Begini Cara Pemerintah Wujudkan Indonesia Menjadi Lumbang Pangan Dunia

Kompas.com - 11/08/2017, 18:40 WIB
Josephus Primus

Penulis

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kanan) dan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (kiri) memanen padi di Desa Senggreng, Desa Senggreng, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Selasa (2/2/2016). Secara nasional, panen padi pada Februari 2016, kata Menteri Amran bisa menghasilkan hingga 5 juta ton gabah. Primus Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (kanan) dan Wakil Gubernur Jawa Timur Saifullah Yusuf (kiri) memanen padi di Desa Senggreng, Desa Senggreng, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Jawa Timur pada Selasa (2/2/2016). Secara nasional, panen padi pada Februari 2016, kata Menteri Amran bisa menghasilkan hingga 5 juta ton gabah.

KOMPAS.com- Kementerian Pertanian (Kementan) sudah mencanangkan bahwa Indonesia menjadi lumbung pangan dunia. Pemerintah menargetkannya pada 2045.

Kementan akan menempatkan petani sebagai pelaku utama pembangunan pertanian untuk mewujudkan target itu.  

Kementan hadir sebagai fasilitator pembangunan yang berperan untuk memberdayakan dan mendukung petani secara maksimal.

“Kementan mendorong partisipasi aktif petani dalam mencapai swasembada pangan seraya meningkatkan kesejahteraan mereka,” kata Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementan Suwandi sebagaimana rilis yang diterima Kompas.com pada Jumat (11/8/2017).

Baca: Mentan Target Indonesia Jadi Lumbung Pangan Dunia di 2045

Kementan menempatkan swasembada pangan dan peningkatan kesejahteraan petani sebagai dua tujuan utama yang saling terkait. Program mencapai swasembada pangan sejalan dengan upaya peningkatan kesejahteraan petani.

Untuk mencapai tujuan tersebut, Kementan menjalankan pendekatan bottom-up planning dimulai dengan identifikasi kebutuhan dan permasalahan yang dihadapi petani di lapangan. Temuan itu sebagai bagian penting dalam perumusan kebijakan dan program pembangunan pertanian.

Karena itu, kebijakan dan program yang dijalankan Kementan didasarkan pada kondisi lapangan dan dilakukan melalui pendekatan kesisteman (system approach).

Selain pendekatan kesisteman tersebut, pemerintah akan merevisi regulasi yang menghambat, membangun infrastruktur, mekanisasi pertanian, melakukan perbaikan teknis produksi, menjalankan pendampingan dan penguatan SDM, penanganan pascapanen, serta pengendalian harga adalah parameter pengungkit yang mendapat prioritas dalam penyusunan program terobosan sesuai kebutuhan lapang.

Inovasi untuk dorong produktivitas

Dalam upaya mendongkrak produktivitas pangan nasional, Kementan juga senantiasa mendorong berbagai inovasi di sektor pertanian.

Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat melakukan penyemaian benih padi organik di Desa Bukit Langkap, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, Rabu(7/9/2016).KOMPAS.com/MIKHAEL GEWATI Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman saat melakukan penyemaian benih padi organik di Desa Bukit Langkap, Kabupaten Lingga, Provinsi Kepulauan Riau, Rabu(7/9/2016).

Pengembangan inovasi yang dikembangkan oleh Kementan memiliki syarat penting yaitu memenuhi unsur pemenuhan kebutuhan petani sebagai pengguna inovasi dan pelaku utama pertanian secara spesifik lokasi.

“Untuk itu, Kementan melalui Badan Litbang Pertanian melakukan pengkajian untuk memastikan inovasi yang dikembangkan Kementan, baik berupa varietas unggulan, metode budidaya, maupun penanganan hama, memang sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan petani,” ucap Suwandi.

Ia mengatakan keberhasilan Indonesia meningkatkan produktivitas padi pada tiga tahun terakhir tidak bisa dilepaskan dari pengembangan inovasi yang bersumber dari identifikasi terhadap kebutuhan petani tersebut.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), pada 2015, produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 75,55 juta ton. Angka ini meningkat 4,66 persen dibandingkan tahun sebelumnya yang sebesar 70,85 juta. Sedangkan, produksi pada 2016 mencapai lebih dari 79 juta ton.

Peningkatan produtivitas beras merupakan hasil dari inovasi yang dikembangkan Kementan dalam memecahkan permasalahan paceklik permanen. Persoalan produksi beras terjadi karena luas tanam bulanan padi pada Juli sampai September hanya berada kisaran 500 – 600 ribu hektar.

Kementan melakukan terobosan dengan menjaga luas tanam bulanan padi pada Juli-September minimal 900 ribu hektar.

