BOGOR, KOMPAS.com - Diversifikasi pangan menjadi salah satu tema penting dalam pembangunan ketahanan pangan di Indonesia. Upaya peningkatan diversifikasi pangan ditujukan untuk meningkatkan ketersediaan dan konsumsi pangan yang beragam, bergizi seimbang dan aman dalam mendukung terwujudnya sumber daya manusia yang sehat, aktif dan produktif.
Hal ini diungkapkan Kepala Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian Agung Hendriadi, saat memberikan arahan kepada peserta Pertemuan Pengembangan Pangan Lokal, pada Selasa (20/3/2018) malam di Bogor.
“Indonesia sangat kaya akan ragam bahan pangan lokal, ini harus disajikan menarik sehingga memiliki daya tarik untuk meningkatkan nilai tambah” tegas Agung.
Menurutnya diversifikasi pangan tidak hanya sekadar kampanye. Akan tetapi, gerakan ini harus diwujudkan untuk meningkatkan konsumsi pangan yang beragam, bergizi dan seimbang dengan menciptakan ketertarikan masyarakat untuk mengonsumsinya.
“Untuk menimbulkan ketertarikan, strategi pertama yang perlu dilakukan adalah kita perbaiki olahannya, dan bagaimana mengolah bahan baku pangan lokal yang kita miliki agar mempunyai daya saing baik dari segi tampilannya yang menarik, rasa yang digemari dan harga yang bersaing” kata Agung.
P3L
Kegiatan Pengembangan Pangan Pokok Lokal (P3L) yang mulai digarap pada 2018 ini menurut Agung akan dilaksanakan di 15 kabupaten pada 13 provinsi. “Daerah ini menjadi prioritas utama karena telah memiliki bahan baku lokal yang sekarang sudah mempunyai olahan yang sederhana” lanjutnya.
Agung menegaskan bahwa fokus kegiatan akan dimulai dari hilir terlebih dahulu, setelah produk olahan pangan lokal memiliki daya saing sehingga orang memiliki keinginan untuk mengonsumsi, kemudian baru akan dilakukan peningkatan produksinya seperti ganyong, gembili. dan lainnya.
Menurutnya hal ini dapat berkontribusi dalam mendukung kebijakan nasional untuk penanganan stunting serta pengentasan kemiskinan. “Output yang kita harapkan adalah berkembangnya industri pengolahan berbasis bahan baku lokal sebagai trigger dalam pengembangan diversifikasi pangan,” ujar Agung.
Sementara itu, Kepala Pusat Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan Pangan Tri Agustin Satriani mengatakan bahwa, ke depan pengembangan pangan lokal tidak hanya fokus pada pangan sumber karbohidrat, tetapi juga dapat dikembangkan pangan lokal selain karbohidrat.
Sedangkan sasaran pelaksanaan P3L lanjut Tri, akan difokuskan pada kelompok yang memiliki usaha atau bergerak dibidang pangan dan sudah eksis sebelumnya.
Adapun 15 kabupaten yang menjadi lokasi sasaran adalah pengembangan sagu di Bengkalis, Polewali Mandar, Maluku Tengah dan Mimika. Lantas, pengembangan ubi kayu di Musi Rawas, Lombok Tengah, Nunukan, Kolaka, Buton Selatan dan Bone Bolango.
Selanjutnya, pengembangan Jagung di Buleleng, sorgum di Flores Timur, ubi banggai juga jagung di Banggai dan Tojo Una Una, serta talas beneng di Pandeglang.