KOMPAS.com - Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo) Johnny Gerard Plate mengatakan bahwa perkembangan teknologi digital saat ini tidak lepas dari peran para perintis kebijakan sektor telekomunikasi terdahulu.
Salah satu perintis yang berjasa dalam sektor telekomunikasi adalah Franciscus Xaverius Seda atau dikenal Frans Seda yang pernah menjabat sebagai Menteri Perhubungan (Menhub) periode 1968-1973.
“Saat itu salah satu portofolio Kementerian Perhubungan (Kemenhub) adalah telekomunikasi,” tutur Johnny seperti dikutip dalam Kominfo.go.id, Jumat (2/12/2022).
Landasan kebijakan telekomunikasi saat ini, lanjut dia, merupakan lanjutan dari rintisan kebijakan yang dibuat oleh Frans Seda.
Adapun rintisan tersebut berupa konektivitas fisik dengan membangun bandara dan pelabuhan di seluruh Indonesia bermodalkan tanah yang sangat terbatas. Kebijakan yang dilakukan Frans Seda sekaligus untuk membuka telekomunikasi.
Pernyataan tersebut Johnny sampaikan dalam Seminar Nasional Jejak Frans Seda–Perjuangan dan Pengabdian untuk Tuhan dan Tanah Air, di Kampus Atmajaya, Jakarta Pusat, Kamis (1/12/2022).
Baca juga: Bagaimana Peran Industri Telekomunikasi Mendukung Potensi Startup di Indonesia?
Pada era Menhub Frans Seda, menurut Johnny, komunikasi dan telekomunikasi digunakan untuk menghubungkan antarpulau, antaretnik dengan dialek yang berbeda-beda.
“Kalau bahasa persatuan nasional kita itu perlu dikomunikasikan ke seluruh penjuru Tanah Air. Sekarang, telekomunikasi yang dibangun dulu harus ditindaklanjuti melalui transformasi digital yang harus dilakukan secara akseleratif,” jelas Johnny.
Tak lupa, ia juga mengenang peran Frans Seda sebagai tokoh nasional pada tiga zaman yakni menteri era Orde Lama, menteri era Orde Baru, hingga penasehat presiden di era Reformasi.
Menurut Johnny, terdapat banyak hal yang telah dilakukan Frans Seda untuk kejayaan Indonesia. Bahkan, tokoh ini dikenal sebagai tokoh yang menjadi titik simpul antara perjuangan kebangsaan nasionalisme dan keimanan atau religius.
“Oleh karenanya, tokoh-tokoh seperti Pak Frans Seda harus menjadi tokoh panutan. Khususnya pada era sekarang, ketika demokrasi sudah berkembang luar biasa, media komunikasi yang sudah digital dan sebarannya luas untuk Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI),” jelasnya.
Baca juga: AMN Pertama Diresmikan Presiden Jokowi, Kepala BIN: Model Rumah Kebinekaan NKRI
Johnny mengungkapkan bahwa Frans Seda pernah menjabat Menteri Keuangan (Menkeu) periode 1966-1968.
Menurutnya, Frans Seda tidak hanya dikenal sebagai tokoh politik, tetapi juga tokoh pergerakan untuk mempertahankan kemerdekaan.
“Ini karena (Frans Seda) pernah terlibat dalam perang fisik untuk menjaga kemerdekaan dari usaha memecah-belah melawan Belanda. Beliau juga seorang tokoh pendidik yang membentuk lembaga pendidikan,” ucap Johnny.
Pada kesempatan tersebut, Johnny menilai kiprah Frans Seda sebagai tokoh media yang merintis kelahiran Kompas.
Selain itu, sebut dia, Frans Seda juga merupakan ekonom yang telah menyelamatkan Indonesia dari ancaman badai besar pasca=Orde Lama.
Baca juga: Penyimpangan terhadap Pancasila pada Masa Orde Lama
Dengan berbagai kiprah dan kontribusinya, Johnny mendukung penuh pengusulan Frans Seda sebagai pahlawan nasional.
“Saya rasa relevan sekali Pak Frans Seda diusulkan sebagai pahlawan nasional, dengan karya-karya tadi sebagai para perintis yang mengisi kemerdekaan kita,” ujarnya.
Johnny juga mendorong Panitia Pengusul Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional Fransiskus Xaverius Seda untuk menyiapkan berbagai kebutuhan dalam persyaratan sebagai pahlawan nasional.
“Saya tentu mendorong agar kepanitiaan itu bekerja dengan cepat dan melengkapi seluruh dokumennya, sehingga bisa segera diusulkan pada Kementerian Sosial (Kemensos) dan kepada Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi),” imbuhnya.
Dari banyaknya daftar pahlawan, Johnny berharap, Frans Seda dapat menjadi salah satu di antara nama besar yang diusulkan sebagai pahlawan nasional.
Baca juga: 10 Pahlawan Nasional yang Juga Berprofesi sebagai Guru, Siapa Saja?
Adapun kegiatan seminar nasional itu dihadiri oleh beberapa orang penting, di antaranya Direktur Jenderal (Dirjen) Pemberdayaan Sosial Kemensos Edi Suharto dan Ketua Sekolah Tinggi Filsafat Teologi (STFT) Widya Sasana Malang Eko Armada Riyanto.
Hadir pula Rektor Universitas Katolik Soegijapranata (Unika) Atmajaya Jakarta A Prasetyantoko, Rektor Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII) Komaruddin Hidayat, serta penulis sekaligus peneliti Yoseph Stanley Adi Presetyo.