KOMPAS.com - Kepala Biro Perencanaan dan Kerja Sama Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI ( Kemenko PMK) Yohan mendorong pembentukan forum diskusi para pemuda dan pelajar di Tanah Air.
Adapun salah satu wadahnya dengan seminar "Managing Religious and Cultural Diversity to Achieve Harmonious and Peaceful Society" yang juga bagian dari ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) 2018, di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yohan mengatakan, kegiatan itu dikemas dalam bentuk pengenalan keberagaman, baik hal agama maupun budaya melalui diskusi. Dengan begitu, diharapkan para pemuda saling memahami perspektif satu sama lain serta meningkatkan toleransi.
“Keberagaman budaya, agama, pariwisata, dan lain sebagainya dapat mempersatukan rasa keharmonisan, toleransi, juga sikap menghargai walau berbeda agama dan budaya,” ujar Yohan dalam pernyataannya, Kamis (1/11/2018).
Baca juga: Bergulir 4 Tahun, Program Revolusi Mental Terus Berproses
Selain memupuk toleransi, tujuan diadakannya program itu adalah memberi pemahaman kepada negara-negara ASEAN bahwa Indonesia adalah negara majemuk. Meski berbeda-beda, namun tetap satu.
Sebelumnya, pada 30 Oktober lalu, telah digelar kunjungan serta diskusi pemuka agama di berbagai tempat ibadah bersejarah di Yogyakarta, misalnya Candi Borobudur yang merupakan salah satu situs warisan dunia sekaligus monumen Budha ternama dunia.
Ada pula Candi Mendut, Vihara Buddha Mendhut, serta Candi Prambanan. Kunjungan dan diskusi dilanjutkan pada 31 Oktober ke Masjid Besar Kota Gede dan Gereja Ganjuran di Yogyakarta.