KOMPAS.com - Kementerian Pertanian (Kementan) melalui Direktorat Jenderal Hortikultura memantau produksi cabai di Sumatera Selatan menjelang bulan Ramadhan.
Berbeda dengan daerah lain, pertanaman cabai di Sumatera Selatan terjadi sepanjang waktu.
Tak hanya itu, karakteristik produksi cabai Sumatera Selatan memiliki kekhasan.
" Cabai Sumatera Selatan ditanam pada musim yang berbeda pada lima tipe lahan yang berbeda," kata Direktur Jenderal Hortikultura, Suwandi, dalam siaran tertulis (12/5/2018).
Lalu, apa perbedaan masing-masing jenis cabai Sumatera Selatan?
Lima tipe cabai Sumatera Selatan:
1. Banyuasin
Cabai ditanam di lahan pasang surut.
2. Ogan Ilir, Ogan Komering Ilir, Musi Banyuasin
Cabai ditanam pada lahan lebak.
3. Ogan Komering Ilir
Cabai ditanam pada lahan tadah hujan.
4. Musi Rawas dan Ogan Komering Ulu Timur
Cabai ditanam pada lahan sawah.
5. Ogan Komering Ulu Selatan, Muara Enim, Pagar Alam
Cabai ditanam di lahan dataran tinggi.
Pasokan ke sebagian Pulau Sumatera
Kepala Sub Bidang Hortikultura, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura Provinsi Sumatera Selatan, Sri Indah Mulyati, mengatakan luas panen cabai setahun sekitar 5000 hektar.
Hasil panen cabai dipasok ke Pasar Induk Jakabaring dan pasar daerah lain.
Pasokan cabai ke Pasar Induk Jakabaring mencapai 25 ton per hari, bawang merah 30 ton per hari, dan bawang putih 50 ton per hari.
"Kebutuhan bawang putih memang tinggi untuk cuka (pempek)," katanya.
Menurut dia, produksi cabai cukup untuk memenuhi kebutuhan Sumatera Selatan. Bahkan, sebagian produksi cabai dipasarkan ke Jambi, Bengkulu, Lampung, dan wilayah lainnya.
Ada pun, harga cabai rawit mau pun cabai merah keriting di petani berkisar Rp 30 ribu per kilogram.
Komoditas unggulan
Pertanaman cabai cukup diminati karena hasilnya menguntungkan petani. Petani di sentra produksi cabai seperti di Lais, Kabupaten Musi Banyuasin, membutuhkan biaya Rp 20 juta per hektar.
Dengan bertanam cabai rawit merah keriting varietas lokal, petani bisa memanen cabai sebanyak 6 ton atau setara Rp 120 juta per hektar.
Sedangkan, biaya yang dibutuhkan untuk pertanaman cabai intensif di dataran tinggi Muara Enim mencapai Rp 60 juta.
Saat panen, petani bisa menghasilkan sekitar 12 ton hingga 15 ton per hektar.
Untung besar
Ketua Gapoktan Semontor Jaya, Desa Pedu, Kecamatan Jejawi, Kabupaten OKI, Kasnadik mengatakan, anggota Gapoktannya menanam 43 hektar cabai dengan varietas lokal.
Pemupukan sederhana membutuhkan biaya Rp 16 juta per hektar. Ia sendiri mengelola cabai di lahan seluas 1,5 hektar.
“Hasilnya sekitar Rp 60 juta, masih lumayan. Pertanaman 43 hektare sekarang siap akan dipanen pada Mei hingga Juni 2018 nanti saat Ramadhan dan Idul Fitri siap memasok Pasar Induk Jakabaring,” katanya.
Saat ini, kelompok tani tengah berupaya menggunakan benih unggul dan memperbaiki cara bercocok tanam supaya produksinya meningkat.
Targetnya, kata dia, produksi cabai di wilayahnya paling sedikit mencapai 6 ton per hektar.
“Ini sudah diajarkan Demplot (Demontration Plot) oleh Pak Darmadi dari Dinas Ketahanan Pangan dan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kabupaten OKI,” ujarnya.
Abdul Ghopur, petani di desa yang sama, optimistis benih unggul hibrid dan pemupukan yang cukup akan mendongkrak produksi.
"Sekarang saya membuat Demplot 1,5 hektar dan mengajarkan percontohan bagi anggota kelompok tani lainnya menanam cabai seluas 8 hektar,” katanya.