KOMPAS.com – Menteri Pertahanan (Menhan) RI Ryamizard Ryacudu membuka latihan milter Asean Defence Ministers Meeting (ADMM), di Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia (IPSC) Sentul, Bogor, Senin (16/9/2019).
Dalam ADMM Plus Expert Working Group on Peacekeeping Operations (EWG on PKO)" dan "ADMM Plus EWG on Humanitarian Mine Action (HMA) Field Training Exercise", Menhan mengharapkan peningkatan partisipasi personel perempuan dalam latihan militer bersama.
“Kehadiran personel perempuan dalam area misi sangat diperlukan karena mampu melaksanakan pendekatan-pendekatan persuasif kepada berbagai pihak maupun korban konflik,” kata Menhan.
Seperti diketahui, keterlibatan pasukan perempuan dalam misi Pemeliharaan Perdamaian mempunyai peran yang sangat penting dan strategis.
Baca juga: Kunjungi Divisi Infanteri 2 Kostrad, Menhan Ingatkan Hal Ini
Pasalnya, kata Menhan, kehadiran mereka dapat membantu mengurangi konflik dan konfrontasi, memperbaiki akses, dukungan dan memberikan role model bagi komunitas perempuan di daerah konflik.
Mereka juga bisa menciptakan rasa aman bagi populasi lokal terutama perempuan dan anak-anak korban konflik.
“Kehadiran personel perempuan dalam area misi, mampu pula menginspirasi komunitas perempuan untuk memperjuangkan hak-haknya,” kata Menhan.
Dengan demikian, tambah Menhan, perempuan dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan perdamaian, karena memegang peranan yang sangat vital bagi keberhasilan dan kelangsungan perdamaian.
"Ke depan, saya mengharapkan peningkatan partisipasi personel perempuan dalam latihan-latihan seperti ini. Hal tersebut juga sebagai perwujudan upaya kita dalam mendukung program Action for Peacekeeping (A4P) PBB, di mana salah satu komitmen prioritasnya adalah Women, Peace and Security," tutur dia.
Di kesempatan itu Menhan menyambut baik latihan militer bersama bertajuk ADMM Plus EWG on PKO dan ADMM Plus EWG on HMA Field Training Exercise.
Menurutnya, latihan militer bersama yang melibatkan 18 negara, di Pusat Perdamaian dan Keamanan Indonesia (IPSC) Sentul, Bogor, sebagai salah satu upaya mencegah terjadinya perang dan mengatasi kemungkinan bencana akibat perang saat ini.
Dalam keterangan tertulisnya, Selasa (17/9/2019) dijelaskan, tujuan dari latihan itu adalah untuk meningkatkan kolaborasi antara negara-negara peserta ADMM Plus sebagai persiapan operasi pemeliharaan perdamaian.
Tak hanya itu, latihan tersebut dibutuhkan untuk mengembangkan kemampuan sebagai pengamat militer dan pasukan penjaga perdamaian. Dengan latihan ini maka negara-negara ADMM Plus sudah siap untuk kontribusi dalam operasi perdamaian kontemporer.
Baca juga: Menhan Minta Waspadai Radikalisme di Lingkungan Pendidikan
Menurut Menhan, latihan ini juga memiliki nilai sangat strategis guna mencari kesamaan pandangan dalam menghadapi persoalan dan tantangan bersama yang dapat mengganggu stabilitas serta keamanan di kawasan.
Lebih lanjut, Purnawirawan Jenderal bintang empat ini mengatakan, latihan militer bersama tersebut merupakan puncak yang melibatkan pasukan perdamaian (peacekeeping) dan pasukan pembersih ranjau dari 18 negara.
" Latihan militer bersama ini juga merupakan latihan besar yang pernah dilaksanakan seluruh angkatan bersenjata negara-negara di Asean dan 8 negara mitrawicara. Jumlah personel yang terlibat lebih dari 500 orang, baik dari peserta, pelatih maupun pendukung penyelenggaraan latihan," tutur Ryamizard.
Menhan menjelaskan, latihan bersama itu pun akan melibatkan dua bidang keahlian dan keterampilan yang saling berkaitan, yakni Peacekeeping Operation dan Humanitarian Mine Action. Dua keahlian ini butuh diterapkan untuk menciptakan perdamaian dunia.
“Kerja sama pertahanan yang kita bangun di kawasan Asia Tenggara dalam rangka meningkatkan pengetahuan, kemampuan dan keterampilan aparat pertahanannya,” ujarnya.
Negara-negara yang mengikuti latihan militer bersama itu, antara lain, Singapura, Malaysia, Thailand, Kamboja, Indonesia, Filipina, Australia, Laos, dan Rusia.