Ilustrasi lahan pertanianKOMPAS.com/ SUPARMAN SULTAN Ilustrasi lahan pertanian

Untuk mendukung program peningkatan produktivitas padi, Kementan mengerahkan aparaturnya di 30 Balai Pengkajian Tekonologi Pertanian (BPTP) turun ke lapangan.

Mereka bekerja sama dengan dinas pertanian provinsi, dinas pertanian kabupaten, penyuluh, dan Babinsa untuk memonitor luas tambah tanam (LTT) padi di seluruh Indonesia setiap harinya.

Selain memonitor LTT, aparatur BPTP juga turut mengidentifikasi permasalahan yang dihadapi petani di lapangan.

Sementara itu, peningkatan produktivitas pangan secara langsung berimbas kepada peningkatan kesejahteraan petani. Berdasarkan data yang dirilis Badan Pusat Statistik, Gini Rasio di desa pada 2016 menurun sebesar 0.007 dibandingkan tahun sebelumnya.

Selain itu, Nilai Tukar Petani (NTP) dan Nilai Tukar Usaha Pertanian (NTUP) meningkat masing-masing 0,18 persen (101,7) dan 2,47 persen (109,8). "Saya optimistis visi Indonesia sebagai lumbung pangan dunia tercapai," kata Suwandi.
   

Terkini Lainnya
Hadapi Ancaman Pangan, Kementan Gencarkan Irpom demi Pastikan Keberlanjutan Pangan Aman
Hadapi Ancaman Pangan, Kementan Gencarkan Irpom demi Pastikan Keberlanjutan Pangan Aman
Kementan
Program Pompanisasi Buat Petani Tersenyum, Mentan Amran: Solusi untuk Tingkatkan Indeks Pertanaman
Program Pompanisasi Buat Petani Tersenyum, Mentan Amran: Solusi untuk Tingkatkan Indeks Pertanaman
Kementan
Irpom Naikkan IP Jadi 3 Kali, Kementan Pantau dan Pastikan Pangan Aman Terkendali
Irpom Naikkan IP Jadi 3 Kali, Kementan Pantau dan Pastikan Pangan Aman Terkendali
Kementan
Irpom Disebut Berhasil Cegah Gagal Tanam Saat Kemarau
Irpom Disebut Berhasil Cegah Gagal Tanam Saat Kemarau
Kementan
Kemarau Tetap Bisa Tanam, Petani Senang IP Naik 
Kemarau Tetap Bisa Tanam, Petani Senang IP Naik 
Kementan
Lewat B50, Pemerintah Sediakan Energi Nasional dan Tingkatkan Nilai Tambah Pekebun
Lewat B50, Pemerintah Sediakan Energi Nasional dan Tingkatkan Nilai Tambah Pekebun
Kementan
Agustus Tidak Ada Puso, Pompanisasi di Banten Dongkrak Kenaikan NTP
Agustus Tidak Ada Puso, Pompanisasi di Banten Dongkrak Kenaikan NTP
Kementan
Kementan Ajak FAO Tingkatkan Tata Kelola Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Kementan Ajak FAO Tingkatkan Tata Kelola Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan
Kementan
Presiden Jokowi Terima Agricola Medal, FAO: Transformasi Pertanian Indonesia Berkembang Pesat
Presiden Jokowi Terima Agricola Medal, FAO: Transformasi Pertanian Indonesia Berkembang Pesat
Kementan
Optimalkan Perluasan Areal Tanam, Kementan Monitoring Program Pompanisasi
Optimalkan Perluasan Areal Tanam, Kementan Monitoring Program Pompanisasi
Kementan
Kementan Gencarkan Pompanisasi, Pastikan Pompa Berhasil Nyala Mengairi Sawah
Kementan Gencarkan Pompanisasi, Pastikan Pompa Berhasil Nyala Mengairi Sawah
Kementan
Atasi Kekeringan Lahan, Kementan Terjun Langsung Bantu Petani
Atasi Kekeringan Lahan, Kementan Terjun Langsung Bantu Petani
Kementan
Irpom dan Pompanisasi Terbukti Berhasil Selamatkan Ketahanan Pangan Nasional
Irpom dan Pompanisasi Terbukti Berhasil Selamatkan Ketahanan Pangan Nasional
Kementan
Kementan Bersama GEMPITA Sinergi Bangun Kalteng Jadi Lumbung Padi Nasional
Kementan Bersama GEMPITA Sinergi Bangun Kalteng Jadi Lumbung Padi Nasional
Kementan
Produksi Naik Bulan Agustus, September dan Oktober, Program Pompanisasi Berhasil
Produksi Naik Bulan Agustus, September dan Oktober, Program Pompanisasi Berhasil
Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke