KOMPAS.com – Di era digital, berita bohong alias hoax marak terjadi. Pada konteks insiden bencana seperti yang belakangan melanda Indonesia, berita hoaks sering pula menyebar.
Berita buruk jadi dilebih-lebihkan oleh orang tak bertanggung jawab. Tanpa sadar, itu menjadi beban yang lebih berat bagi para korban dan dapat menyebabkan trauma.
Menurut Deputi Bidang Koordinasi Kebudayaan Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Nyoman Shuida, hoaks dapat menghamban penanganan korban pada lokasi bencana.
“Janganlah memanfaatkan bencana yang terjadi sebagai kesempatan untuk memecah-belah bangsa dengan menyebarkan hoaks. Ini berdampak negatif,” ujar Nyoman seperti dalam rilis yang diterima Kompas.com, Jumat (12/10/2018).
Jika ingin berkontribusi, kata dia, pakailah cara-cara yang baik. Minimal, dengan tidak ikut-ikutan menyebar berita bohong.
“Masyarakat dapat menjadi relawan. Jika tidak memungkinkan, kirim bantuan ke lokasi bencana. Itu sudah cukup membantu upaya penanganan pasca-bencana yang dilakukan oleh pemerintah,” tambah Nyoman.
Terakhir, ia menjelaskan bahwa hoaks hanya akan membuat masyarakat terpecah-belah. Padahal dalam kondisi seperti ini persatuan bangsa amat dibutuhkan.
“Masyarakat harus bersama-sama mengimplementasikan Gerakan Indonesia Bersatu sehingga persatuan dan kesatuan bangsa dapat terus dipelihara, terutama saat sedang menghadapi bencana” kata Nyoman.