KOMPAS.com – Indah Murdiono (50) tak pernah menyangka bila keputusannya untuk ikut rehabilitasi di Pusat Rehabilitas ( Pusrehab) Kementerian Pertahanan ( Kemhan) telah mengembalikan kepercayaan hidupnya kembali.
Padahal, pria yang saat itu berpangkat Kopral Dua (Kopda) mengaku sempat segan mengikuti rehabilitasi di Pusrehab Kemhan, usai mengalami kecelakaan 17 tahun silam.
Semua itu bermula pada 18 April 2004. Indah yang saat itu bertugas di Detasemen Zeni Tempur 2 (Denzipur 2) Padang Mengatas, Payakumbuh, Sumatera Barat (Sumber) mengalami kecelakaan berat yang bahkan membuatnya sempat divonis meninggal.
Kejadian bermula ketika Indah tengah bertugas memasang tiang untuk membuat gerbang keluar-masuk atau portal di satuannya.
“Nah, jadi, tiang-tiangnya ini dari besi semua. Jadi pas dibikin itu, di atasnya pas ada tekanan tinggi 21.000 volt. Saat memasang gelagar lintangnya itu, di atasnya ada tegangan tinggi. Kepala ini rasanya seperti dihisap listrik,” ungkap Indah.
Baca juga: Kisah Mantan Paspampres yang Diamputasi, Bangkit Kembali berkat Tenis dan Pusrehab Kemhan
Ia mengaku, pada saat kejadian, terdapat setidaknya 12 orang rekan yang turut mengerjakan gerbang satuan. Namun, dirinyalah yang bertugas untuk naik memasang tiang.
Indah bercerita, saat dirinya tersetrum listrik bertegangan tinggi, orang-orang yang berada di bawah melihat punggungnya meletup-letup, sebelum akhirnya energinya habis dan jatuh.
“Tapi alhamdulillah, kalau orang Jawa bilang itu masih untung. Untungnya itu, pas mau jatuh, dihadang (disambut) sama sekop loader mbak,” katanya kepada Kompas.com saat diwawancarai melalui telepon pada Jumat (23/4/2021).
Jika tak ada sekop loader yang menopang tubuhnya, lanjut Indah, mungkin ia akan langsung jatuh di aspal jalan dari ketinggian tujuh meter.
Setelah kejadian tersebut, Indah pun langsung dilarikan ke Rumah Sakit Islam (RSI) Ibnu Sina Payakumbuh.
Baca juga: Perkuat Pertahanan Nasional, Kemhan Ciptakan Kendaraan Khusus Pusat Komando MCCV
Namun, karena RSI Ibnu Sina Payakumbuh sudah angkat tangan, ia dirujuk ke RSI Ibnu Sina Bukittinggi. Di sana, Indah tak sadarkan diri selama sembilan hari.
“Habis itu (dari RSI Ibnu Sina Bukittinggi), dibawalah ke Rumah Sakit Tentara (RST) dr. Reksodiwiryo Padang. Jadi, di RST itulah baru diamputasi kaki kiri saya itu setinggi sepatu PDL itu. Soalnya (kondisi kaki setinggi) kaos kaki itu kan meleleh semua dua-duanya,” tutur Indah, melanjutkan ceritanya.
Usai kaki kirinya diamputasi, ternyata kondisi Indah belum membaik. Ia masih mengalami panas-dingin. Dokter kemudian memutuskan untuk kembali mengamputasi kaki kirinya hingga selutut.
Meski kaki kirinya sudah diamputasi hingga selutut, tapi panas dingin yang diderita Indah tak kunjung reda. Dokter kemudian menyarankan untuk mengamputasi kaki kanan Indah.
Mengetahui kaki kanan Indah akan diamputasi, Brigadir Jenderal (Brigjen) Tentara Nasional Indonesia ( TNI) Haryono yang kala itu berpangkat Mayor Zeni (CZI), memutuskan untuk membawanya ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto Jakarta.
