BATU, KOMPAS.com - Masa panen yang terbatas, harga buah yang cenderung tidak stabil, dan kurangnya kualitas jeruk yang dihasilkan merupakan beberapa permasalahan utama yang dihadapi oleh kebanyakan petani jeruk.
Oleh karenanya, Pusat Penelitian dan Pengembangan (Puslitbang) melalui Balai Penelitian Jeruk dan Buah Subtropika (Balitjestro) pun berupaya mengembangkan teknologi yang mampu mengatasi permasalahan itu.
Salah satu teknologi tersebut adalah Pembuahan Jeruk Berjenjang Sepanjang Tahun atau dikenal Bujangseta.
Peneliti Utama Bidang Ekofisiologi di Balitjestro, Ir. Arry Supriyanto MS mengatakan, dengan teknologi ini para petani jeruk tak perlu lagi khawatir dengan masa panen yang singkat.
(Baca: Dari Mana Asal Muasal Jeruk? Ilmuwan Kini Ungkap Tempat Kelahirannya)
" Teknologi Bujangaseta memungkinkan tanaman jeruk dapat berbuah sepanjang tahun, maksimal bisa panen lima kali dalam dua belas bulan," ujar Arry kepada Kompas.com di Kantor Balitjestro, Kota Batu, Jawa Timur, Jumat (29/5/2018).
Selain itu, teknologi Bujangseta ini juga bisa diterapkan pada tanaman yang sudah berbuah dengan mutu dan kualitas buah premium.
Genjot produksi jeruk nasional
Bujangseta merupakan kombinasi dari tiga tahap pemeliharaan, di antaranya manajemen kanopi, manajemen nutrisi, dan manajemen pengendalian hama.
Ketiga tahap ini harus dijalankan oleh petani untuk mendapatkan hasil panen jeruk yang optimal.
Arry mengatakan, proses pertama yang bisa dilakukan adalah pemangkasan ranting atau prunning.
"Tujuan dari pemangkasan ini adalah untuk memacu pertumbuhan tunas tanaman vegetatif dan generatif lebih seimbang, serta penyakit akan lebih mudah dikendalikan," ujar Arry.
(Baca: Impor Jeruk dari China Melonjak)
Selanjutnya, manajemen nutrisi. Pada tahap ini tanaman diberikan nutrisi berupa pupuk organik seperti pupuk kandang, pupuk NPK, dan pupuk kiserit (MgSO4).
"Tujuan pemberian pupuk kiserit ini untuk menambah kadar rasa manis pada buah," katanya.
Kemudian pada tahap terakhir, terdapat manajemen pengendalian hama. Seperti namanya, proses ini lebih memfokuskan terhadap upaya antisipasi tanaman yang terinfeksi hama penyakit.
Cara yang dilakukan bisa berupa penyemprotan insektisida, fungisida, maupun akarisida.
"Penyemprotan ini dilakukan untuk menghindari tanaman terkena tungau, kutu sisik, dan embun jelaga," kata Arry.
Dengan begini, teknologi Bujangseta diharapkan dapat menggenjot angka produksi jeruk dalam negeri, utamanya pada daerah sentra jeruk seperti Batu dan Malang di Jawa Timur.