Permainan Rakyat dan Olahraga Tradisional Bangun Karakter Bangsa

Kompas.com - 30/10/2018, 23:23 WIB
Mikhael Gewati

Editor

KOMPAS.com - Permainan rakyat dan olahraga terdisional dapat memperkuat karakter bangsa. Hal ini terungkap dalam dialog kebudayaan bertema 'Kebijakan Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pemanfaatan Obyek Pemajuan Kebudayaan,' Selasa (30/10/2018).

"Permainan rakyat dan olahraga tradisional merupakan strategi budaya untuk menguatkan karakter bangsa," ungkap Prof. Dr. H. Hamka Naping, salah satu pembicara utama di dialog tersebut di Claro Hotel Makassar, Sulawesi Selatan, dalam keterangan tertulis yang Kompas.com terima. 

Sebagai informasi, dialog tersebut diselenggarakan oleh Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ( Kemenko PMK) bersama Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan (Pemprov Sulsel). Dialog ini dilaksanakan untuk mendorong percepatan pelaksanaan UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan.

Lebih lanjut, Hamka Naping mengatakan, Indonesia yang multikulturalisme secara perlahan-lahan mulai kehilangan jati dirinya. Ini terjadi karena pola asuh orang tua saat ini memandang permainan tradisional bukan sesuatu yang penting.

"Padahal melalui permainan tradisional banyak nilai-nilai dasar dalam kehidupan masyarakat dapat diambil," ujar Hamka.

Di samping pola asuh orang tua, lanjut Hamka, dukungan dari berbagai pihak terkait untuk melestarikan serta memanfaatkan obyek pemajuan kebudayaan juga menjadi nilai hal penting.

Sementara itu, Asisten Daerah 3 Bidang Administrasi dan Pemerintah Pemprov Sulsel, Ruslan Abu dalam sambutannya mewakili Gubernur Sulsel, menyampaikan bahwa kebudayaan merupakan aset terpenting bagi bangsa.

"Kebudayaan dapat kita dorong untuk menjadi prestasi, sesuatu yang membanggakan bagi bangsa kita," ujar Ruslan.

Dia lalu mencontohkan kesuksesan Indonesia pada cabang olahraga sepak takraw putera yang berhasil meraih medali emas pada Asian Games 2018.

Baca jugaPuan: Suksesnya Asian Games 2018 adalah Wujud Revolusi Mental

Adapun Asisten Deputi Nilai dan Kreativitas Budaya Kemenko PMK Alfredo Sani mengatakan, mengubah karakter bangsa merupakan sebuah proses yang membutuhkan dukungan dari berbagai pihak.

Alfredo yang juga sebagai moderator dalam acara tersebut berharap, melalui dialog ini sinergi pemerintah pusat dan daerah serta komunitas dapat terimplementasi untuk membentuk karakter (jati diri) bangsa. 

Lebih lanjut, dia menambahkan bahwa hampir semua permainan rakyat dan olahraga tradisional mengandung nilai-nilai revolusi mental. Oleh karena itu, harus terus dipupuk dan didorong dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Adapun sebagai hasil akhir, dialog ini menghasilkan beberapa kesimpulan. Di antaranya adalah pemda perlu menginventarisasi dan merevitalisasi obyek pemajuan kebudayaan lokal, pengkayaan sumber daya budaya.

Kemudian, promosi obyek pemajuan kebudayaan lokal di tingkat daerah desa, dan lintas sektor, serta pemerintah pusat dan daerah perlu melakukan pengkajian lebih dalam untuk memahami filosofi permainan rakyat dan olahraga tradisional untuk memperkuat karakter dan jati diri bangsa.

Perlu diketahui dialog ini juga melibatkan akademisi, budayawan, serta profesional di bidang permainan rakyat dan olahraga tradisional.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com