Baca juga: Dukung Aktivitas Pertahanan Negara, Pertamina Penuhi Kebutuhan Energi Kemhan
Di sana, Haryono berharap masih ada kesempatan untuk tidak mengamputasi kaki kanan Indah.
“Nah, di situ, sama kebijaksanaan komandan, udah lah kalau menang kita berangkat saja ke Jakarta, Gatot Subroto. Kalau memang sudah sampai di Jakarta, kalau memang diamputasi mungkin ya takdir kita sudah sampai di situ, kita lah berusaha,” ungkap Indah.
Setelah tiba di RSPAD Gatot Soebroto, Indah langsung masuk ke unit gawat darurat (UGD) dan diperiksa oleh dokter piket. Hasilnya, dokter memutuskan untuk tidak mengamputasi kaki kanan Indah.
“Loh, kenapa kok diamputasi pak? Ada penyakit gula? Loh kenapa diamputasi kalau pun tidak ada penyakit gula?,” kata Indah, mengingat pertanyaan dokter piket kepadanya kala itu.
Indah mengaku menghabiskan waktu selama sembilan bulan di rawat di RSPAD. Berbagai pengobatan dan operasi pun dilakukan pihak medis untuk memulihkan kondisi kakinya.
Baca juga: TNI AL Masih Godok Rencana Mengangkat KRI Nanggala-402 dari Bawah Laut
“Ya berobat, operasi juga, operasi plastik, yang di punggung ini kan meletus-letus itu mbak, terus kepala ini, benturannya ini kan sampai dikerok sampai habis,” ungkap Indah.
Selama menjalani perawatan di RSPAD, Indah mengatakan bahwa anak pertamanya yang saat itu masih duduk di kelas satu SD dan anak keduanya yang berusia tiga tahun, menjadi obat dan motivasi terbesarnya.
Namun, cobaan masih terus menghampiri Indah. Sekitar tiga bulan usai menjalani perawatan di Jakarta, ia mengalami kebutaan selama sekitar satu bulan lamanya.
Ia pun akhirnya menjalani operasi lensa mata, sehingga bisa melihat lagi seperti sedia kala. Sampai sekarang kondisi kedua matanya masih normal.
Meskipun biaya perawatan medis ditanggung oleh pemerintah, Indah mengaku masih mengeluarkan uang sendiri untuk perawatan tambahan yang menunjang kesembuhannya kala itu.
Baca juga: Prabowo Akan Beri Beasiswa Putra-putri Prajurit KRI Nanggala-402 hingga Universitas
“Kalau mengandalkan obat rumah sakit kan mungkin separo. Kami kan kebanyakan dulu kan obat-obat luarnya mbak,” tuturnya.
Saat ditanya bagaimana kegiatannya usai menjalani perawatan medis pasca-kecelakaan, Indah mengaku masih tetap berdinas.
Hal itu dilakukan agar ia tak merasa suntuk dan jenuh di rumah selama menjalani terapi mandiri.
“Jadi ada kebijaksanaan dari komandan waktu itu kan sambil istilahnya terapi sendiri, dititipkan di koperasi. Koperasi satuan itu. Di sana bertemu kawan-kawan dan bisa saling bertukar pikiran,” katanya.
Pengalaman ikut Pusrehab Kemhan
Pada 2005, usai menjalani rangkaian perawatan medis di Jakarta, Indah mengaku sudah didaftarkan untuk mengikuti Pusrehab Kemhan.
Namun, ia menolak mengikutinya karena takut dipensiunkan dini usai mengikuti rehabilitasi di sana.
“Makanya saya nggak berangkat-berangkat,” ujarnya.
Baca juga: KRI Nanggala-402 Tenggelam, Pengamat Militer Dukung Prabowo Dobrak Kesulitan Pengadaan Alutsista
Enam tahun berlalu, saat itu Komandannya Mayor CZI Prio Sambodo, mengharuskan Indah berangkat ke Jakarta mengikuti program rehabilitasi tersebut. Hal ini sesuai dengan perintah dan kebijakan dari pusat.
Untuk mewujudkan itu, Prio Sambodo bahkan membiayai perjalanan Indah ke Jakarta.
