YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Kehadiran Toko Tani Indonesia (TTI) di tempat-tempat strategis seperti di permukiman dan pinggir-pinggir jalan pertokoan maupun perumahan, sangat membantu masyarakat dalam mendapatkan beras berkualitas dengan harga terjangkau.
Adalah TTI Acar yang berlokasi di Jalan Hayam Wuruk Yogyakarta. Pada toko milik Benyamin Praktikno ini, selain masyarakat biasa, ternyata juga ada pedagang kecil seperti pedagang bubur ayam, soto dan warung nasi yang ada di seputar TTI menjadi pelanggannya.
"Yang beli beras di toko kami macam-macam orangnya. Selain masyarakat biasa yang sudah menjadi langganan, banyak juga pedagang disekitar sini yang belanja," ujar Benyamin menjelaskan.
"Di sini aja banyak yang berjualan nasi, ada juga yang jual bubur ayam, soto dan lainnya yang ke sini belanja beras," ujar Benyamin yang mengaku mampu menjual beras TTI dengan harga Rp 8000 per kilogram, sebanyak 5 kuintal setiap harinya.
Menurut Benyamin, beras TTI yang dijual kualitasnya cukup bagus, sehingga banyak pedagang makanan yang menyenanginya. "Menurut pedagang makanan di sini, rasa nasinya enak, sehingga jualannya cepat habis," tambahnya.
Kehadiran TTI di permukiman dan tempat-tempat strategis memang dinanti-nanti warga. Dengan adanya TTI, masyarakat bisa membeli harga beras berkualitas dengan harga terjangkau.
"Kami sengaja hadirkan TTI di perkotaan agar warga tidak kesulitan mendapatkan beras berkualitas dengan harga terjangkau," kata Agung Hendriadi, Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian, saat berkunjung di TTI Acar.
Menurut Agung, beras TTI lebih berkualitas karena disimpan di dalam gudang gapoktan (gabungan kelompok tani), dan baru digiling, dikemas dan dipasarkan.
"Dari apa yang kita lihat di sini, jelas bahwa peran TTI ke depan sangat strategis untuk memudahkan masyarakat mendapatkan beras berkualitas dengan harga terjangkau," kata Agung.
"Kualitas beras di TTI jelas lebih fresh karena baru keluar dari penggilingan yang dikirim gapoktan. Harganya terjangkau, karena kami potong rantai pasok yang panjang menjadi tiga mata rantai, yaitu gapoktan ke TTI dan TTI menjual langsung ke konsumen," tegas Agung.
Sementara itu, Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi Yogyakarta, Arofah Noor Indriyani mengatakan bahwa jumlah LUPM (Lembaga Usaha Pangan Masyarakat) yang bermitra dengan TTI saat ini mencapai 10 LUPM yang memasok ke 43 TTI.
"Ke depannya kami akan tambah jumlah gapoktan menjadi 10 dan TTI sebanyak 20, sehingga masyarakat bisa mengakses pangan dengan mudah, dan harganya terjangkau," kata Arofah.