JAKARTA, KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) memastikan produksi jagung nasional 2018 dalam kondisi surplus. Dengan kondisi ini, pasokan jagung nasional juga dinilai melebihi kebutuhan pakan ternak.
Kepala Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian Ketut Kariyasa menyebutkan, dalam empat tahun terakhir produksi jagung telah meningkat secara signifikan.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada tahun 2014 produksi jagung di Indonesia sebesar 19,0 juta ton.
Peningkatan produksi mulai terjadi pada 2015 menjadi 19,6 juta ton. Pada 2016 produksi jagung masih melanjutkan tren peningkatan dengan capaian produksi sebesar 23,6 juta ton. Puncaknya, pada 2017 produksi jagung sudah mencapai 28,9 juta ton.
“Peningkatan produksi jagung pada tahun 2017 sangat tinggi, mencapai 5,3 juta ton. Jumlah ini meningkat 22,4 persen dibanding tahun sebelumnya. Terbukti, Indonesia tidak mengimpor jagung pada tahun 2017,” kata Kariyasa dalam pernyataan tertulis, Rabu (1/8/2018).
Produksi jagung terus meningkat
Tahun ini, tren positif peningkatan produksi jagung diperkirakan Kariyasa masih akan berlanjut.
Dengan tingkat produksi rata-rata 5,2 ton per hektar dan luas panen sampai akhir Desember nanti diperkirakan akan mencapai 5,74 juta hektar, maka produki jagung tahun ini diperkirakan bisa melebihi produksi tahun lalu dengan capaian lebih dari 29 juta ton.
Dari total produksi tersebut, hampir sekitar 59,2 persen jagung akan berasal dari luar Jawa dan 40,8 persen berasal dari Jawa.
Jawa Timur tetap merupakan penghasil jagung utama dengan kontribusi 21,8 persen, disusul Jawa Tengah sekitar 12,3 persen.
Baca juga: Kabupaten Tojo Una Una Ekspor 14.000 Ton Jagung ke Filipina
Di luar Jawa, provinsi penghasil jagung terbesar diperkirakan adalah Lampung, Sulawesi Selatan, dan NTB dengan pangsa produksi masing-masing 8,6 persen, 7,8 persen, dan 6,9 persen terhadap produksi jagung nasional.
Sementara Sumatera Utara dan Sulawesi Tengah diperkirakan akan mampu memproduksi jagung masing-masing 5,8 persen dan 5,4 persen.
Kariyasa menyebutkan bahwa berbagai program terobosan telah dijalankan Kementan untuk meningkatkan produktivitas jagung.
Jagung untuk pakan ternak
Kementan memahami bahwa jagung memiliki peran yang sangat penting dalam produksi pakan dan perkembangan industri ternak ayam ras di Indonesia.
“Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pakan merupakan bagian terbesar dari struktur biaya produksi daging ayam dengan porsi 65 hingga 70 persen dari total biaya produksi yang dibutuhkan. Sementara itu, proporsi jagung dalam pembuatan pakan ternak, khususnya ayam ras mencapai 40 hingga 50 persen. Jadi peningkatan produktivitas jagung menjadi salah satu perhatian utama kami demi mendukung keberlangsungan industri peternakan nasional,” ujarnya.
Saat ini, kebutuhan jagung untuk pakan di Indonesia mencapai 7,8 juta hingga 8,5 juta ton per tahun.
Dengan perkembangan pesat pada industri peternakan ayam ras, Kariyasa memperkirakan kebutuhan jagung untuk pakan juga akan meningkat.
Baca juga: Sumbawa Siap Olah Limbah Jagung Jadi Pakan Ternak dan Biomassa
Ia memrediksi dalam sepuluh tahun mendatang, kebutuhan jagung untuk pakan ternak akan mencapai lebih dari 16 juta ton. Oleh karenanya, Kariyasa memastikan bahwa produksi jagung nasional masih melebihi kebutuhan industri pakan ternak.
Dengan kondisi produksi jagung surplus ini, pemerintah melalui Kementan mendorong ekspor jagung.
Diharapkan ekspor jagung akan lebih menguntungkan bagi petani, terutama dengan nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dolar Amerika.
“Saat ini merupakan momentum yang sangat tepat untuk melakukan ekspor jagung. Mendorong ekspor jagung tentunya akan menguntungkan banyak pihak yang terlibat dalam usaha tani komoditas jagung, termasuk petani. Kita pun turut diuntungkan karena akan mampu menghasilkan devisa yang lebih banyak dalam bentuk rupiah,” ujar Kariyasa.