Karena khawatir tidak dapat beraktivitas sendiri, maka istri Indah pun ikut berangkat ke Jakarta.
“(Istri) sudah ke Jakarta, mengantar. Jadi di sana disurvei mana tempat tidurnya, kamar mandinya, oh, alhamdulillah nggak papa, akhire ditinggal,” ungkapnya.
Meski sempat khawatir dan ragu, Indah bersyukur karena teman-teman di pusat rehabilitasi sangat membantunya dalam beraktivitas dan perawatan.
Adapun untuk para mentor, Indah mengaku bahwa mereka sangat baik dan pengertian dengan kondisi siswa-siswanya. Hal ini membuatnya terkesan.
Baca juga: Saudara Menhan Prabowo Subianto Ternyata Turut Gugur dalam KRI Nanggala-402
Dukungan dari teman-teman yang sudah seperti keluarga sendiri itu, menjadi pengalaman tak terlupakan bagi Indah selama lebih dari empat bulan menjalani rehabilitasi di Jakarta.
Selain kekompakan dari rekan-rekan yang sudah seperti keluarga sendiri, Indah mengaku mendapatkan pengalaman, ilmu, pengobatan, sampai kesejahteraan usai mengikuti rehabilitasi.
Bahkan, kata dia, apa yang dibayangkannya sebelum berangkat ke Jakarta untuk mengikuti kegiatan rehabilitasi, berbanding terbalik dengan apa yang dijalaninya.
“Oh, kalau tahu kayak gini, tahun 2005 mungkin saya sudah berangkat ini,” kata bapak dua anak tersebut.
Isu pensiun dini setelah rehabilitasi
Indah juga mengungkapkan alasan mengapa ia sempat segan untuk mengikuti program rehabilitasi dari Kemhan.
Baca juga: Menhan-BPJS Kesehatan Sepakat Perpanjang Program Jaminan Kesehatan
“Kami ini kan sebagian takut. Takutnya kalau mau kursus, atau mau dibikin surat keputusan (skep) cacat, status kesehatan (stakes) dipensiunkan. Jadi ancaman-ancaman itu di daerah ini masih berlaku,” ungkapnya.
Indah berharap, program rehabilitasi dapat disosialisasikan secara merata kepada anggota Tentara Nasional Indonesia (TNI) di seluruh pelosok daerah.
Karena menurut Indah, sampai sekarang sosialisasi belum merata. Hal ini dibuktikan dengan masih banyaknya isu tidak benar yang tersebar tentang Pusrehab Kemhan.
Indah mengaku keberangkatannya untuk mengikuti program rehabilitasi di Jakarta sepuluh tahun silam, tak lepas dari kunjungan Kemhan ke daerah Payakumbuh.
“Saya dulu terdaftar (rehabilitasi) itu kan gara-gara ada kunjungan itu mbak. Kalau enggak ada kunjungan, mungkin nggak terdaftar juga,” tuturnya.
Baca juga: Gugurnya Kabinda Papua dan Instruksi Jokowi soal Pengejaran KKB...
Anggota TNI yang kini duduk di kursi roda itu mengaku prihatin saat melihat kawan-kawan yang mengalami kemalangan yang sama dengan dirinya.
Harusnya, kata Indah, jika kondisi tidak memungkinkan, pihak komandan atau staf dapat menyalurkan informasi tentang rehabilitasi.
Ia berharap, dengan memperluas sosialisasi dan mengagendakan kunjungan, Kemhan dapat menjamah para anggota TNI yang masih ragu atau takut untuk mengikuti program rehabilitasi.
Kegiatan pascarehabilitasi
Setelah menjalani rehabilitasi dengan pilihan ilmu pertanian terpadu, Indah pun mulai menanam tanaman dan beternak di kediamannya di Padang Mengatas, Payakumbuh.
Usai rehabilitasi, ia mengaku mendapat modal Rp 7,5 juta dari ASABRI. Uang tersebut digunakannya untuk membeli seekor sapi betina di awal 2012.
