KOMPAS.com – Anggota Tim Komunikasi, Informasi, dan Edukasi (KIE) Stunting Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Yani mengimbau kepada generasi muda sebagai calon orangtua agar mulai memperhatikan gaya hidup sehat sejak dini.
Menurutnya, gaya hidup tidak sehat akan memengaruhi kondisi kehamilan sehingga berpotensi melahirkan bayi dengan gangguan tumbuh kembang atau stunting.
“Stunting tidak hanya dipicu oleh pemenuhan nutrisi saat bayi dalam kandungan, melainkan juga karena kondisi kesehatan kedua orangtua,” ujar Yani, dalam keterangan tertulis yang diterima Kompas.com, Senin (12/7/2021).
Untuk itu, kata dia, edukasi mengenai stunting diperlukan para remaja sedari dini. Salah satunya dengan cara pemenuhan segala aspek penunjang kesehatan sebelum berkeluarga.
Baca juga: Lahirkan Generasi Masa Depan Bebas Stunting, Kemenkominfo Gelar Forum Kepoin GenBest
Pernyataan tersebut ia sampaikan saat menjadi narasumber dalam forum “Kepoin Generasi Bersih dan Sehat (GenBest)” di Kabupaten Bondowoso, Jawa Timur (Jatim) secara virtual, Jumat (9/7/2021).
Dalam kesempatan itu, Yani turut mengimbau agar generasi muda menghindari pernikahan dini. Untuk usia ideal dalam pernikahan bagi wanita minimal 21 tahun dan laki-laki 25 tahun.
“Pada usia tersebut pasangan akan lebih matang secara organ fisik reproduksi, emosional, psikologis, dan ekonomi,” ucap Yani.
Pada kesempatan yang sama, salah satu narasumber ahli, Anton Tanjung berpesan agar para remaja harus mulai memperhatikan kebutuhan asupan nutrisi.
Sebagai penerus bangsa, sebut dia, memenuhi asupan nutrisi dinilai penting karena pada usia remaja perkembangan terjadi lebih optimal.
“Di usia remaja merupakan masa dimana perkembangan fisik dan tubuh cenderung berubah dengan sangat cepat. Secara tidak langsung hal tersebut menuntut remaja untuk mencukupi asupan nutrisi dengan baik,” ujar Anton.
Selain pemenuhan gizi, ia meminta agar edukasi pencegahan stunting dapat dipahami dengan baik oleh remaja sebagai generasi muda. Utamanya, pemahaman mengenai pemenuhan nutrisi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan.
Baca juga: Menko PMK: Peran Keluarga Kunci Penurunan Stunting
Anton menambahkan, pemenuhan nutrisi sedari remaja sama pentingnya pada saat masa mengandung.
“1000 hak pasien dan keluarga (HPK) memegang peranan penting dalam pencegahan stunting. Sebab, di fase tersebut 70-80 persen pertumbuhan otak seseorang sedang berlangsung,” imbuhnya.
Untuk itu, kata Anton, pemenuhan nutrisi harus disiapkan dengan baik oleh para calon orangtua sedari awal.
Untuk diketahui, saat ini Indonesia masih dihadapkan dengan berbagai tantangan mengenai permasalahan gizi. Salah satunya adalah stunting yang memengaruhi kualitas hidup generasi muda di masa mendatang.
Padahal, masa depan bangsa dipertaruhkan di pundak generasi muda untuk membawa Indonesia menjadi bangsa yang besar dan maju.
Oleh karenanya, pemerintah saat ini berupaya untuk mewujudkan tercapainya cita-cita besar Indonesia yang maju dengan menjaga kualitas generasi muda bebas stunting.
“Untuk itu, kami mengadakan kampanye nasional sebagai langkah menurunkan prevalensi stunting,” ujar Direktur Informasi dan Komunikasi Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) Wiryanta, Jumat (9/7/2021) secara virtual.
Baca juga: Apa Itu Stunting dan Dampaknya pada Tumbuh Kembang Anak?
Adapun tujuan kampanye itu, sebut dia, untuk membangun kesadaran dalam pencegahan stunting, khususnya bagi generasi muda,
Wiryanta menjelaskan, berdasarkan hasil Survei Status Gizi Balita Indonesia, angka prevalensi stunting pada 2019 sebesar 27,67 persen.
Wiryanta menilai, angka tersebut masih tinggi dibandingkan dengan ambang batas yang ditetapkan World Health Organization (WHO), yakni 20 persen.
Ia menyatakan, Presiden Republik Indonesia (RI) Joko Widodo (Jokowi) telah menetapkan target prevalensi stunting di Indonesia turun menjadi 14 persen pada 2024.
Baca juga: Percepat Penurunan Stunting, Wapres Minta BKKBN Koordinasi dengan Kementerian/Lembaga
“Tujuan penurunan stunting ini adalah untuk menyongsong bonus demografi yang diperkirakan terjadi pada 2030 mendatang. Maka dari itu, dibutuhkan sumber daya manusia (SDM) yang unggul, berkompetensi, dapat bersaing secara global, serta berkepribadian Indonesia,” ujar Wiryanta.
Untuk mewujudkan “Indonesia Emas,” imbuh dia, Kemenkominfo menyelenggarakan “Kepoin Genbest” di berbagai daerah prioritas stunting.
Salah satunya digelar di Bondowoso, Jatim, dengan menyasar para remaja dan ibu muda agar dapat memahami dan peduli terhadap isu stunting sejak dini.
Baca juga: Peringati Hari Keluarga Nasional, BKKBN Ajak Seluruh Keluarga Selamatkan Anak dari Stunting
“Kami optimis dapat mencapai target penurunan stunting menjadi 14 persen pada 2024. Hal ini tidak akan mustahil apabila semua elemen masyarakat dapat bersama bergotong royong untuk sadar bahwasanya stunting adalah ancaman dan harus dicegah bersama,” imbuh Wiryanta.