Ekspor Beras, Cara Indonesia Taklukkan Negara Lain

Kompas.com - 08/03/2017, 14:56 WIB
Josephus Primus

Penulis

KOMPAS.com - Di hadapan para petani di Desa Tri Tunggal, Kecamatan Babat, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur,  Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, Selasa (7/3/2017) siang, meniupkan kata-kata semangat pada para petani. Hari itu ia hendak melakukan panen raya.

"Tahun lalu kita berhasil tidak impor beras. Tahun ini, kalau perlu terus dipertahankan (tidak impor beras)," katanya.

Amran, kelahiran Bone, Sulawesi Selatan, 27 April 1968 itu, mengawali panen raya padi 2017 secara nasional di Lamongan. Sepanjang dua bulan ke depan, dirinya bakal berkunjung ke seluruh Nusantara untuk melakukan panen komoditas strategis itu.

Di Jawa Timur, rute panen raya yang disambangi doktor ilmu pertanian itu adalah Lamongan, Tuban, Bojonegoro, dan Ngawi.

Lalu, di Jawa Tengah, dia akan berkunjung ke Kabupaten Purworejo. Sementara di Jawa Barat, Amran akan ikut memanen padi di Kabupaten Ciamis.

Didapat dari laman pertanian.go.id, panen raya padi berlangsung di Indonesia sampai dengan Agustus 2017. Angkanya terus meningkat dari tahun ke tahun.

Dalam laman yang sama, data produksi gabah kering giling (GKG) mencapai 79,141 juta ton pada 2016. Pada 2015, produksi GKG ada di angka 75,398 juta ton. Sedangkan setahun sebelumnya, produksi GKG ada di posisi 70,846 juta ton.

(Baca: Permintaan Tinggi, Indonesia Jaga Keberlanjutan Produksi Komoditas Pertanian)

Selain melakukan panen raya, sesuai arahan pemerintah, Amran menggalakkan Percepatan Serap Gabah Petani. Seperti diketahui, hal itu akan dilakukan terhitung sejak Maret hingga Agustus 2017.

Targetnya adalah 4 juta ton setara beras. Harga GKG petani diatur dalam Peraturan Menteri Pertanian (Permentan) Nomor 03/2017 sebesar Rp 3.700 per kilogram. Dengan peraturan itu, bagaimanapun kondisi gabah yang terdapat di lapangan akan dibeli dengan harga acuan pada Permentan.

Pemerintah juga menunjuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Bulog menyerap gabah dari petani. Menurut Amran, Bulog telah meningkatkan serapan dari 200 ton per hari menjadi 14.000 ton per hari.

"Akan tetapi kami ingin meningkaatkan lagi sampai 30.000 ton per hari," tuturnya.

Jawa Timur

Josephus Primus Deretan alat pertanian bermesin mulai dari traktor tangan, mesin penanam, traktor pembajak sawah hingga mesin pemanen padi. Provinsi Jawa Timur mendapat 3.000 traktor dari Kementerian Pertanian. Penyimpanan traktor-traktor ada di Kabupaten Ngawi. Nantinya, traktor-traktor disebar ke seluruh Provinsi Jawa Timur.

Catatan terkini saat panen raya di Lamongan, datang dari Direktur Sumber Daya Manusia dan Urusan Umum Bulog Wahyu Suparyono. Sebagai salah satu lumbung beras utama, menurut Wahyu, Jawa Timur direncanakan mampu menyumbang serapan gabah ke Bulog hingga 1 juta ton.

Sampai kini, menurut data Kementerian Pertanian, ada 2,03 juta hektar lahan padi di Jawa Timur. Lahan itu tersebar di 79 kabupaten dan kota.

Sementara, kata Bupati Lamongan Fadeli yang hadir dalam panen raya, 60 persen dari 1.812 kilometer persegi luas lahan di Lamongan adalah sawah dan tambak. Sepanjang 2016, luas tanaman padi di Lamongan mencapai 186.250 hektar.

Pada tahun itu, produksi padi Lamongan mencapai 1,053 juta ton. Angka ini naik 6,92 persen ketimbang pencapaian pada 2015.