Saat ini, Indah sudah memiliki tiga ekor sapi yang ketiganya tengah mengandung. Selain sapi, Indah juga beternak bebek petelur bersama sang istri.
Baca juga: Pakai Narkoba sejak Lulus SMA, Jeff Smith Pernah Jalani Rehabilitasi pada Desember 2020
“Kalau bebek bertelur ini ada kurang lebih 100 ekor, yang bertelur cuma 70. Jadi ada yang diambil bibitnya juga telurnya. Jadi untuk ditetaskan sendiri juga,” ujarnya.
Ternak bebek yang baru dijalankan mulai tahun lalu itu menghasilkan sekitar 30 butir telur dalam sehari.
Pada awal memulai usaha ternak, Indah menanam terong dan kacang tanah. Namun, seiring berjalannya waktu, saat ternak sapinya menjadi lebih banyak, ia beralih menanam rumput gajah dan pisang.
Dari usaha ternak tersebut, Indah dan istri berhasil mendukung secara finansial putra bungsunya untuk akhirnya menjadi tentara.
Meski gagal di Angkatan Darat (AD), putranya berhasil masuk Angkatan Laut (AL). Saat ini putra Indah sudah bertugas di Jakarta.
Baca juga: Prabowo Ungkap dalam Waktu Dekat Alutsista 3 Matra TNI Dimodernisasi
“Itu sampai habis sapi berapa itu, tiga ekor. Maksudnya habisnya itu kan untuk biaya makan, transportasinya itu mbak. Untuk kebutuhan tiap hari. Jadi habis untuk biaya itu. Tapi alhamdulillah sekarang sudah dinas di Jakarta,” katanya.
Saat ini, Indah pun masih berdinas di Komando Distrik Militer (Kodim) 0306 Tanjung Pati, Kabupaten Lima Puluh Kota, Sumateran Barat.
Tentang Pusrehab Kemenhan
Program kerja Pusrehab Kemhan adalah menyelenggarakan Rehabilitasi Terpadu Return to Duty (RTD) bagi penyandang disabilitas personel TNI dan PNS Kemhan, serta menyelenggarakan Rehabilitasi Medik Paripurna Return to Combat bagi penyandang disabilitas personel TNI.
Hal tersebut sesuai Keputusan Menteri Pertahanan Nomor Kep/1365/M/IX/2019 tanggal 11 September 2019.
Rehabilitasi Terpadu RTD adalah rehabilitasi vokasional yang dipadukan dengan rehabilitasi medik, rehabilitasi sosial dengan sarana rumah sakit, serta dukungan administrasi.
Tujuan Rehabilitasi Terpadu RTD adalah mewujudkan penyandang disabilitas personel TNI dan PNS Kemhan yang profesional, mandiri, dan entrepreneurship.
Salah satu kegiatannya adalah rehabilitasi vokasional, yaitu memberikan berbagai keterampilan, ilmu pengetahuan dan teknologi menuju ke arah pengembalian kemampuan untuk bekerja secara optimal sesuai kemampuan fisik penyandang disabilitas.
Terdapat 15 jurusan keterampilan yang tersedia, antara lain auto mekanik mobil, auto mekanik motor, teknik pendingin, teknik komputer, dan operator komputer.
Lalu teknik elektronika, teknik pengelasan, tata busana, desain grafis, fotografi, musik, pertukangan kayu, pertanian terpadu, tata boga, serta massage.
Sementara itu, Rehabilitasi Medik Paripurna Return to Combat (RTC) adalah Kegiatan untuk mengembalikan semangat dan kemampuan fisik penyandang disabilitas personel TNI untuk kembali bertempur dengan cara psikoterapi intensif dan rehabilitasi medik komprehensif paripurna.
Rehabilitasi ini dilaksanakan di Pusrehab Kemhan di Rumah Sakit dr. Suyoto Pusrehab Kemhan selama 4,5 bulan dengan menggunakan alat-alat kesehatan canggih, seperti balance exercise imove, robotic gait trainer dan lain sebagainya.