KOMPAS.com – Menteri Koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto memberikan kuliah umum di Rajaratnam School of International Studies (RSIS) dan National University of Singapore (NUS), Singapura, Senin (29/8/2022).
Dalam agenda kunjungan kerja (Kunker) ke Singapura itu, ia memberikan kuliah umum pertama kepada para peserta dari RSIS di Park Royal Collection Marina Bay.
Dihadapan 200 peserta dari berbagai kalangan, Airlangga mengungkapkan tentang pengalaman Pemerintah Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 pada awal 2020.
“Saat itu, tidak ada kebijakan yang dapat langsung diimplementasikan karena kami tidak pernah mengalami krisis kesehatan seperti pandemi Covid-19 sebelumnya,” ujarnya seperti yang dimuat dalam laman ekon.go.id, Selasa (30/8/2022).
Untuk menghadapi Covid-19, lanjut dia, pemerintah Indonesia dituntut menciptakan kebijakan baru yang tepat. Salah satunya merancang dan menerapkan kebijakan gas dan rem dengan tetap mempertahankan upaya pemulihan ekonomi.
Baca juga: HUT Ke-77 RI, Menkominfo Sebut Digitalisasi Kunci Pemulihan Ekonomi
Selain itu, kata Airlangga, pemerintah juga melakukan reformasi struktural yang merupakan pilar ketiga dalam kerangka strategi gas dan rem.
”Saya merupakan orang yang percaya bahwa periode krisis merupakan kesempatan yang tepat untuk melakukan reformasi struktural pada ekonomi domestik,” ucapnya.
Usai menjadi pembicara di RSIS, Airlangga memberikan kuliah umum kedua kepada para peserta dari NUS di Shaw Foundation Alumni House Auditorium.
Pada kesempatan tersebut, ia mengungkapkan perbedaan ketika memberikan kuliah umum di hadapan mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Singapura.
“Dalam kuliah umum di Indonesia, memaparkan strategi penanganan Covid-19 menjadi lebih mudah. Sebab, mahasiswa mengalami kebijakan itu dalam kehidupan sehari-hari, sehingga bisa relate,” jelas Airlangga.
Baca juga: Gubernur Syamsuar Ungkap Dampak Positif Kebijakan Gas dan Rem Penanganan Covid-19 di Riau
Sementara di hadapan mahasiswa asing, ia mengaku punya misi khusus dalam memberikan kuliah umum, yaitu menjelaskan mengenai kehebatan bangsa Indonesia.
Lebih lanjut Airlangga mengatakan, Indonesia sempat mengalami tantangan luar biasa dalam pendistribusian vaksin dan juga obat-obatan. Pasalnya, negara ini memiliki sekitar 17.000 pulau.
“Sehingga benar-benar membutuhkan kerja sama yang luar biasa dari seluruh masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Usai sesi kuliah umum, kegiatan itu dilanjutkan dengan sesi tanya jawab oleh peserta yang hadir seluruhnya secara luring di auditorium.
Dalam sesi tanya jawab tersebut, nampak para peserta di ruangan berkapasitas 500 orang itu terlihat penuh antusias mengikuti kuliah umum hingga pukul 21.00 waktu setempat.
Baca juga: Jokowi Buka Sesi Tanya Jawab di Media Sosial
Dari beberapa pertanyaan yang diajukan para peserta, salah satu pertanyaan mengundang cukup banyak perhatian dari audiens.
Adapun pertanyaan itu terkait kemungkinan kenaikan harga makanan kemasan mi instan produksi Indonesia akibat perang Ukraina dan Rusia.
Menjawab hal tersebut, Airlangga mengungkapkan bahwa harga mi instan tercatat masih relatif stabil.
“Meski perang Ukraina dan Rusia yang telah berlangsung selama beberapa bulan terakhir turut mempengaruhi harga komoditas dan juga gandum, untuk harga mie instan tercatat masih relatif stabil,” tuturnya.
Sebagai informasi, dalam kuliah umum itu juga dihadiri langsung oleh President NUS Society Edward Stanley Tay Wey Kok dan Direktur NUS Bernard Toh.