Merasakan Keberagaman dalam Festival Payung Indonesia 2018

Kompas.com - 10/09/2018, 11:56 WIB
Sri Noviyanti

Penulis


KOMPAS.com –
Ribuan payung penuh warna dengan gambar lukisan di mukanya menghiasi kawasan Candi Borobudur selama tiga hari. Terhitung mulai 7-9 September 2018.

Inilah Festival Payung Indonesia 2018 yang menyemarakkan pesona Borobudur di akhir pekan. Pemandangan itu seakan membuat pengunjung betah berlama-lama di sana.

Bertemakan ‘Sepayung Indonesia, Lalitavistara’, Festival Payung Indonesia dipamerkan dengan ragam kreasi penuh makna, sebagaimana kisah dalam relief Borobudur yang menunjukkan payung sebagai simbol tahapan kehidupan manusia dan perekat keberagaman.

Anggota Gugus Tugas Nasional Gerakan Nasional Revolusi Mental Kementerian Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Republik Indonesia (Kemenko PMK) Profesor Paulus Wirutomo dan Taufik Rahzen turut hadir menyaksikan langsung festival yang diselenggarakan di Taman Lumbini kawasan Taman Wisata Candi Borobudur (TWCB), Magelang, Jawa Tengah itu.

Festival Payung Indonesia 2018 di Candi Borobudur.Dok Humas Kemenko PMK Festival Payung Indonesia 2018 di Candi Borobudur.
"Sangat impresif. Ternyata payung bisa dilukis dan dipamerkan dengan sangat indah. Ini simbol keteduhan keberagaman dalam payung keindonesiaan," ujar Paulus seperti dalam rilis yang diterima Kompas.com, Minggu (9/9/2018).

Ia juga menjelaskan betapa kagumnya ia. Dari tangan seniman dan perajin, payung berhasil disulap menjadi benda seni yang bernilai.

Sudah begitu, kata dia, ini sukses menjadi magnet yang memikat wisatawan.

"Festival ini merupakan hasil proses dari etos kerja dan gotong royong masyarakat, yang mana turut melibatkan seribu lebih seniman dan perajin. Mereka bisa membuktikan kemandiriannya dengan berkreasi di media yang universal," tambahnya.

Terkait pemaknaan Festival Payung Indonesia, Sosiolog dari Universitas Indonesia itu memandang payung dan keagungan Borobudur adalah medium yang tepat untuk mengajak masyarakat berpikir kembali mengenai multikulturisme dan semangat kemanusiaan.

Hal tersebut diamini oleh Direktur Program Festival Payung Indonesia Heru Mataya.

“Dengan melibatkan berbagai elemen dari hampir 30 daerah di Indonesia bahkan mancanegara, Festival Payung diharapkan membawa dampak positif, baik untuk menggairahkan kembali seni payung, menebar pesan keberagaman, bahkan juga sebagai pemberdayaan ekonomi para seniman,” tutur Heru. 

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Apresiasi Spesial
Kirimkan Apresiasi Spesial untuk mendukung Jurnalisme Jernih KOMPAS.com
Memuat pilihan harga...
Kolom ini tidak boleh kosong.
Dengan mengirimkan pesan apresiasi kamu menyetujui ketentuan pengguna KOMPAS.com. Pelajari lebih lanjut.
Apresiasi Spesial
Syarat dan ketentuan
  1. Definisi
    • Apresiasi Spesial adalah fitur dukungan dari pembaca kepada KOMPAS.com dalam bentuk kontribusi finansial melalui platform resmi kami.
    • Kontribusi ini bersifat sukarela dan tidak memberikan hak kepemilikan atau kendali atas konten maupun kebijakan redaksi.
  2. Penggunaan kontribusi
    • Seluruh kontribusi akan digunakan untuk mendukung keberlangsungan layanan, pengembangan konten, dan operasional redaksi.
    • KOMPAS.com tidak berkewajiban memberikan laporan penggunaan dana secara individual kepada setiap kontributor.
  3. Pesan & Komentar
    • Pembaca dapat menyertakan pesan singkat bersama kontribusi.
    • Pesan dalam kolom komentar akan melewati kurasi tim KOMPAS.com
    • Pesan yang bersifat ofensif, diskriminatif, mengandung ujaran kebencian, atau melanggar hukum dapat dihapus oleh KOMPAS.com tanpa pemberitahuan.
  4. Hak & Batasan
    • Apresiasi Spesial tidak dapat dianggap sebagai langganan, iklan, investasi, atau kontrak kerja sama komersial.
    • Kontribusi yang sudah dilakukan tidak dapat dikembalikan (non-refundable).
    • KOMPAS.com berhak menutup atau menonaktifkan fitur ini sewaktu-waktu tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  5. Privasi & Data
    • Data pribadi kontributor akan diperlakukan sesuai dengan kebijakan privasi KOMPAS.com.
    • Informasi pembayaran diproses oleh penyedia layanan pihak ketiga sesuai dengan standar keamanan yang berlaku.
  6. Pernyataan
    • Dengan menggunakan Apresiasi Spesial, pembaca dianggap telah membaca, memahami, dan menyetujui syarat & ketentuan ini.
  7. Batasan tanggung jawab
    • KOMPAS.com tidak bertanggung jawab atas kerugian langsung maupun tidak langsung yang timbul akibat penggunaan fitur ini.
    • Kontribusi tidak menciptakan hubungan kerja, kemitraan maupun kewajiban kontraktual lain antara Kontributor dan KOMPAS.com
Gagal mengirimkan Apresiasi Spesial
Transaksimu belum berhasil. Coba kembali beberapa saat lagi.
Kamu telah berhasil mengirimkan Apresiasi Spesial
Terima kasih telah menjadi bagian dari Jurnalisme Jernih KOMPAS.com