatif yang dikembangkan di lokasi tersebut sarat dengan pengenalan teknologi, antara lain teknologi embung, pompanisasi dan geo-membran, dan teknologi budidaya khususnya budidaya tanaman hortikultura. Selain itu dilakukan pula pendampingan dan bimbingan teknis, hingga bagaimana membangun jaringan bisnis," kata Haris.
Distribusi hasil produksi
Kurniawan (26), salah satu anggota kelompok tani Tunas Harapan I mengaku, telah merasakan berbagai manfaat dari kegiatan ini.
Pria yang telah mengikuti program SUP Inovatif sejak 2017 ini menambahkan, budi daya sayuran yang digelutinya bersama dengan anggota kelompok tani lainnya telah ada saluran pemasarannya.
Produksi anggota kelompok tani itu ditampung dan kemudian dipasarkan ke beberapa tempat, bahkan tembus ke Pasar Induk Kramat Jati Jakarta dan Pasar Induk Tanah Tinggi Tangerang.
"Lahan menjadi produktif, produk berkualitas, dan pemasaran produk juga mudah,” ujar Kurniawan.
Baca juga: Pengelolaan Irigasi dan Drainase Dukung Ketahanan Pangan
Haris selaku penanggung jawab kegiatan program berharap, SUP Inovatif dapat menjadi wadah interaksi yang lebih intensif antara Kementan selaku penyedia teknologi, penyuluh sebagai saluran diseminasi serta petani sebagai pengguna teknologi.
Manfaat yang dirasakan masyarakat selain mewujudkan peningkatan produksi, juga menciptakan penumbuhan usaha kelompok tani serta pengembangan sumber daya manusia (SDM) di bidang pertanian
"Kami minta juga kepada kelompok tani agar selalu semangat untuk belajar mengimplementasikan teknologi dan menerapkannya secara berkelanjutan,” ujar Haris.
Potensi lahan kering di Indonesia
Sebagai informasi, Kementan melalui Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian mengidentifikasi seluas 24 juta hektar lahan kering yang bisa dimanfaatkan untuk tanaman pangan.
Lahan kering seluas itu tersebar di seluruh Indonesia, termasuk di Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua.
Di Pulau Jawa yang dikenal subur pun terdapat beberapa daerah berlahan kering yang berpotensi untuk dimanfaatkan.
“Dengan adanya BPTP di tiap provinsi, maka diharapkan bisa bahu membahu bersama penyuluh setempat dalam mengedukasi serta mendampingi kelompok tani dalam penerapannya,” kata Haris.