KOMPAS.com – Ramadhan dan Lebaran 1439 Hijriah telah berakhir. Jika dibandingkan Lebaran dua tahun terakhir, harga bahan pokok pada tahun ini cenderung lebih stabil.
Hal ini tampak dari tidak ada gejolak dari masyarakat yang mengeluhkan bahwa harga pangan melambung dan komoditas susah didapat.
Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian, Agung Hendriadi, menjelaskan, pasokan bahan pangan aman karena Pemerintah telah mengantisipasi dengan menyiapkan berbagai komoditas yang rentan mengalami gejolak.
“Pasokan kami siapkan sejak dua sampai tiga bulan sebelumnya,” ujar Agung, Selasa (26/6/2018).
(Baca: Mentan Pastikan Tak Ada Gejolak Harga Pangan Selama Bulan Ramadhan)
Untuk menjaga kestabilan harga pangan ini, Kementan memiliki instrumen distribusi Toko Tani Indonesia (TTI) yang berperan memasarkan secara langsung produk pertanian dari petani tanpa melewati tengkulak atau pemasok.
Harga yang dijual menjadi lebih murah karena rantai pasok yang dilalui sangat sederhana. “Kami memiliki lebih dari 2.000 TTI yang membantu memengaruhi harga di pasar,” ucap Agung.
Pendekatan secara persuasif juga dilakukan. Pemerintah, sejak jauh hari sebelum Ramadhan, telah bertemu dengan para pemangku kepentingan untuk berdialog soal periode kritis tersebut.
(Baca: Melawan Kenaikan Harga Pangan Jelang Lebaran)
Berkaitan dengan hal ini, pengamat pertanian Khudori menilai, memang ada perubahan signifikan dalam harga pangan.
Menurutnya, Pemerintah dapat menjaga situasi sehingga harga tidak terus melambung.
“Sebenarnya kuncinya ada pada inflasi April dan Mei. Pada dua bulan itu, inflasi tercatat rendah. Jika sebelum Ramadhan inflasi rendah, sekalipun ada kenaikan harga pada Ramadhan, itu tidak akan terlalu signifikan,” jelas Khudori.
Hal ini, katanya, juga tak lepas dari peran Satgas Pangan yang secara tidak langsung membantu membawa perubahan atas lonjakan harga yang biasa terjadi setiap Ramadhan dan Lebaran.
Produksi meningkat
Kepala Pusat dan Informasi Pertanian Kementerian Pertanian Dr. Ketut Kariyasa menambahkan, stabilnya harga pangan ini juga ditengarai meningkatnya pasokan dari produksi dalam negeri.
Dijabarkan Ketut, dengan pertambahan penduduk, sesungguhnya permintaan pangan pun meningkat.
Sebagai gambaran, menurut data BPS, pada 2014 jumlah penduduk Indonesia sekitar 252 juta jiwa. Sementara itu, pada 2017 dan 2018 meningkat masing-masing menjadi 262 juta jiwa dan 265 juta jiwa.
Meski kenyataannya jumlah penduduk bertambah secara signifikan, dalam periode yang sama ini (2017 dan 2018), pasokan pangan terbilang aman akibat produksi dalam negeri yang meningkat. Bahkan, bisa dikatakan tidak ada yang berasal dari impor.
(Baca: Ekspor Komoditas Pertanian Meningkat Sepanjang April 2018)
Meningkatnya produksi pangan ini tak lepas dari keberhasilan Kementerian Pertanian dalam mengimplementasi program-programnya.
Salah satunya, bertambahnya produksi padi pada tahun 2014 yang hanya 70,8 juta ton menjadi 81,1 juta ton pada tahun 2017.
Angka ini diperkirakan akan meningkat hingga lebih dari 81,2 juta ton pada tahun ini.