Pada musim tanam (MT) 2017, pemerintah Kabupaten Lamongan, mematok target luas tanaman padi 160.633 hektar. Sampai dengan Maret 2017, luas tanaman padi yang sudah terealisasi sebesar 77.285 hektar.

Mulai ekspor

Josephus Primus Petugas dari Bulog memeriksa gabah yang dibeli dari petani di Desa Karang Banyu, Kecamatan Widodaren, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur pada Rabu (8/3/2017). Pada musim panen raya ini Bulog membeli gabah petani dengan harga Rp 3.700 per kilogram dengan kadar air 25 persen.

Dengan capaian itu, cita-cita mengekspor beras bukan niscaya lagi. Seperti kutipan Amran pada Senin (13/2/2017). "Sudah 72 tahun lamanya, Indonesia mengimpor beras. Kini, Indonesia mulai mengekspor beras," katanya.

Ekspor perdana beras Indonesia dilakukan dari Merauke, Provinsi Papua, ke Papua Niugini. Ekspor itu berwujud beras premium sebanyak satu truk, untuk tahap pertama.

Nantinya, 10.000 ton beras hasil panen musim hujan 2017 akan menjadi mata dagangan Indonesia ke luar negeri.

Masih menurut Amran, harga beras yang diekspor ke Papua Niugini besarnya Rp 10.000 per kilogram. Harga itu separuh lebih murah jika dibandingkan dengan harga beras impor Indonesia dari Filipina, Thailand, dan Vietnam.

"Ekspor beras jadi bukti kita bisa menaklukkan negara lain," pungkas Amran.

Josephus Primus Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman (berkemeja putih) mencoba traktor pembajak sawah di Desa Samberan, Kecamatan Kanor, Kabupaten Bojonegoro, Jaw Timur pada Selasa (7/3/2017). Sebagai salah satu lumbung beras Jawa Timur, Kabupaten Bojonegoro menyumbang 1,057 juta ton beras pada sepanjang 2016.

Terkini Lainnya
Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan Komitmen Jaga Stabilitas Harga dan Tingkatkan Produktivitas Petani, Pengamat Beri Respons Positif

Kementan
Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Pakar Pangan Universitas Andalas: Kepastian Harga Pemerintahan Prabowo Bikin Petani Senang

Kementan
DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

DJBC Catat Tak Ada Impor Beras dan Jagung, Kinerja Bea Masuk Turun 5,1 Persen

Kementan
Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kepuasan Petani terhadap Kinerja Kementan Capai 84 Persen

Kementan
Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Mentan: Jika Tidak Ada Aral Melintang, 3 Bulan Lagi Indonesia Swasembada Beras

Kementan
Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Respons Keluhan Petani Singkong di Lampung, Mentan Amran Siap Kawal Regulasi Tata Niaga

Kementan
Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Perkuat Ketahanan Pangan, Mentan Amran Gandeng 3 Bupati Sulsel Kembangkan Kopi dan Kakao

Kementan
Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Beras Nasional Surplus 3,7 Juta Ton, Mentan Amran: Hasil Kerja Keras Petani

Kementan
Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Mendag : Ekspor Hortikultura Naik 49 Persen Semester I 2025, Indonesia Tekan Impor dan Tingkatkan Ekspor

Kementan
Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Sejalan dengan Prabowoisme, Wamentan Dukung Tani Merdeka Indonesia

Kementan
Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Soal Framing Negatif Mentan Amran, PP KAMMI: Publik Harus Menilai sesuai Fakta dan Data

Kementan
Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Lawan Mafia Pangan, Ini Upaya Mentan Jaga Kesejahteraan Petani

Kementan
Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Komisi IV DPR RI Apresiasi Mentan Amran, Produksi Pangan Naik hingga Serapan Bulog Capai 4 Juta Ton

Kementan
Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Harga Beras Turun di 13 Provinsi, Mentan Amran Yakin Stabilitas Berlanjut

Kementan
Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Berkat Dukungan Kementan, Panen Padi Gadu di Lampung Timur Menguntungkan Petani

Kementan
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme KOMPAS.com
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme KOMPAS.com