TABANAN, KOMPAS.com - Pembangunan embung di sentra produksi pertanian terbukti efektif tingkatkan produktivitas petani.
Di Desa Antapan, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan, Bali, keberadaan embung tersebut sangat dirasakan para petani, terutama ketika sudah memasuki musim kemarau.
“Kami tetap dapat menanam sayuran di luasan yang sama dengan saat musim hujan,” ujar Ketua Kelompok Tani Setia Makmur I Wayan Widana dalam pernyataan tertulis, Selasa (28/8/2018).
Menurut dia, keberadaan embung meningkatkan efisiensi waktu petani dalam mengolah lahan di desa yang berada di ketinggian 800 mdpl tersebut.
Baca juga: Pengelolaan Air untuk Pertanian Makin Efisien
Sebelum ada embung, para petani di Desa Antapan, mengaku hanya sanggup mengolah sepertiga dari luasan lahan yang digarap.
“Dulu waktu kita habis digunakan untuk mengangkut air dari sumber yang letaknya cukup jauh. Sekarang jadi hemat waktu untuk bekerja menyiram tanaman,” kata I Wayan Arsa, salah satu petani Desa Antapan.
Keunikan embung desa
Sementara, embung di Desa Bukti, Buleleng umumnya dimiliki oleh kelompok tani.
Contoh saja di Desa Antapan, Tabanan, seorang petani memiliki 2 embung dengan kapasitas total 72 meter kubik mampu mengairi 6.000 meter persegi lahan dengan 72.000 liter debit air yang dialirkan.
Baca juga: Pembangunan Embung di Desa Memperkuat Ketahanan Pangan
Sementara di Desa Bukti, Buleleng, 8 embung yang dimiliki kelompok Kerthi Winangun, memiliki volume 840 meter kubik, serta dimanfaatkan oleh 32 petani.
Keberadaan embung di dua desa tersebut tidak lepas dari program Bioindustri yang diusung oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan).
Program bioindustri diimpelementasikan oleh semua BPTP yang tersebar di 33 provinsi, termasuk BPTP Bali. Tim Bioindustri BPTP Bali masuk ke sejumlah lokasi binaan ini sejak 2015.
Dukungan Kementan ditunjukkan dengan memfasilitasi pembangunan infrastruktur berupa sarana penampung air (atau embung), hidran (pompa air) untuk kelompok, dan kandang yang dilengkapi sarana produksi pupuk organik padat dan cair.
Petani anggota kelompok tani juga mengeluarkan modal sendiri untuk mencukupi kekurangan bahan bangunan, seperti yang ditunjukkan saat pembangunan embung di Desa Antapan maupun Desa Bukti.
Program Bioindustri tingkatkan efisiensi biaya
Kegiatan Bioindustri yang dikembangkan Balitbangtan mengusung konsep yang sangat sederhana, yaitu integrasi tanaman dan ternak.
Inovasi yang diperkenalkan oleh BPTP Bali ke petani binaan pun memiliki konsep yang sama, yaitu pemanfaatan limbah ternak menjadi pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas sayuran, serta teknologi pakan untuk meningkatkan performa ternak sapi.
Penerapan model Bioindustri ini terbukti meningkatkan efisiensi. Inovasi pupuk organik padat dan cair yang diolah oleh masing-masing petani untuk lahannya sendiri, misalnya telah menurunkan penggunaan pupuk dan pestisida kimia sebesar 40 persen.
Salah seorang anggota Tim Pengarah Kegiatan Bioindustri Prof. Pantjar Simatupang mengaku terkesan dengan praktik budi daya yang dilakukan petani di kedua desa tersebut. Ia menilai budi daya yang dikembangkan telah sesuai dengan konsep Bioindustri.
Baca juga: Mentan Dukung Buton Utara Jadi Kabupaten Organik
“Selain nampak integrasinya, terlihat pula sistem pertanaman yang baik, yaitu memilih tanaman kompanion atau tanaman serumpun,” ujar Pantjar.
Contoh kasus yang ditemukan di Desa Antapan, di lahan yang sama seorang petani dapat secara bergantian menanam buncis, tomat, dan cabai.
Dalam penanaman ketiga komoditas sayuran tersebut, penggunaan ajir hanya perlu 1 kali pemasangan saja. Hal ini menunjukkan pemilihan tanaman kompanion dapat menghemat pemakaian ajir.
Integrasi pertanian
Baca juga: Kisah Ferdiyanti dari Pengumpul Kotoran Sapi hingga Pengusaha Rotan
Dengan adanya Bimtek tersebut, kelompok tani di wilayah itu telah menjual produk molasis dan pupuk organik cair, masing-masing dengan nama Moladef Agen Defaunasi dan Urin-max.
Kepala Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian (BBP2TP) Haris Syahbuddin mengapresiasi upaya BPTP Bali dalam menggiatkan program Bioindustri di Provinsi Bali.
Haris menilai pengembangan model Bioindustri akan turut berperan dalam meningkatkan kemandirian ekonomi petani.
Ia optimistis, petani dapat memenuhi kebutuhan energi dan pangan serta meningkatkan kesejahteraannya dengan menerapkan sistem itu.
Baca juga: Kementan Klaim Produksi dan Kesejahteraan Petani Terus Meningkat
Ia pun yakin, sistem ini dapat meningkatkan daya tahan terhadap kebutuhan energi, pangan, dan berdampak terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat petani. Haris pun optimistis program Bioindustri mampu meningkatkan efisiensi biaya.
“Melalui sistem pertanian bioindustri, tidak ada yang terbuang karena output satu sub-sistem menjadi input bagi sub-sistem lain. Limbah pun dapat diminimalisasi, serta yang tak kalah penting, produksi dapat ditingkatkan,” katanya.